Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

hidup dan kehidupan seseorang dalam berislam. Perbedaan pemahaman di wilayah ranting atau cabang yang disebut furu’iyah relatif dapat ditolerir. Perbedaan yang dapat menimbulkan konflik adalah soal aqidah sebagai pokok pohonnya. Orang berbeda pandangan terhadap persoalan mendasar karena masing- masing mempunyai pemahaman atau “kebenaran” sendiri-sendiri. Bahkan jika ditelisik lebih dalam ternyata sebagian meyakini bahwa kebenaran mutlak yang sesuai dengan Allah itu tunggal sementara bagi yang lain kebenaran bagi Allah sendiri bersifat relatif. Pro dan kontra adalah hal yang biasa namun perlu dibatasi bahwa kebenaran hakiki adalah dari Allah semata dan hanya satu. 2 Pro dan kontra tersebut dapat menyebabkan munculnya aliran-aliran keagamaan yang beragam baik yang dianggap benar maupun sesat. Jika kemunculan satu aliran sesat dirasa cukup mampu menghadirkan kehebohan di kalangan masyarakat, kini Indonesia justru harus menghadapi kemunculan aliran- aliran baru dalam jumlah yang banyak, yang kemudian dianggap menyimpang oleh sebagian besar pemuka agama seperti aliran Salamullah yang dipimpin Lia Eden. Efek yang ditimbulkannya pun lebih dari sekedar kehebohan belaka. Bahkan keresahan merebak di mana-mana dan hal ini memicu munculnya aksi main hakim sendiri dari masyarakat terhadap orang-orang yang dianggap menjadi pengikut aliran-aliran sesat. Salah satunya adalah serbuan massa yang dilakukan 2 Ahmad Mustofa, Perjalanan Menuju Tuhan, Pro dan Kontra tentang Al-Qiyadah Al- Islamiyah, Yogyakarta: Hanggar Kreator, 2008, Cet. ke-1, h. 11-12. 2 gabungan ormas Islam terhadap pusat Al-Qiyadah Al-Islamiyah di kota Padang. Serbuan tersebut dilakukan karena masyarakat menilai bahwa polisi seakan mengabaikannya. Mereka mengatatakan bahwa jika polisi tidak mau memperosesnya dan menangkapnya pengikut Al-Qiyadah, mereka akan melakukan tindakan sendiri dan hal itu ternyata mereka lakukan. 3 Terkait kasus penodaan agama PBNU mencatat, sejak tahun 2001 hingga 2007, sedikitnya ada sekitar 250 aliran agama yang menyimpang berkembang di Indonesia. Dan dari jumlah tersebut, 50 di antaranya tumbuh subur di Jawa Barat. Fenomena kemunculan aliran-aliran “sesat” ini sungguh mengherankan. Bagaimana dalam waktu yang relatif nyaris bersamaan, aliran-aliran agama baru yang menyimpang tadi bermunculan, seperti saling mengikuti satu sama lain? 4 Salah satu aliran yang dianggap sesat tersebut adalah aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang mengejutkan masyarakat muslim Indonesia menjelang akhir tahun 2007 dengan segala kontroversinya. Pemahamannya terhadap Islam sangat berbeda dengan mainstream yang bukan wilayah furu’iyah, tetapi pokok-pokok ajaran yang sudah baku yang mereka kutak-katik, padahal konsep ajaran Islam yang pokok-pokok itu sudah sempurna dan tidak bisa dikutak-katik lagi. 5 Aksi-aksi penentangan muncul di berbagai wilayah tanah air mulai dengan cara yang paling halus hingga kekerasan fisik dan psikis. Aparat ditekan untuk 3 A. Yogaswara dan Mualana Ahmad Jalidu, Aliran Sesat dan Nabi-nabi Palsu, Riwayat Aliran Sesat dan Para Nabi Palsu di Indonesia, Yogyakarta: Narasi, 2008, Cet. ke-1, h. 8. 4 Ibid. 5 Ahmad Mustofa, op.cit., h. 12. 3 melakukan tindakan tegas berdasarkan pasal Penodaan atau Penistaan Agama, jika tidak mereka menyatakan akan bertindak dengan cara sendiri. Suatu ancaman yang mengerikan mengingat bahasa massa adalah bahasa tanpa konsep hukum dan keadilan yang jelas. 6 Aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah dinilai melenceng dari Islam karena beberapa hal, yaitu: 7 Pertama, adanya pengakuan si ‘pendiri’ aliran, bahwa dirinya adalah Nabi dan Rasul; Kedua, tidak mengakui Rasulullah SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir dalam syahadat mereka, tidak mengikutsertakan nama Rasulullah SAW; Ketiga, tidak perlu menjalankan rukun Islam; dan Keempat, tidak perlu sholat 5 waktu. Penilaian sesat terhadap aliran tersebut memang mempunyai dasar. Salah satu dasar yang dijadikan pedoman dalam menganalisis apakah suatu aliran dianggap sesat atau tidak yaitu ketetapan Majelis Ulama Indonesia MUI Pusat yang telah mengeluarkan 10 sepuluh kriteria aliran sesat. Apabila ada satu ajaran yang terindikasi punya salah satu dari kesepuluh kriteria itu, bisa dijadikan dasar untuk masuk ke dalam kelompok aliran sesat. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 8 Pertama, pengingkaran terhadap rukun iman dan rukun Islam. Kedua, keyakinan dan pengikutan terhadap akidah yang tidak sesuai dalil syar`i Al-Qu’ran dan as-Sunah. Ketiga, keyakinan bahwa wahyu turun setelah 6 Ibid. 7 “ Aliran Al-Qiyadah Jelas Sesat” artikel ini diakses pada 10 Juni 2008 dari http:.tausyiah.blogsome.com. 8 “Apa Kriteria Aliran Sesat” artikel ini diakses pada 10 Juni 2008 dari www.eramuslim.com. 4 Al-Qu’ran. Keempat, pengingkaran otentisitas dan atau kebenaran isi Al-Qu’ran Kelima, penafsiran Al-Qu’ran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir. Keenam, pengingkaran terhadap kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam. Ketujuh, pelecehan dan atau merendahkan para nabi dan rasul. Kedelapan, pengingkaran terhadap Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasu l terakhir . Kesembilan, pengubahan pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah . Kesepuluh, pengkafiran sesama muslim tanpa dalil syari. Kesepuluh kriteria versi MUI ini sebenarnya bukan hal yang asing lagi, sebab sejak dahulu para ulama sudah berijma tentang kafirnya orang yang melakukan atau meyakini suatu paham, seperti yang terdapat dalan kesepuluh prinsip ini. Karena aliran Al-Qiyadah dinilai menyimpang dari agama Islam dan syari’a, pendiri aliran tersebut yaitu Ahmad Mushaddeq dianggap melanggar Pasal 156a KUHP,yang berbunyi sebagai berikut : “Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan: a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia; b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.” 5 Penodaan agama yang dilakukan oleh Ahmad Mushaddeq, pada akhirnya telah membuat dia dijerat oleh pasal 156a KUHP, diajukan ke pengadilan dengan tuduhan telah melakukan penodaan agama Islam. Dengan memperhatikan fenomena yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dalam sebuah penelitian yang diajukan sebagai skripsi dengan judul “PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA: Kajian Tentang Kasus Ahmad Mushaddeq”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dan untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka penulis memberikan pembatasan dan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Pembatasan Masalah a. Mendeskripsikan secara umum tindak pidana penodaan agama dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif. b. Menjelaskan gambaran umum tentang Ahmad Mushaddeq dan aliran Al- Qiyadah Al-Islamiyah. c. Memaparkan hasil penelitian mengenai putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam Kasus Penodaan Agama Islam Oleh Ahmad Mushaddeq. 6

2. Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, pokok masalah yang akan diteliti adalah bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap tindak pidana penodaan agama Islam oleh Ahmad Mushaddeq. Berdasarkan batasan masalah di atas, untuk menghindari ketidakjelasan arah pembahasan, maka dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah muncul di Indonesia dan apakah aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah merupakan sekedar ekspresi agama saja atau hanya sekedar eksperimen Ahmad Mushaddeq saja? b. Bagaimana pandangan hukum positif Indonesia dan hukum pidana Islam terhadap kasus penodaan agama dan apa sanksinya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa dan bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum positif mengenai penodaan agama Islam oleh aliran Al-Qiyadah Al- Islamiyah. Sedangkan secara rincinya sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan khusus dari penelitian ini : a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tindak pidana penodaan agama dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif. 7