5. Macam-macam Murtad TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA

Orang Islam tidak bisa dianggap keluar dari agamanya yang berarti telah murtad kecuali jika ia melapangkan dadanya menjadi tenang dan tentram terhadap kekufuran, sehingga ia melakukan perbuatan itu. Contoh-contoh yang menunjukkan kekafiran: 60 1. Mengingkari ajaran agama yang telah ditentukan secara pasti. Seperti mengingkari keesaan Allah, mengingkari ciptaan Allah terhadap alam, mengingkari adanya Malaikat, mengingkari kenabian Muhammad SAW, mengingkari al-Qur’an sebagai wahyu Allah. 2. Menghalalkan apa yang telah disepakati keharamannya, seperti menghalalkan minum khamr, zina, ribba dan memakan daging babi. 3. Mengharamkan apa yang telah disepakati kehalalannya, seperti mengharamkan makan nasi. 4. Mencaci maki Nabi SAW. Demikian juga mencaci nabi-nabi Allah sebelumnya. 5. Mencaci maki agama Islam, mencela al-Qur’an dan Sunnah Nabi, dan berpaling dari hukum yang ada dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi. 6. Mengaku bahwa wahyu Allah telah turun kepadanya. Ini tentun saja bagi selain Nabi Muhammad SAW. 7. Mencampakkan mushaf al-Qur’an atau kitab-kitab hadits ke tempat-tempat yang kotor dan menjanjikan sebagai penghinaan dan menganggap enteng isinya. 8. Meremehkan nama-nama Allah; meremehkan perintah-perintah-Nya, larangan-larangan-Nya, janji-janji-Nya. Secara umum murtad terbagi dalam tiga macam, yaitu : 61 a. Murtad dengan perbuatan atau meninggalkan perbuatan Murtad dengan perbuatan seperti melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Islam dan menolak pengharaman itu dengan sengaja atau dengan tujuan menghina Islam atau merendahkan secara takabur, seperti sujud kepada berhala atau mencampakan Al-Qur’an atau kitab-kitab hadits ke tempat yang 60 Sayyid Sabiq, op.cit., h. 173-174. 61 Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad, op.cit. h. 590. 48 kotor atau menghina isi kandungan atau merendahkan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Termasuk juga dalam kategori ini ialah melakukan sesuatu yang diharamkan oleh islam dengan menghalalkannya seperti berzina, minum arak, membunuh manusia dan sebagainya dengan menolak pengharamannya. Murtad dengan meninggalkan perbuatan ialah seperti meninggalkan apa- apa yang diwajibkan oleh Islam seperti shalat, puasa, zakat dan haji dengan menafikan kewajiban atau menghalalkan meninggalkannya. b. Murtad dengan Perkataan Murtad dengan perkataan seperti mengeluarkan kata-kata yang dapat menunjukan atau membawa kepada kekufuran, seperti mengingkari ketuhanan dengan mengatakan Allah SWT tidak ada atau mengingkari keesaan Allah SWT dengan mengatakan ada sekutu-sekutu bagi Allah SWT, mengaku menjadi Nabi, membenarkan orang yang menjadi Nabi, mengingkari para nabi dan malaikat, mengingkari al-Qur’an dan sebagiannya, mengingkari hari kiamat, mengingkari dan menafikan Islam. c. Murtad dengan I’tikad Murtad dengan i’tikad bisa berlaku apabila seseorang itu mempunyai i’tikad atau kepercayaan yang bertentangan dengan Islam, seperti meyakini alam ini tidak ada penciptanya, atau beri’tikad bahwa Al-Qur’an bukan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah pendusta atau Ali sebagai 49 Tuhan atau rasul-Nya, dan i’tikad lain yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Perlu diingat bahwa dengan adanya i’tikad semata-mata di dalam hati seseorang itu belum bisa dianggap sebagai murtad selama belum ada kata-kata atau perbuatan yang mencerminkan i’tikad itu. Oleh karena itu, seseorang yang seperti itu tidak bisa dikenakan sanksi apapun, bahkan masih dianggap sebagai seorang muslim pada lahirnya dan dalam segala urusan keduniaannya, adapun hukumannya diserahkan kepada Allah sepenuhnya.

B. 6. Sanksi Bagi Pelaku Riddah

Riddah sering terjadi karena ditimbulkan oleh suatu keragu-raguan dalam jiwa sehingga mendesak iman untuk keluar. Bila demikian, maka haruslah orang yang berbuat riddah itu diberi kesempatan untuk menghilangkan keraguannya itu. Ia harus diberi dalil-dalil dan bukti-bukti yang dapat mengembalikan iman ke dalam hatinya, sehingga yakin. Dengan demikian, maka menganjurkan kepadanya untuk bertaubat dan kembali lagi ke dalam Islam adalah hal yang wajib diupayakan. 62 Menurut sebagian fuqaha, kesempatan yang diberikan kepada orang murtad untuk menghilangkan keraguannya dan kembali lagi ke dalam Islam adalah selama tiga hari. Sebagian fuqaha yang lain mengatakan bahwa orang murtad tersebut hanya diberi penjelasan dan pandangan secara berulang-ulang 62 Ahmad Djazuli, op.cit., h. 117. 50 sehingga dapat diperkirakan dengan mantap, apakah ia tetap murtad atau kembali lagi ke dalam Islam. Bila ia tetap murtad, maka ia dijatuhi hukuman had. 63 Kelompok fuqaha yang pertama berpegang pada dalil tindakan yang dilakukan Umar, ketika suatu saat datang seorang lalaki dari Syam kepadanya. Umar bertanya : ” Apa kabar di daerah yang jauh disana?” Jawab lelaki tersebut : ”Ada kabar seorang lelaki bertindak murtad setelah memeluk Islam.” Tanya Umar: ”Apa yang kau lakukan padanya?.” Kata Umar :”Mengapa tidak kau penjarakan saja di rumah selama tiga hari, kau beri dia roti setiap hari dan kau anjurkan bertaubat, barangkali ia akan mau kembali lagi ke dalam Islam? Ya, Allah, sungguh aku tidak menyaksikan tindakan lelaki ini. Aku tidak menyuruhnya, dan aku tidak setuju terhadap tindakan ini Ya Allah, sungguh aku tidak ikut campur terhadap darah yang dialirkannya”. 64 Sedangan dalil kelompok fuqaha yang kedua adalah tindakan yang dilakukan Muaz, bahwa pada suatu ketika ia datang ke Yaman dan bertemu dengan Abu Musa Al-Asy’ari. Di sampingnya ada seorang lelaki yang terikat. Muaz bertanya :”Ada apa ini?”. Jawab Abu Musa: ”Lelaki ini asalnya Yahudi. Lalu ia masuk Islam lalu kembali lagi ke agama asalnya yaitu Yahudi”. Lelaki tersebut telah dianjurkan bertaubat selama 20 malam atau hampir 20 malam sebelum Muaz datang. Kata Muaz: ”Aku tak mau duduk sehingga ia dibunuh. 63 Sayyid Sabiq, op.cit., h. 179. 64 Ibid., h. 180. 51