Keterampilan Mengajar Guru Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru

Pemberian penguatan dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung sehingga siswa menjadi lebih aktif dan produktif. Untuk mencapai suatu keterampilan memberi penguatan yang baik dan utuh maka seorang guru harus menguasai dan menggunakan beberapa jenis penguatan. Jenis-jenis penguatan tersebut adalah: 1 Penguatan Verbal. Penguatan verbal dilakukan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Miasalnya: “kamu pintar sekali”, “betul”, “seratus buat Nani”. 2 Penguatan Non-Verbal. Penguatan non-verbal meliputi beberapa hal: a Pengutan berupa gerakan mimik penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat. Misalnya dengan anggukan kepala, geleng kepala, dan sebagainya. b Pengutan dengan cara mendekati, misalnya: guru duduk dengan siswa, berdiri disamping siswa, berjalan di sisi siswa. c Pengutan dengan kegiatan menyenangkan. Dalam hal ini guru dapat menggunkan kegiatan-kegiatan yang disenangi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya, apabila siswa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia dapat diminta membantu teman yang lainnya. d Pengutan berupa simbol dan tanda, misalnya kartu gambar lencana, bintang dari plastik. e Penguatan tak penuh, yang diberikan apabila siswa memberi jawabannya sebagian yang benar. Misalnya “ya, jawabanmu sudah baik, tetepi masih bisa disempurnakan”. Hal ini dilakukan agar siswa tersebut mengetahui bahwa jawaban tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya. 30 Pengutan atau penghargaan tidak diberikan hanya kepada siswa yang menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan benar, tetapi siswa yang memberikan jawaban atau pernyataan yang kurang tepat juga harus diberikan penghargaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak takut untuk mengungkapkan pendapatnya. 30 Udin Syaefudin Su’ud, op.cit., h. 63-64. c. Keterampilan Mengadakan Variasi Keterampilan mengadakan variasi diadakan karena faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang monoton akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun. 31 Untuk menghilangkan kebosan dalam proses pembelajan diperlukan variasi atau metode lain yang lebih menarik, seperti penggunaan permaianan, pembelajaran di alam terbuka. Menurut E. Mulyasa, “ variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan”. 32 Sedangkan menurut Wingkel keterampilan menggunakan variasi diartikan “sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam proses belajarnya, siswa senantiasa menunjukan k etekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif”. 33 Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa keterampilan mengadakan variasi adalah suatu proses pengubahan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan dan kejenuhan siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan minat dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Keterampilan mengadakan variasi memiliki beberapa komponen, jika seorang guru telah memiliki komponen-komponen ini, maka guru tersebut telah menguasai secara penuh tentang keterampilan mengadakan variasi. Keterampilan mengadakan variasi 31 Hamzah B. Uno, op.cit., h. 168. 32 E. Mulyasa, op.cit., h. 78. 33 Hamzah B. Uno, loc. cit. meliputi; variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media pembelajaran, variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. 1 Variasi dalam gaya mengajar guru. Komponen dari variasi ini meliputi; variasi suara, pemusatan perhatian siswa, kesenyapan guru, mengadakan kontak pandang dan gerak, gerakan badan dan mimik, serta pergantian posisi guru di dalam kelas. 2 Variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran. Ada beberapa variasi penggunaan media yakni, media yang dapat dilihat, media yang dapat didengar, media yang dapat diraba, dan media yang dapat didengar, dilahat, dan diraba. 3 Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Mulai dari kegiatan yang di dominasi guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh siswa. 34 Penggunaan variasi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar keterampilan mengadakan variasi berjalan sesuai dengan harapan dan tidak melenceng dari tujuan pembelajaran, maka perlu diperhatikan beberpa hal berikut ini: 1 Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relavan dengan tujuan yang hendak dicapai. Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan. Sedangkan pemakaian yang berlebihan akan menimbulkan kebingungan dan menggangu proses belajar mengajar. 2 Variasi harus digunakan dengan lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menggangu pelajaran. 3 Variasi harus direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pembelajaran atau satu kesatuan. 35 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengadakan variasi pada dasarnya bertujuan untuk menghilangkan kebosanan akibat proses pembelajaran yang monoton. Keterampilan mengadakan variasi akan berhasil jika guru memperhatikan prinsip- 34 Udin Syaefudin Su’ud, op. cit., h. 71. 35 Ibid., h. 72. prinsip dalam mengadakan variasi. Jika guru tidak memperhatikan prinsip tersebut variasi dalam pembelajaran akan tidak bermakna dan tujuan pembelajaran yang direncanakan tidak akan berhasil. d. Keterampilan Menjelaskan Menurut Mulyasa “menjaleskan adalah mendskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku ”. 36 Dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar, Moch. Uzer Usman mengungkapkan bahwa, “keterampilan menjelaskan ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui”. 37 Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang guru, karena dalam proses pembelajaran guru merupakan aktor yang bertugas memberikan informasi kepada siswa berupa konsep, fakta, hukum dan sebaginya yang memperlukan penjelasan. Guru yang profesional harus menguasai keterampilan menjelaskan, karena secara umum metode pengajaran yang banyak dilakukan oleh guru adalah metode ceramah. Hal yang paling penting dalam metode ceramah adalah guru harus profesional dalam menjelaskan mengenai hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip tentang materi yang diajarkan. Moch. Uzer Usman menjelaskan beberapa tujuan dari keterampilan menjelaskan, yaitu: 1 Membimbing siswa untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar. 2 Melibatkan siswa untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan. 36 E. Mulyasa, op.cit., h. 80. 37 Moch Uzer Usman, op. cit., h. 88-89. 3 Untuk mendapatkan unpan balik dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalah pahaman mereka. 4 Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah. 38 e. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Membuka dan menutup pelajaran merupakan kegiatan yang rutin dilakukan oleh seorang guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Kegiatan ini merupakan suatu rangkaian yang termasuk ke dalam proses belajar mengajar. Biasanya kegiatan membuka pelajaran diawali dengan membaca doa, absensi, meminta siswa mempersiapkan alat-alat pembelajaran. Sedangkan diakhir pembelajaran kegiatan yang dilakukan adalah menutup pelajaran dengan doa. Wingkel memberikan penjelasan tentang membuka dan menutup pelajaran sebagai berikut: Membuka pelajaran adalah perbuatan guru untuk menciptkan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaranan adalah kegiatan guru dalam mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Maksudnya adalah memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian, dan tingkat keberasilan guru dalam proses pembelajaran. 39 Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa, membuka dan menutup pelajaran tidak hanya kegiatan seremonial rutin yang dilakukan oleh guru yang tidak memiliki makna bagi siswa. Membuka dan menutup pelajaran merupakan kegiatan yang didalamnya memberikan motivasi kepada siswa sebelum pembelajaran dan diakhir pembelajaran guru mengetahui tingkat keberasilan siswa. 38 Ibid., h. 89. 39 Hamzah B. Uno, op.cit., h. 174. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Agar kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat dilakukan secara efektif dan berhasil perlu diperhatikan komponen-komponen didalamnya. Mulyasa memberikan gambaran tentang komponen dalam membuka dan menutup pelajaran, antara lain; “a Menarik perhatian peserta didik, b Membangkitkan motivasi, c Memberikan acuan, d Membuka kaitan dengan matari yang sudah diajarkan. Komponen dalam menutup pelajaran meliputi; a Meninjau kembali pelajaran yang sudah sampaikan, b Mengevaluasi, c Tindak lanjut”. 40 Dalam membuka dan menutup pelajaran, seorang guru harus memperhatikan komponen-komponen tersebut sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapaun tujuan dari kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut: 1 Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas- tugas yang dihadapi. 2 Memungkinkan siswa mengetahui batas-batas tugasnya yang akan dikerjakan. 3 Siswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam mempelajari bagian-bagian pelajaran. Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dia pelajari. 4 Memberikan kemungkinan kepada siswa untuk menggabungkan fakta-fakta, keterampilan, konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa. 5 Memungkinkan siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam pelajaran. 41 Dengan menguasai dan mengimplementasikan komponen- komponen membuka dan menutup pelajaran dengan baik, seorang guru akan lebih mampu menyampaikan bahan pelajaran kepada 40 E. Mulyasa, op.cit., h. 85-89 41 Hamzah B. Uno, loc. cit. siswa secara lebih efektif dan efisien, sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. f. Keterampilan Mengelola Kelas Menurut Hamid Darmadi “pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan interpesonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermuda h organisasi kelas yang efektif”. 42 Kerja sama yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam hubungan intrerpersonal merupakan syarat teciptanya kondisi kelas yang kondusif, proses belajar mengajar yang efektif dan lebih optimal. Guru yang profesional harus mamiliki keterampilan dalam mengelola kelas. Adapun tujuan dari keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut: 1 Mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan pembelajaran 2 Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya yang menyimpang dari tujuan pembelajaran 3 Mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. 4 Membina hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif. 43 Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen-komponen yang harus diperhatikan oleh seorang guru, agar tujuan pengelolaan kelas dapat tercapai. Komponen-komponen keterampilan mengelola kelas, yaitu: 42 Hamid Darmadi, kemampuan Dasar Mengajar, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 6 43 Udin Syaefudin Su’ud, op.cit., h. 69 1 Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal bersifat preventif, yaitu: a Menunjukkan sikap tanggap. b Membagi perhatian baik dikerjakan secara visual maupun verbal. c Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran. d Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas. e Memberi teguran secara bijaksana f Memberi penguatan, baik kepada siswa yang mengganggu, maupun kepada siswa yang bertingkah laku baik, sebagai contoh bagi siswa yang bertingkah laku kurang baik. 2 Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu: a Memodifikasi tingkah laku, yang kurang baik dan menimbulkan gangguan. b Pengelolaan kelompok, dengan cara memperlancar tugas, dan memelihara kegiatan kelompok. c Menemukan dan mengatsi tingkah laku yang menimbulkan masalah. 44 g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Menurut Mulyasa “pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. ” 45 Pengajaran ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif, berkembangnya daya kreatif, memunculkan sikap kepemimpinan pada siswa, dapat memenuhi kebutuhan siswa untuk berinteraksi dengan teman satu kelompok, serta memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar. Peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi narasumber bagi siswa, motivator bagi siswa untuk 44 E. Mulyasa, op. cit., h. 91-92. 45 Ibid., h. 92. belajar, penyedia materi dan kesempatan belajar fasilitator bagi siswa, pembimbing kegiatan belajar siswa konselor, dan sebagai peserta kegiatan belajar. 46 Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa kombinasi pengajaran klasikal, kelompok kecil dan perorangan memberikan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian, penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu kebutuhan yang esensial bagi setiap guru yang profesional. Seperti halnya dengan keterampilan mengajar yang telah diungkapkan di atas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan juga memiliki komponen-komponennya, menurut Udin Syaefudin Su’ud komponen itu meliputi: “1 Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran, 2 Keterampilan mengorganisasi, 3 Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, 4 Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar”. 47 Hakekat dari sistem pengajaran ini adalah terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa, siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing- masing, siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya, dan siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar. h. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Menurut Udin Syaefudin Su’ud “diskusi kelompok kecil adalah suatu proses percakapan yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan sebagai informasi atau pengalaman, 46 Moch Uzer Usman, op. cit., h. 103. 47 Udin Syaefudin Su’ud, op.cit., h. 72-73. mengambil keputus an memecahkan suatu permasalahan”. 48 Yang dimaksud dengan membimbing kelompok kecil adalah pembuatan kelompok dalam pembelajaran yang terdiri dari 3-7 siswa dalam setiap kelompoknya. Kelompok merupakan kegiatan yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi, tidak setiap guru mampu membimbing siswa untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh karena itu, keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru mampu melaksanakan tugas ini dengan baik. Untuk itu seorang guru harus mengetahui komponen dan prinsip dalam membimbing diskusi kelompok kecil. Komponen dalam membimbing kelompok kecil mencakup 1 memusatkan perhatian siswa, 2 memperjelas pendapat siswa, 3 menganalisis pandangan siswa, 4 meningkatkan kontribusi siswa, 5 mendistribusikan pandangan siswa, 6 menutup diskusi. Dalam penerapan diskusi kelompok kecil, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini: 1 Harus ada kesamaan latar belakang pengetahuan diantara para anggota kelompok 2 Semua anggota kelompok harus mempu mengungkapkan pendapatnya secara lisan, 3 Topik yang dibahas harus bersifat terbuka untuk menampung banyak pertanyaan, 4 Diskusi harus berjalan dalam suasan keterbukaan, 5 pelaksanaan diskusi harus mengingat keunggulan dan kelemahan-kelemahannya, 6 Diskusi memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, dan 7 Hurus mampu mencegah timbulnya hal-hal yang dapat menghambat jalannya diskusi. 49 Diskusi kelompok kecil dimaksudkan agar siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran diskusi diharapkan 48 Ibid., h. 69. 49 Hamid Darmadi, op.cit., h. 5-6. siswa mampu berkomunikasi dengan teman, berani mengungkapkan pendapatnya, dan berkerja sama dalam menyelesaikan masalah. Agar diskusi berjalan dengan baik, seorang guru hendangnya memperhatikan komponen-komponen dalam diskusi.

3. Persepsi Siswa Terhadap Keterampilan Mengajar Guru

Syaiful Bahri Djamarah , mengakatakan bahwa “Siswa atau peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan ”. 50 Siswa sebagai salah satu indikator tercapainya tujuan pendidikan merupakan objek yang paling berkepentingan di dalam interaksi belajar mengajar. Bagaimanapun juga tindakan-tindakan guru harus berorientasi pada kemampuan dan kebutuhan siswa. Dengan mengetahui persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar yang dimiliki oleh gurunya dapat menjadi salah satu parameter dalam menilai keterampilan mengajar guru yang selama ini hanya dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas. Semua proses belajar selalu dimulai dengan persepsi, yaitu setelah siswa menerima stimulus atau suatu pola stimuli dari lingkungannya. Karenanya, persepsi dianggap sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang. Apabila siswa mempunyai persepsi yang positif terhadap keterampilan mengajar yang dimiliki oleh gurunya, maka besar kemungkinan siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran di kelas, yang kemudian akan meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pandangan atau penginderaan siswa terhadap keterampilan mengajar guru dapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap guru yang mengajar tersebut. Adakalanya persepsi tersebut baik dan adakalanya persepsi tersebut buruk. Bila rangsangan yang diterima baik menurut siswa maka siswa akan mempersepsi keterampilan mengajar guru tersebut baik 50 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 51 dan akan berakibat mendorong motivasi belajarnya, sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Dan sebaliknya jika siswa mempersepsikan keterampilan mengajar guru tidak baik maka motivasi belajar mereka akan rendah yang berakibat menurunya hasil belajar.

C. Hasil Penelitian yang Relavan.

Penelitian oleh Muhammad Feriady, Harnanik, St. Sunarto 2012, tentang “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dan Fasilitas Belajar Siswa Terhadap Minat Belajar IPS kelas VIII SMP N 3 P urbalingga”. Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan fasilitas belajar siswa berpengaruh terhadap minat belajar IPS kelas VIII SMP N 3 Purbalingga. 51 Penelitian oleh Ahimsa Agung Satmoko 2013 Dengan Judul “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Purworejo ”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada pengaruh antara persepsi siswa dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa kelas XII IPS SMA Negeri 3 Purworejo secara parsial. 52 Penelitian oleh Ch airunnisa 2011 dengan judul “Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al- Hidayah Ciputat”. hasil penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara pesepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat. 53 51 Feriady, Harnanik, St. Sunarto, “Pengaruh Persepsi Siwa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dan Fasilitas Belajar Siswa Terhadap Minat Belajar IPS Kelas VIII SMP N 3 P urbalingga”, Economic Education Analysis Journal, eeaj 1 2. 52 Ahimsa Agung Satmoko, “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Purworejo”, Semarang, Skripsi pada UNNES, 2013, tidak dipublikasikan 53 Chairunnisa, “Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al- Hidayah Ciputat”. Skripsi pada UIN syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan

D. Kerangka Berpikir

Hasil belajar dikatakan tercapai apabila siswa mengalami perubahan dalam bentuk perkembangan ke arah yang positif. Hasil belajar siswa dikatakan baik apabila dibuktikan dengan nilai rata-rata ulangan harian, nilai ulangan semester yang baik juga. Untuk itu nilai dijadikan suatu indikator tingkat keberhasilan belajar siswa. Proses pembelajaran selalu diarahkan agar lebih meningkat dari waktu ke waktu serta mencapai hasil yang optimal. Untuk itu perlu adanya kajian mengenai komponen-komponen dalam pendidikan yang meliputi kondisi belajar siswa dan juga guru sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Dalam pembelajaran di sekolah, kemponen-komponen yang ada seperti siswa, guru dan perangkat pembelajarannya, saling mempengarui satu sama lain. Beberapa komponen tersebut kemudian saling bersinergi dan membuat suatu alur yaitu input, proses, dan output. Input berarti masukan yang berupa kondisi siswa itu sendiri, proses berarti langkah-langkah selama pembelajaran berlangsung di sekolah. Kemudian output berarti keluaran atau hasil yang dicapai setelah melalui proses pembelajaran yang dalam hal ini dibuktikan dalam nilai yang diperoleh siswa setelah diadakan evaluasi. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan bidang ilmu yang terintegrasi dari beberapa ilmu-ilmu sosial yang meliputi ilmu Sejarah, Geografi, Sosiologi, antropologi, dan Ekonomi serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial akan terus berkembang dan semakin kompleks sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diikuti juga dengan beberapa konsep yang memerlukan daya nalar dan ingatan siswa, maka diperlukan kemampuan guru dalam hal ini adalah keterampilan mengajar guru untuk mencapai proses pembelajaran yang ideal. Keterampilan mengajar guru terdiri dari keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan mengelola kelompok kecil dan perorangan. Baik tidaknya keterampilan mengajar guru juga mempengaruhi kondisi psikologis siswa itu sendiri. Informasi pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru, menimbulkan persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru. Dengan mengetahui persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar yang dimiliki oleh gurunya dapat menjadi salah satu parameter dalam menilai keterampilan mengajar guru yang selama ini hanya dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas. Karenanya, persepsi dianggap sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang. Apabila siswa mempunyai persepsi yang positif terhadap keterampilan mengajar yang dimiliki oleh gurunya, maka besar kemungkinan siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran di kelas, yang kemudian akan meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pandangan atau penginderaan siswa terhadap keterampilan mengajar guru dapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap guru yang mengajar tersebut. Adakalanya persepsi tersebut baik dan adakalanya persepsi tersebut buruk. Namun bila rangsangan yang diterima siswa itu baik menurut siswa maka siswa akan mempersepsi keterampilan mengajar guru tersebut baik dan akan berakibat mendorong motivasi belajarnya, sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Berikut alur hubungan persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar siswa. Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir Persepsi siswa mengenai Keterampilan mengajar guru:  keterampilan bertanya  keterampilan memberikan penguatan  keterampilan mengadakan variasi  keterampilan menjelaskan  keterampilan membuka dan menutup pelajaran  keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil  keterampilan mengelola kelas  keterampilan mengelola kelompok kecil dan perorangan. Hasil Belajar siswa

E. Rumusan Hipotesis

Hipotesis penelitian sangat diperlukan untuk memberikan arahan kepada peneliti. Melalui hipotesis, penelitian dapat memperoleh gambaran sementara tentang kemungkinan jawaban dari permasalahan yang sedang dihadapi. Hipotesis bukan merupakan kesimpulan akhir yang telah pasti benar, tetapi hal ini perlu dibuktikan kebenarannya terlebih dahulu melalui penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H a : terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi. H : tidak ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa menegenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi.

Dokumen yang terkait

Pengaruh persepsi siswa tentang keterampilan guru dalam mengelola kelas terhadap hasil belajar IPS kelas VIII di MTs Nuurul Bayan Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi

1 15 0

HASIL BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR DAN Hasil Belajar Akuntansi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Guru dalam Mengajar dan Disiplin Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMK Prawira Mart

0 6 16

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI IPS Sekolah Menengah Ata

0 4 16

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI IPS

0 3 13

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru dan ‎Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas Xi ‎IPS SMA Negeri 1 Karta

0 3 12

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru dan ‎Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas Xi ‎IPS SMA Negeri 1

0 2 19

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEDISIPLINAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Ketrampilan Mengajar Guru Dan Kedisiplinan Siswa Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VII Pad

0 1 14

PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Kelas XI IPS Pada SMA Negeri 1 Purwodadi

0 1 15

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

0 1 18

PENGARUH KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP Pengaruh Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Dan persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonom

0 0 16