Keterampilan Mengajar Guru Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru
Pemberian penguatan dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap kegiatan belajar mengajar yang sedang
berlangsung sehingga siswa menjadi lebih aktif dan produktif. Untuk mencapai suatu keterampilan memberi penguatan yang baik dan utuh
maka seorang guru harus menguasai dan menggunakan beberapa jenis penguatan. Jenis-jenis penguatan tersebut adalah:
1 Penguatan Verbal.
Penguatan verbal dilakukan dengan menggunakan kata-kata atau
kalimat pujian,
penghargaan, persetujuan
dan sebagainya. Miasalnya: “kamu pintar sekali”, “betul”,
“seratus buat Nani”. 2
Penguatan Non-Verbal. Penguatan non-verbal meliputi beberapa hal:
a Pengutan berupa gerakan mimik penguatan yang
diungkapkan melalui bahasa isyarat. Misalnya dengan anggukan kepala, geleng kepala, dan sebagainya.
b Pengutan dengan cara mendekati, misalnya: guru duduk
dengan siswa, berdiri disamping siswa, berjalan di sisi siswa.
c Pengutan dengan kegiatan menyenangkan. Dalam hal ini
guru dapat
menggunkan kegiatan-kegiatan
yang disenangi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya,
apabila siswa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia dapat diminta membantu teman yang
lainnya.
d Pengutan berupa simbol dan tanda, misalnya kartu
gambar lencana, bintang dari plastik. e
Penguatan tak penuh, yang diberikan apabila siswa memberi jawabannya sebagian yang benar. Misalnya
“ya, jawabanmu sudah baik, tetepi masih bisa disempurnakan”. Hal ini dilakukan agar siswa tersebut
mengetahui bahwa jawaban tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya.
30
Pengutan atau penghargaan tidak diberikan hanya kepada siswa yang menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan benar, tetapi
siswa yang memberikan jawaban atau pernyataan yang kurang tepat juga harus diberikan penghargaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa
tidak takut untuk mengungkapkan pendapatnya.
30
Udin Syaefudin Su’ud, op.cit., h. 63-64.
c. Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan mengadakan variasi diadakan karena faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar
yang monoton akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun.
31
Untuk menghilangkan kebosan dalam proses pembelajan diperlukan variasi
atau metode lain yang lebih menarik, seperti penggunaan permaianan, pembelajaran di alam terbuka.
Menurut E. Mulyasa, “ variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatan
motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan”.
32
Sedangkan menurut Wingkel keterampilan menggunakan variasi diartikan “sebagai perbuatan guru dalam konteks proses
belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam proses belajarnya, siswa senantiasa menunjukan
k etekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif”.
33
Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa keterampilan mengadakan variasi adalah suatu proses pengubahan kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan dan kejenuhan siswa, sehingga
dapat mendorong dan menumbuhkan minat dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
Keterampilan mengadakan
variasi memiliki
beberapa komponen, jika seorang guru telah memiliki komponen-komponen
ini, maka guru tersebut telah menguasai secara penuh tentang keterampilan mengadakan variasi. Keterampilan mengadakan variasi
31
Hamzah B. Uno, op.cit., h. 168.
32
E. Mulyasa, op.cit., h. 78.
33
Hamzah B. Uno, loc. cit.
meliputi; variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media pembelajaran, variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
1 Variasi dalam gaya mengajar guru. Komponen dari variasi ini
meliputi; variasi suara, pemusatan perhatian siswa, kesenyapan guru, mengadakan kontak pandang dan gerak,
gerakan badan dan mimik, serta pergantian posisi guru di dalam kelas.
2 Variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran. Ada
beberapa variasi penggunaan media yakni, media yang dapat dilihat, media yang dapat didengar, media yang dapat diraba,
dan media yang dapat didengar, dilahat, dan diraba.
3 Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Mulai dari kegiatan
yang di dominasi guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh siswa.
34
Penggunaan variasi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar keterampilan mengadakan variasi berjalan sesuai dengan harapan
dan tidak melenceng dari tujuan pembelajaran, maka perlu diperhatikan beberpa hal berikut ini:
1 Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu
yang relavan dengan tujuan yang hendak dicapai. Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat
dianjurkan. Sedangkan pemakaian yang berlebihan akan menimbulkan kebingungan dan menggangu proses belajar
mengajar.
2 Variasi
harus digunakan
dengan lancar
dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian
siswa dan tidak menggangu pelajaran. 3
Variasi harus direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pembelajaran atau satu
kesatuan.
35
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengadakan variasi pada dasarnya bertujuan untuk menghilangkan
kebosanan akibat proses pembelajaran yang monoton. Keterampilan mengadakan variasi akan berhasil jika guru memperhatikan prinsip-
34
Udin Syaefudin Su’ud, op. cit., h. 71.
35
Ibid., h. 72.
prinsip dalam mengadakan variasi. Jika guru tidak memperhatikan prinsip tersebut variasi dalam pembelajaran akan tidak bermakna dan
tujuan pembelajaran yang direncanakan tidak akan berhasil.
d. Keterampilan Menjelaskan
Menurut Mulyasa “menjaleskan adalah mendskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan
waktu dan hukum-hukum yang berlaku ”.
36
Dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar, Moch. Uzer Usman mengungkapkan bahwa, “keterampilan menjelaskan ialah
penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang
lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui”.
37
Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang guru, karena dalam
proses pembelajaran guru merupakan aktor yang bertugas memberikan informasi kepada siswa berupa konsep, fakta, hukum
dan sebaginya yang memperlukan penjelasan. Guru yang profesional harus menguasai keterampilan
menjelaskan, karena secara umum metode pengajaran yang banyak dilakukan oleh guru adalah metode ceramah. Hal yang paling
penting dalam metode ceramah adalah guru harus profesional dalam menjelaskan mengenai hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip
tentang materi yang diajarkan. Moch. Uzer Usman menjelaskan beberapa tujuan dari keterampilan menjelaskan, yaitu:
1 Membimbing siswa untuk mendapat dan memahami hukum,
dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar. 2
Melibatkan siswa untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
36
E. Mulyasa, op.cit., h. 80.
37
Moch Uzer Usman, op. cit., h. 88-89.
3 Untuk mendapatkan unpan balik dari siswa mengenai tingkat
pemahamannya dan untuk mengatasi kesalah pahaman mereka.
4 Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses
penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
38
e. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka dan menutup pelajaran merupakan kegiatan yang rutin dilakukan oleh seorang guru untuk memulai dan mengakhiri
pembelajaran. Kegiatan ini merupakan suatu rangkaian yang termasuk ke dalam proses belajar mengajar. Biasanya kegiatan
membuka pelajaran diawali dengan membaca doa, absensi, meminta siswa mempersiapkan alat-alat pembelajaran. Sedangkan diakhir
pembelajaran kegiatan yang dilakukan adalah menutup pelajaran dengan doa.
Wingkel memberikan penjelasan tentang membuka dan menutup pelajaran sebagai berikut:
Membuka pelajaran adalah perbuatan guru untuk menciptkan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar
terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaranan adalah kegiatan guru dalam mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Maksudnya adalah memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat
pencapaian, dan tingkat keberasilan guru dalam proses pembelajaran.
39
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa, membuka dan menutup pelajaran tidak hanya kegiatan seremonial rutin yang
dilakukan oleh guru yang tidak memiliki makna bagi siswa. Membuka dan menutup pelajaran merupakan kegiatan yang
didalamnya memberikan
motivasi kepada
siswa sebelum
pembelajaran dan diakhir pembelajaran guru mengetahui tingkat keberasilan siswa.
38
Ibid., h. 89.
39
Hamzah B. Uno, op.cit., h. 174.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Agar kegiatan membuka dan
menutup pelajaran dapat dilakukan secara efektif dan berhasil perlu diperhatikan komponen-komponen didalamnya.
Mulyasa memberikan gambaran tentang komponen dalam membuka dan menutup pelajaran, antara lain; “a Menarik perhatian
peserta didik, b Membangkitkan motivasi, c Memberikan acuan, d Membuka kaitan dengan matari yang sudah diajarkan.
Komponen dalam menutup pelajaran meliputi; a Meninjau kembali pelajaran yang sudah sampaikan, b Mengevaluasi, c Tindak
lanjut”.
40
Dalam membuka dan menutup pelajaran, seorang guru harus memperhatikan komponen-komponen tersebut sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Adapaun tujuan dari kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut:
1 Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas-
tugas yang dihadapi. 2
Memungkinkan siswa mengetahui batas-batas tugasnya yang akan dikerjakan.
3 Siswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan yang akan
digunakan dalam mempelajari bagian-bagian pelajaran. Memungkinkan
siswa mengetahui
hubungan antara
pengalaman-pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dia pelajari.
4 Memberikan
kemungkinan kepada
siswa untuk
menggabungkan fakta-fakta, keterampilan, konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.
5 Memungkinkan
siswa dapat
mengetahui tingkat
keberhasilannya dalam pelajaran.
41
Dengan menguasai dan mengimplementasikan komponen- komponen membuka dan menutup pelajaran dengan baik, seorang
guru akan lebih mampu menyampaikan bahan pelajaran kepada
40
E. Mulyasa, op.cit., h. 85-89
41
Hamzah B. Uno, loc. cit.
siswa secara lebih efektif dan efisien, sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa.
f. Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut Hamid Darmadi “pengelolaan kelas merupakan
seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang
tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan interpesonal dan iklim sosio emosional
yang positif serta mengembangkan dan mempermuda
h organisasi kelas yang efektif”.
42
Kerja sama yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam hubungan intrerpersonal merupakan syarat
teciptanya kondisi kelas yang kondusif, proses belajar mengajar yang efektif dan lebih optimal.
Guru yang profesional harus mamiliki keterampilan dalam mengelola kelas. Adapun tujuan dari keterampilan mengelola kelas
adalah sebagai berikut: 1
Mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan pembelajaran
2 Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya yang
menyimpang dari tujuan pembelajaran 3
Mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. 4
Membina hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga kegiatan
pembelajaran menjadi efektif.
43
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen-komponen yang harus diperhatikan oleh seorang guru, agar tujuan pengelolaan
kelas dapat tercapai. Komponen-komponen keterampilan mengelola kelas, yaitu:
42
Hamid Darmadi, kemampuan Dasar Mengajar, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 6
43
Udin Syaefudin Su’ud, op.cit., h. 69
1 Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal bersifat preventif, yaitu:
a Menunjukkan sikap tanggap.
b Membagi perhatian baik dikerjakan secara visual
maupun verbal. c
Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran.
d Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.
e Memberi teguran secara bijaksana
f Memberi penguatan, baik kepada siswa yang
mengganggu, maupun kepada siswa yang bertingkah laku baik, sebagai contoh bagi siswa yang bertingkah
laku kurang baik.
2 Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian
kondisi belajar yang optimal, yaitu: a
Memodifikasi tingkah laku, yang kurang baik dan menimbulkan gangguan.
b Pengelolaan kelompok, dengan cara memperlancar tugas,
dan memelihara kegiatan kelompok. c
Menemukan dan mengatsi tingkah laku yang menimbulkan masalah.
44
g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Menurut Mulyasa “pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru
memberikan perhatian terhadap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun siswa
dengan siswa. ”
45
Pengajaran ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif, berkembangnya daya kreatif, memunculkan sikap
kepemimpinan pada siswa, dapat memenuhi kebutuhan siswa untuk berinteraksi dengan teman satu kelompok, serta memberikan rasa
tanggung jawab yang lebih besar. Peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan
adalah sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi narasumber bagi siswa, motivator bagi siswa untuk
44
E. Mulyasa, op. cit., h. 91-92.
45
Ibid., h. 92.
belajar, penyedia materi dan kesempatan belajar fasilitator bagi siswa, pembimbing kegiatan belajar siswa konselor, dan sebagai
peserta kegiatan belajar.
46
Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa kombinasi pengajaran klasikal, kelompok kecil dan perorangan memberikan
peluang yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian, penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan merupakan suatu kebutuhan yang esensial bagi setiap guru yang profesional.
Seperti halnya dengan keterampilan mengajar yang telah diungkapkan di atas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan juga memiliki komponen-komponennya, menurut
Udin
Syaefudin Su’ud komponen itu meliputi: “1 Keterampilan merencanakan
dan melakukan
kegiatan pembelajaran,
2 Keterampilan mengorganisasi, 3 Keterampilan mengadakan
pendekatan secara pribadi, 4 Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar”.
47
Hakekat dari sistem pengajaran ini adalah terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa,
siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing- masing, siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan
kebutuhannya, dan siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar.
h. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Udin Syaefudin Su’ud “diskusi kelompok kecil adalah suatu proses percakapan yang teratur dan melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan sebagai informasi atau pengalaman,
46
Moch Uzer Usman, op. cit., h. 103.
47
Udin Syaefudin Su’ud, op.cit., h. 72-73.
mengambil keputus an memecahkan suatu permasalahan”.
48
Yang dimaksud dengan membimbing kelompok kecil adalah pembuatan
kelompok dalam pembelajaran yang terdiri dari 3-7 siswa dalam setiap kelompoknya.
Kelompok merupakan kegiatan yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi, tidak setiap guru mampu
membimbing siswa untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh karena itu, keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru
mampu melaksanakan tugas ini dengan baik. Untuk itu seorang guru harus mengetahui komponen dan
prinsip dalam membimbing diskusi kelompok kecil. Komponen dalam membimbing kelompok kecil mencakup 1 memusatkan
perhatian siswa, 2 memperjelas pendapat siswa, 3 menganalisis pandangan siswa, 4 meningkatkan kontribusi siswa, 5
mendistribusikan pandangan siswa, 6 menutup diskusi. Dalam penerapan diskusi kelompok kecil, guru harus
memperhatikan hal-hal berikut ini: 1
Harus ada kesamaan latar belakang pengetahuan diantara para anggota kelompok
2 Semua anggota kelompok harus mempu mengungkapkan
pendapatnya secara lisan, 3
Topik yang dibahas harus bersifat terbuka untuk menampung banyak pertanyaan,
4 Diskusi harus berjalan dalam suasan keterbukaan,
5 pelaksanaan diskusi harus mengingat keunggulan dan
kelemahan-kelemahannya, 6
Diskusi memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, dan
7 Hurus mampu mencegah timbulnya hal-hal yang dapat
menghambat jalannya diskusi.
49
Diskusi kelompok kecil dimaksudkan agar siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran diskusi diharapkan
48
Ibid., h. 69.
49
Hamid Darmadi, op.cit., h. 5-6.
siswa mampu berkomunikasi dengan teman, berani mengungkapkan pendapatnya, dan berkerja sama dalam menyelesaikan masalah. Agar
diskusi berjalan
dengan baik,
seorang guru
hendangnya memperhatikan komponen-komponen dalam diskusi.