diperhatikan dalam mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter, yaitu memberikan banyak perhatian pada aspek karakter
yang ada dalam setiap mata pelajaran dan mengembangkan substansi yang bermakna melalui pengetahuan kontekstual Raka, 2011:64. Dalam upaya
penanaman nilai karakter pada siswa SD, bahan ajar yang digunakan tidak hanya memuat teori tentang karakter-karakter namun memuat aktivitas yang dapat
dijadikan sebagai pelatihan dari penanaman nilai karakter-karakter. Peleburan individu melalui suatu pengalaman dan bukan sekedar pemahaman secara teoritis
Koesoman, 2010:268. Lebih jauh lagi Furqon mengungkapkan bahwa, ada langkah-langkah
dalam upaya pengintegrasian pendidikan karakter dalam bahan ajar setiap mata pelajaran, diantaranya: pertama, mendeskripsikan Kompetensi Dasar KD,
kompetensi yang dideskripsikan biasanya bersumber dari kurikulum 2006; kedua, mengidentifikasi butir-butir karakter yang akan diintegrasikan ke dalam bahan
ajar; ketiga, mengintegrasikan butir-butir karakter ke dalam Kompetensi Dasar yang telah dipilih; keempat, melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan
metode atau teknik tertentu; kelima, menentukan metode; keenam, menentukan evaluasi; dan ketujuh, adalah menentukan sumber belajar 2010:57.
2.1.4 Model Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan suatu bahan yang digunakan seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar yang akan digunakan,
disesuaikan dengan tujuan diadakannya kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu,
dalam menyusun suatu bahan ajar dibutuhkan suatu model pengembangan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan langkah-langkah penyusunannya.
Ada banyak model pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan dan salah satunya adalah model pengembangan milik Jerrold E. Kemp yang telah
direvisi. Menurut Kemp Trianto, 2009:179, pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan
berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat dapat dimulai dari titik manapun di dalam siklus tersebut. Model pengembangan bahan
ajar ini dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Gambar 2.1 Model Pengembangan Bahan Ajar milik Jerrold E. Kemp Trianto, 2009: 179
Planing Revision
Formative Project Management
Su p
p o
rt Ser
v ive
Su m
m a
ti v
e E
v al
u ati
o n
Instructional Problem
Learner characteristic
Instructional Resource
Evaluation instrument
Instructional Delivery
Instructional Strategies
Task Analysis
Instructional Objectives
Content Sequencing
1. Identifikasi masalah pembelajaran
Menurut Trianto, tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan antara tujuan kurikulum dengan fakta yang berlaku di lapangan saat ini baik
yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru untuk mecncapai pembelajaran 2009:180. Kesenjangan
yang telah ditemukan menjadi indikasi adanya sebuah masalah di lapangan. 2.
Analisis siswa Analisis siswa diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu maupun kelompok. Tingkah laku awal siswa dilakukan dengan
mengidentifikasi keterampilan-keterampilan prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam buku Trianto, Ibrahim
mengungkapkan bahwa karakteritik siswa dianalisis dengan melihat kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata
pelajaran, pengalamaan, keterampilan psikomotor, kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial,dan sebagainya 2009:181.
3. Analisisi tugas
Menurut Kemp dalam buku Trianto dijelaskan, analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi dari suatu pengajaran 2009:181.
Dapat dipahami bahwa analisis tugas merupakan kegiatan untuk mengetahui keterkaitan tugas yang diberikan oleh guru dengan kurikulum, pokok bahasan
yang diajarkan dan tujuan dari dilaksanakan pembelajaran tersebut. Analisis ini meliputi beberapa komponen yaitu analisis isi pelajaran, analisis konsep,
analisis pemrosesan dan analisis prosedural.
Analisis isi dilakukan dengan mencermati kurikulum GBPP yang sesuai,
dimulai dari bahan kajian, pokok bahasan, sub pokok bahasan, serta garis besar perincian isi pokok bahasan. Analisis isi dilakukan dengan mencermati
kurikulum GBPP yang sesuai, dimulai dari bahan kajian, pokok bahasan, sub pokok bahasan, serta garis besar perincian isi pokok bahasan.
Analisis Konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama
yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis sesuai urutan penyajiannya dan merinci konsep-konsep yang relevan. Hasil analisis konsep
ini adalah sebuah peta konsep. Analisis prosedural dilakukan dengan mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian.
Analisis pemrosesan informasi dilakukan dengan mengelompokkan tugas-
tugas yang
dilaksanakan siswa
selama pembelajaran
dengan mempertimbangkan waktu.
4. Merumuskan indikator
Perumusan indikator ini, mempunyai tujuan untuk mengarahkan aktivitas pembelajaran sesuai dengan tujuan dari indikator yang telah disusun.
Perumusan indikator ini dilakukan berdasarkan pada hasil analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa. Tujuan dari
merumuskan indikator ini adalah a alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, b kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi
hasil belajar siswa dan c panduan siswa dalam belajar Trianto, 2009:182. 5.
Penyusunan instrumen evaluasi Merupakan penyusunan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
ketercapaian indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Ketercapaian
tersebut dilihat dari hasil atau nilai hasil belajar atau nilai evaluasi yang diperoleh siswa. Dengan begitu antara soal evalusai dengan sasarantujuan
pembelajaran harus saling berhubungan. 6.
Strategi pembelajaran Dalam tahap ini dilakukan pemilihan strategi melajar mengajar yang
tentunya sesuai dengan perumusan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan motode, pendekatan atau metode, dan pemilihan format penulisan perangkat
pembelajaran. Strategi yang digunakan merupakan sebuah strategi yang dipandang baik, dimana dapat memberi pengalaman yang berguna bagi siswa,
serta dapat mencapai tujuan yang yang telah dirumuskan. 7.
Pemilihan media atau sumber pembelajaran Sama dengan tahap-tahap sebelumnya, pemilihan media atau sumber
belajar dalam pembelajaran disesuaikan dengan rumusan dari tujuan diadakannya pembelajaran. Secara tidak langsung pemilihan media atau
sumber pembelajaran sangat dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu pembelajaran.
Jika sumber-sumber pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan hati-hati, maka hal tersebut dapat memenuhi tujuan pembelajaran, antara lain
memotivasi siswa dengan cara yang manarik dan menstimulasi perhatian pada meteri pembelajaran, melibatkan siswa, menjelaskan dan menggambarkan isi
meteri pembelajaran dan keterampilan-keterampilan kinerja, membantu sikap pengembangan rasa menghargai apresiasi, serta memberi kesempatan untuk
mengenalisis sendiri kinerja individual Trianto, 2009:185.
8. Pelayanan pendukung
Yang dimaksud dengan layanan pendukung pada tahap ini adalah seluruh layanan yang dibutuhkan dalam pengembangan bahan ajar, antara lain yaitu:
kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan tenaga-tenaga terkait serta juga layanan perpustakaan.
9. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah penilaian yang berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengembang, seberapa baik program telah berfungsi dalam
mencapai berbagai sasarantujuan Trianto, 2009: 186. Penilaian formatif ini, dilaksanakan selama proses pengembangan dan uji coba desain produk.
Melalui penilaian formatif ini, peneliti dapat mengetahui kelemahan dari perencanaan pembelajaran yang telah dibuat. Setelah megetahui kelemahan
dari program atau produk yang dikembangkan, maka dapat dilakukan proses perbaikan sebelum terpakai secara luas.
10. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan- tujuan utama pada akhir pembelajaran. Sumber utama dari penilaian ini
kemungkinan bersar yaitu dari hasil post tes dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi hasil ujian akhir unit, dan uji akhir untuk
pembelajaran tertentu Trianto, 2009:186.
Berdasarkan gambar model pengembangan di atas, semua langkah yang terdapat dalam lingkaran saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan
seluruh langkah yang ada, tidak akan terlepas dari kegiatan revisi. Kegiatan revisi
dilakukan secara terus menerus pada setiap langkah pengembangan. Setiap langkah rancangan pembelajaran selalu berhubungan dengan kegiatan revisi
Kemp, 1994:73. Kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang telah dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukan
dan penilaian yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sumatif, evaluasi formatif, dan pelayanan pendukung di lingkungan tempat pengembangan.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu yang pertama milik Puji Astuti Endang 2012, Pengembangan
Multimedia Interaktif untuk Keterampilan Membaca Sekilas Bahasa Indonesia Kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta,
yang menjelaskan bahwa dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan empat metode penelitian dan
pengembangan yaitu 1 kajian KTSP dan materi pembelajaran, 2 analisis kebutuhan dan pengembanagn program, 3 produksi multimedia dan modul
pembelajaran, dan 4 validasi dan revisi produk oleh pakar pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar media, guru dan siswa hingga menghasilkan prototipe produk.
Dari hasil validasi pakar Bahasa Indonesia diperoleh skor rata-rata sebesar 5,00 kategori “sangat baik”, validasi guru diperoleh skor rata-rata 4,45 kategori “
sangat baik”, validasi pakar media diperoleh skor 3,80 kategori “baik” dan untuk validasi lapangan diperoleh s
kor “4,60” kategori: “sangat baik”. Dengan demikian produk yang dikembangkan berupa multimedia interaktif pembelajaran Bahasa
Indonesia layak digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah.