Aspek-aspek Perilaku Asertif Hakikat Perilaku Asertif

kecemasan yang tidak semestinya, mengekspresikan pikiran serta perasaan secara jujur dan nyaman dengan menerapkan hak-hak pribadi tanpa menyangkali hak-hak orang lain.

2. Aspek-aspek Perilaku Asertif

Menurut Alberti dan Emmons 2002: 42-43 ada berbagai aspek perilaku asertif, seperti yang diuraikan berikut ini: a. Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia Orang asertif tidak menganggap dirinya lebih tinggi atau lebih rendah dari orang lain. Ia tidak menganggap dirinya lebih berharga dari pada orang lain, dan mengusahakan agar setiap orang tidak dirugikan tetapi mengusahakan agar kedua belah pihak sama-sama diuntungkan. Kalau diterapkan pada tingkat mahasiswa ini berarti bahwa mahasiswa mau menerima kekurangan dan menerima kelebihan yang dimiliki oleh orang lain, dapat menerima kekurangan diri sendiri, berani mengakui kesalahan yang ia perbuat dan bersedia untuk belajar dari sebuah kegagalan, sehingga tercipta hubungan yang setara di antara kedua belah pihak. 2. Bertindak menurut kepentingan Anda sendiri Ini mengacu kepada kesanggupan untuk membuat keputusan sendiri. Ia juga mampu membuat suatu tujuan dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Saat ia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam pergaulan ia berani meminta bantuan dari orang lain saat mengalami kesulitan. 3. Membela diri Anda sendiri Orang yang asertif mampu berkata tidak untuk menolak pendapat yang tidak sesuai dengan pikirannya, mampu mempertahankan pendapatnya, mampu menanggapi kritikan atau hinaan dari orang lain dengan tegas. 4. Mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman. Orang asertif sadar bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai sendiri. Oleh karena itu, ia dapat mengungkapkan perasaan-perasaan, pemikiran, keyakinan dan nilai-nilai yang dimilikinya apa adanya, tanpa merasa cemas atau bersalah. Ia sanggup mengungkapkan ketidaksetujuannya, amarah dan mengakui perasaan bersalah dan cemas, serta bersikap spontan dan nyaman. 5. Menerapkan hak-hak pribadi tanpa menyangkali hak-hak orang lain. Orang yang asertif mampu mempertahankan pendapatnya dalam menegakkan haknya dalam kehidupan bermasyarakat, berani berkata tidak untuk menolak hal yang menurutnya tidak penting, mampu berperilaku baik dalam bersosialisasi, dan mampu menghargai perasaan dan pendapat orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Adams dan Lenz 1995 untuk berperilaku asertif orang perlu mampu menggunakan I-message atau pesan aku yaitu pernyataan yang mengungkapkan pikiran, pendapat, keyakinan, kebutuhan, kinginan, perasaan kepada orang lain secara otentik, jujur dan apa adanya. Terdapat 4 jenis I-message atau pesan aku Adams Lenz , 1995: 36 yaitu: a. I-message Deklaratif adalah suatu pengungkapan diri kepada orang lain mengenai keyakinan, ide, sikap, minat, reaksi, perasaan dan tujuan, agar orang lain menjadi tahu apa yang dialami oleh pengirim, mengetahui rasanya menjadi orang seperti pengirim dan bisa menjadi lebih jujur dalam berhubungan. Pesan aku ini dapat mengundang dan mendorong orang lain untuk berbagi pengalamannya sehingga dapat terbina hubungan yang lebih da lam. Contoh: “Saya merasa marah kesal hari ini”. b. I-message Responsif adalah suatu kecakapan berkomunikasi yang digunakan untuk menanggapi permohonan dari orang lain yang tidak dapat dipenuhi atau suatu permintaan yang dapat diterima atau pernyataan yang dengan jelas mengungkapkan kata “tidak” atau “ya”. Ada 2 bagian dari I-message Responsif yang baik, yaitu: 1 Pengungkapan apa adanya mengenai diri sendiri penegasan. Bagian ini menyatakan keputusan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menolak suatu permintaan dengan jelas. Contohn ya: “Saya tidak bisa membantu kamu”. 2 Pengaruh permintaan yang tidak dapat diterima. Bagian ini menjelaskan mengapa menyatakan “tidak”. Pada dasarnya mengatakan kata “tidak”, kita tidak perlu menjelaskan alasan untuk menolak permintaan, namun dengan memberikan alasan orang lain tidak mendapat kesan bahwa pengirim kasar, agresif, serta memahami bahwa pengirim lebih memilih kebutuhan lain. Contoh: “Tidak, saya tidak mau nonton film, saya ada ulangan besok”. c. I-message Preventif adalah suatu pengungkapan diri yang bisa mencegah terjadinya konflik dan salah paham antara pengirim pesan dan penerima pesan. Penerima pesan akan lebih tahu mengenai apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pengirim pesan. Ada 2 bagian dari I-message Preventif yaitu: 1 Pengungkapan diri tentang kebutuhan. Contoh: Maaf, saya ingin pergi hari ini. 2 Alasan-alasan untuk kebutuhan. Contoh: “Maaf, saya memutuskan untuk lebih giat belajar agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan”. d. I-message Konfrontif adalah pengungkapan diri yang menggambarkan perasaan negatif yang dialami sesudah menghadapi tingkah laku orang lain, dan akibat dari tingkah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI laku orang lain terhadap diri kita. Contoh: “saya merasa sangat tersinggung atas ucapanmu”.

D. Perbedaan Perilaku Asertif, Non Asertif, dan Agresif

Dokumen yang terkait

Tingkat kecerdasan emosi mahasiswa angkatan 2015 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik-topik kegiatan pengembangan diri.

0 0 92

Tanggung jawab mahasiswa (studi deskriptif tanggung Jawab dari mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma dan implikasinya pada usulan topik-topik peningkatan tanggung jawab mahasiswa Program Studi Bimbingan Da

1 3 100

Konsep diri mahasiswa : studi deskriptif pada mahasiawa angkatan 2015/2016 program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

0 3 120

Motivasi belajar pada mahasiswa : studi deskriptif tingkat motivasi belajar pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan akademik.

0 1 79

Deskripsi tingkat kesiapan mahasiswa menghadapi pernikahan (studi deskriptif pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan persiapan berkeluarga).

0 0 84

SIKAP MAHASISWA TERHADAP TINDAKAN PLAGIARISME (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Semester II Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan Implikasinya terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi dan Belajar).

1 3 121

Gaya belajar mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2013/2014 dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan belajar.

0 2 87

Tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa dan impilkasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial (studi deskriptif pada mahasiswa prodi bimbingan dan konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma).

0 1 112

Tingkat kecerdasan emosi mahasiswa angkatan 2015 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik topik kegiatan pengembangan diri

0 0 90

Deskripsi tingkat kemandirian belajar mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 112