memiliki jumlah anggota sebanyak 2. 836 orang atau 7.7 , sedangkan koperasi sekunder berjumlah 2 koperasi, yaitu Pusat Koperasi Perikanan Kie raha di
kecamatan Bacan dan Pusat Koperasi Sonyinga Bahari di kecamatan Tidore.
4.1.5 Pemasaran
Komoditas perikanan dan kelautan yang ada di wilayah Maluku Utara dipasarkan baik dalam negeri domestik maupun luar negeri ekspor. Pemasaran
dalam negeri, yaitu ke Jakarta, Surabaya, Banyuwangi, Makassar, dan Manado, sedangkan yang diekspor, yaitu ke pasar tradisional Jepang, Cina dan Hongkong.
Pemasaran dalam negeri hingga tahun 2007 terdiri dari 13 jenis komoditas dengan jumlah volume produksi sebesar 118.554 ton dengan nilai produksi
sebesar Rp.54 544 230 000. Untuk ekspor terdiri dari 7 jenis komoditas antara lain : kerapu hidup, napoleon hidup, lobster hidup, cakalang beku, tuna beku, ikan
beku campuran dan ikan hidup campuran dengan jumlah volume produksi sebesar 1 311.57 ton dengan nilai produksi sebesar US..927 442.67.
Untuk komoditas ikan layang di Maluku Utara selain dipasarkan untuk pasar lokal jenis komoditas ini juga dipasarkan ke luar daerah. Jenis ikan layang
yang benilai ekspor adalah jenis layang biru. Pemasaran ikan layang biru ini terutama ke daerah Surabaya dan Jakarta. Di Muara Baru Jakarta sejak 3 tahun
terakhir didapati ikan layang yang didatangkan dari Surabaya. Dan ternyata dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan-ikan layang tersebut termasuk ikan yang
didatangkan dari Maluku Utara. Sejak tahun 1990-an permintaan akan ikan layang makin meningkat karena
jenis ikan ini dapat digunakan untuk umpan dalam perikanan tuna longline menggantikan ikan saury Cololabris saira dari Jepang yang semakin sulit di
peroleh. Menurut Mayaut 1989 diacu dalam Yusuf dan Hamzah 1995, ikan layang biru sangat cocok untuk di pergunakan sebagai ikan umpan dalam
perikanan tuna, karena selain sisi tubuhnya berwarna keperak-perakan, juga memiliki tekstur dagaing, warna dan bau yang mirip ikan saury.
Ikan layang biru di Maluku Utara sekarang ini merupakan komoditas ekspor. Menurut Sardjana 1998, untuk kepentingan ekspor terdapat tiga kelas yang di
perlukan yaitu kelas 1 60 ekor per 10 kg, kelas 2 80 sampai 85 ekor per 10 kg dan kelas 3 90 sampai 120 ekor per 10 kg. Di Maluku Utara untuk kepentingan
pasar ikan layang biru dikategorikan dalam 2 kleas, yaitu kelas ekspor 50 – 80 ekor per 10 kg dan kelas lokal 30 – 40 ekor per 10 kg.
Ikan layang biru di Maluku Utara di beli oleh 3 perusahan distributor yaitu PT. Dwi Poli, UD Hermanto, dan UD Irwan. Harga beli yang digunakan untuk
membeli ikan tersebut dari nelayan berkisar antara Rp. 6000 – Rp. 6500 per kg. Sedangkan harga jual dari perusahan distributor ke Surabaya dan Jakarta berkisar
RP. 100.000 – Rp. 120.000 per 1 karton 1 karton berisi 10 kg. Permasalahan utama yang dialami nelayan yang mengeksploitasi
sumberdaya ikan layang di Maluku Utara, adalah tidak memiliki fasilitas cold storage
, sehingga kesulitan dalam penanganan ikan apabila hasil tangkapan yang diperoleh melimpah saat musim puncak.
Disamping itu untuk lebih menggairahkan pangsa pasar ikan layang di Maluku Utara yang diharapkan oleh nelayan adalah masuknya investasi dari luar
untuk peningkatan usaha perikanan layang. Dengan adanya investasi dari luar tersebut, terutama investasi dari pihak swasta diharapkan dapat memperkecil
kelemahan yang ada sekarang ini, terutama kelemahan pada modal usaha biaya pengadaan alat tangkap, pendapatan nelayan dan pembagian hasil usaha yang
selama ini tidak merata pada nelayan skala kecil, dikaitkan dengan peluang yang ada pada permintaan pasar lokal dan regional.
4.2 Teknologi Penangkapan Ikan Layang Pilihan