informasi ukuran mata jaring minimun sangat penting dalam penerapan kode etik perikanan yang bertanggung jawab. Ukuran mata jering yang digunakan
memberikan gambaran ukuran ikan yang akan tertangkap. Pembatasan ukuran mata jaring yang dapat digunakan untuk menangkap
jenis ikan tertentu merupakan suatu keharusan dalam penerapan kode etik perikanan bertanggung jawab CCRF. Penentuan ukuran mata jaring harus
didasarkan pada kondisi biologi ikan-ikan yang ada di lapangan Keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan layang di perairan Maluku
Utara sangat tergantung dari bagaimana sumberdaya ikan layang tersebut dieksploitasi. Oleh karena itu perlu digunakan alat tangkap yang selektif yang
mampu meloloskan ikan-ikan yang berukuran tertentu, yaitu yang belum pernah mencapai kematangan gonad. Dengan demikian, ikan-ikan yang tertangkap
minimal sudah pernah melakukan reproduksi sekali dalam masa hidupnya. Disamping itu dalam menjaga kesimbungan sumberdaya ikan layang di Maluku
Utara, maka hal yang terpenting yang harus dihindari adalah dengan tidak melakukan penangkapan ikan pada saat musim pemijahan, sehingga ikan-ikan
dengan bebas melakukan pemijahan tanpa ada gangguan akibat tekanan penangkapan.
5.6 Pola Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Layang
Berdasarkan hasil analisis indeks musim penangkapan, menunjukkan bhawa musim penangkapan ikan layang di perairan Maluku Utara berlangsung dari bulan
Meret -Oktober dan titik puncak terjadi pada bulan Agustus. Musim penangkapan ikan layang terjadi pada saat musim timur, musim peralihan timur-barat dan
musim peralihan barat-timur. Sedangkan pada musim barat barat bulan Desember - Februari bukan merupakan musim penangkapan ikan. Pada bulan-bulan ini
hanya sedikit perahu maupun kapal penangkapan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan. Hal ini disebabkan pada bulan-bulan tersebut ditandai dengan
adanya gelombang yang cukup besar, sehingga dapat menghambat jalannya proses mengoperasian alat tangkap.
Berdasarkan grafik pola musim penangkapan ikan layang Gambar 30, menunjukkan bahwa pada musim timur yaitu bulan Juli - September, merupakan
musim yang sangat baik untuk melakukan penangkapan ikan layang di perairan Maluku Utara. Waktu penangkapan yang baik ini juga didukung dengan adanya
pola musim yang memungkinkan ikan layang hidup dan berkembang di perairan Maluku Utara, sehingga hasil tangkapannya pun menguntungkan.
Perbedaan musim penangkapan ikan ini terutama dipengaruhi oleh perubahan hembusan angin, dimana di Indonesia dikenal dengan 4 jenis musim
angin yaitu, musim Barat, musim Timur, musim peralihan Barat-Timur dan musim peralihan Timur-Barat. Sebagaimana di jelaskan oleh Nontji 2007, angin
yang berhembus di perairan Indonesia terutama adalah angin musim yang dalam satu tahun terjadi dua kalai pembalikan arah yang masing-masing disebut dengan
angin musim barat dan musim timur, sedangkan antara dua kali perubahan musim terdapat juga dua kali musim peralihan yaitu musim peralihan Barat-Timur dan
musim peralihan Timur-Barat. Pada musim timur Juni - Agustus kondisi perairan relatif tenang sehingga
sangat membantu bagi nelayan dalam mengoperasikan alat tangkapnya. Saat musim timur perairan laut Banda dan Laut Maluku diduga lebih subur, hal ini
sesuai dengan pernyataan Nontji 2002, bahwa gerakan arus yang cenderung berasal dari belahan bumi Selatan, namun setelah masuk ke Laut Banda
mengakibatkan terjadinya Upwelling. Akibat dari upwelling ini ditemukannya suhu air yang rendah di permukaan yaitu rata-rata 3ÂșC lebih rendah dari pada
musim barat, sedangkan salinitas 1 lebih tinggi. Kandungan fosfat dan nitrat juga ikut naik menjadi dua kali lipat dan kandungan plankton pun mengalami
peningkatan. Dilanjutkan oleh Nontji 2007, bahwa pada bulan Juni-Agustus aruas kuat datang dari utara Papua yang terlebih dahulu melingkari ujung selatan
Halmahera untuk kemudian berbelok ke utara dan kembali ke Samudera Pasifik bersatu dengan arus Sakal Khatulistiwa Equatorial Counter Current.
Dengan adanya arus maka masa air dilapisan permukaan akan terbawa mengalir, sebagai akibatnya air dari lapisan bawah naik ke permukaan yang
dikenal dengan upwelling yang kaya akan unsur hara. Konsentrasi unsur hara yang tinggi di lokasi upwelling meningkatkan kesuburan perairan sehingga
mendukung kelimpahan dan pertumbuhan plankton yang kemudian memberikan daya tarik bagi ikan-ikan untuk mencari makan.
Hasil penelitian Amri et al., 2006 tentang kondisi hidrologis dan kaitannya dengan hasil tangkapan ikan malalugis biru di perairan Teluk Tomini
menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan malalugis biru berkorelasi dengan peningkatan konsentrasi kesuburan perairan yang terjadi pada musim Timur
bulan Agustus sampai dengan September akibat terjadi upwelling di bagian Mulut Teluk. Selanjutnya hasil penelitian Arifin 2006, menemukan bahwa
upwelling , front dan sebaran klorofil-a di perairan Maluku terjadi pada bulan Juli
dan Agustus. Dengan demikian pada bulan-bulan tersebut kondisi perairan kaya akan unsur hara. Kondisi lingkungan seperti ini sangat mendukung keberadaan
ikan layang dalam mendapatkan makanan untuk kelangsungan hidupnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Laevastu dan Hela 1970, bahwa ikan layang
sangat peka terhadap perubahan lingkungan dan biasanya beruaya mengikuti kadar garam dan ketersediaan makanan. Habitat lingkungan yang disenangi
umumnya sekitar upwelling dan turbulensi. Demikian pula dikemukakan Syahailatua 2004 diacu dalam Amri et al., 2006, bahwa daerah upwelling
merupakan daerah penangkapan ikan-ikan pelagis kecil. Faktor oseanografi seperti salinitas yang cocok juga turut berperan bagi
keberadaa ikan layang di perairan Maluku Utara, dimana kisaran salinitas di perairan Maluku Utara pada musim timur berkisar antara 32,5-33,5 promil.
Kondisi salinitas seperti ini, memang sesuai dengan kebiasaan hidup dari ikan layang yang senang beruaya pada perairan dengan salinitas yang tinggi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Djamali, 1995, layang cenderung melakukan ruaya mengikuti massa air, sebaran salinitas yang tinggi di atas 32 promil, serta
ketersediaan makanan. Selain faktor kondisi perairan dan unsur hara musim penangkapan ikan
layang di Maluku Utara diduga dipengaruhi oleh waktu pemijahan dari ikan tersebut. Hal ini terjadi karena pada saat musim-misim pemijahan biasanya di
manfaatkan nelayan sebagai musim penangkapan bagi ikan layang, dan hal ini terjadi sebagaimana hasil analisis musim pemijahan pada sub bab sebelumnya
diperoleh puncak musim pemijahan ikan layang di Maluku Utara diduga terjadi pada bulan AprilMei. Demikian pula yang di temukan Widodo 1998 di perairan
Jawa terhadap jenis ikan yang sama diduga musim puncak pemijahan terjadi
pada bulan AgustusSeptember. Sedangkan musim penangkapan ikan layang di Maluku Utara terjadi dimulai dari bulan Maret - September dengan musim puncak
terjadi pada bulan Agustus. Kondisi seperti ini bila terjadi secara terus menerus maka akan memberikan dampak yang buruk terhadap ketersediaan sumberdaya
ikan layang di alam. Berdasarkan data hasil wawancara dengan nelayan dan data titik koordinat
posisi lokasi pemasangan rumpon, maka dengan bantuan perangkat lunak AreView Gis 33 dapat dipetakan daerah penangkapan dan musim penangkapan
ikan layang di perairan Maluku Utara. Daerah penangkapan ikan layang di Maluku Utara tidak tersebar merata di
setiap perairan, hanya terkonsentrasi pada daerah tertentu. Pemanfaatan ikan layang di bagian tengah Maluku Utara dilakukan oleh nelayan yang berpangkalan
di PPN Ternate dan PPI Dufa-dufa dan sebagian besar daerah penangkapannya berada di perairan barat Halmahera antara pulau Ternate hingga ujung Utara
Halmahera diantaranya mencakup wilayah perairan Batang Dua, Ternate, Tidore, Mare, Moti, Makian hingga perairan sekitar pulau Kayoa. Dan biasanya
kegiatan penangkapan di lokosi-lokasi tersebut di lakukan pada akhir bulan Februari hingga Mei dan bulan Juli hingga September.
Pemanfaatan ikan layang di bagian selatan Maluku Utara tersebar disepanjang ujung selatan Halmahera hingga bagain barat pulau Bacan tepatnya di
perairan antara pulau Kasiruta hingga mencapai perairan laut Maluku bagi armada yang berukuran relatif besar. Kegiatan penangkapan di daerah tersebut biasanya
dilakukukan oleh nelayan yang berpangkalan di PPP Bacan dan kegiatan
penangkapan dilakukan sekitar bulan April - Oktober. Sedangkan pemanfaatan
ikan layang di perairan bagian Utara Maluku Utara dilakukan oleh nelayan yang berpangkalan di PPP Tobelo yaitu sebagian besar tersebar di perairan utara
Morotai dan perairan sekitar Teluk kao di mana waktu penangkapan dilakukan dari bulan April - September. Umumnya puncak-puncak waktu penangkapan ikan
layang di perairan Maluku utara dimulai dari bulan Maret hingga Oktober. Pemetaan sebaran ikan layang secara bulanan di perairan Maluku Utara
bervariasi sepanjang tahun, hal tersubut disebabkan ikan akan selalu mencari habitatnya yang cocok untuk melangsungkan kehidupannya. Keberadaan ikan
pada suatu daerah penangkapan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan. Suhu dan salinitas merupakan faktor oseanografi yang sangat
berpengaruh terhadap sebaran ikan pelagis termasuk ikan layang Leavestu dan Hayes 1981. Daerah penangkapan ikan dikatakan baik bila tersedia ikan,
parameter oseanografi mendukung, serta kondisi perairan mendukung untuk pengoperasian alat tangkap.
5.7 Pola Pengembangan Berkelanjutan Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Maluku Utara