Bio-ekonomik perikanan layang Optimalisasi Pengelolaan Perikanan Ikan Layang .1 Potensi lestari

5.2.2 Bio-ekonomik perikanan layang

Potensi ekonomi lestari MEY adalah nilai maksimum hasil tangkapan yang dapat memberikan keuntungan maksimum. MEY perlu dihitung agar aktivitas eksploitasi sumberdaya perikanan dapat berjalan dengan sehat, dan efisien untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum tanpa mengganggu proses regenerasi atau daya pulih sumberdaya tersebut. Harga ikan dan biaya operasional merupakan komponen penting yang diperlukan untuk menghitung nilai hasil tangkapan yang memberikan keuntungan maksimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya penangkapan yang dibutuhkan dalam ekspolitasi sumberdaya ikan layang sebesar Rp 988,375 per trip penangkapan. Biaya penangkapan yang digunakan ini adalah biaya penangkapan pada alat tangkap standard mini purse seine, dimana dalam usaha penangkapan ikan layang memerlukan biaya tetap fixed cost dan biaya variabel variable cost . Dalam penelitian ini, yang dimaksud biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak habis digunakan dalam satu kali operasional penangkapan. Biaya tetap terdiri atas penyusutan kapal, penyusutan alat tangkap, penyusutan mesin dan perlengkapan lainnya. Biaya tidak tetap adalah biaya yang sifatnya habis pakai pada setiap operasi penangkapan. Biaya tidak tetap meliputi biaya bahan bakar, es ,ransum dan retribusi. Adapun harga jual ikan layang Decapterus spp di Maluku Utara berkisar antara Rp 5500,00 sampai dengan Rp 6500,00 dengan harga rata-rata p sebesar Rp 6.000,00 per kg . Analisis optimalisasi bio-ekonomi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model Gordon-Schaefer pada berbagai kondisi pengelolaan menunjukkan bahwa pada kondisi pengeloaan MSY memiliki hasil tangkapan lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan yang diperoleh pada kondisi pengelolaan MEY, aktual dan open acces. Hasil tangakpan ikan layang pada kondisi MSY adalah kondisi hasil tangkapan yang maksimum lestari dimana jika hasil tangkapan sudah melebihi kondisi hasil tangkapan ini maka mengakibatkan sumberdaya ikan layang tersebut menjadi tidak sustainable. Perbandingan upaya penangkapan pada berbagai kondisi pengelolaan Gambar 19, mengilustrasikan bahwa upaya penangkapan yang dilakukan armada penangkapan ikan layang pada kondisi open acces lebih besar dibandingkan pada ketiga kodisi pengeloaan lainnya. Sebaliknya bila dilihat dari rente ekonomi tertinggi atau keuntungan optimum lestari yang diperoleh nelayan dalam upaya pengelolaan sumberdaya ikan layang di perairan Maluku Utara, dicapai pada kondisi pengelolaan MEY dan terendah yaitu pada kondisi open acces. Berkurangnya nilai rente ekonomi dalam pengusahaan perikanan laying ini akan terus berlangsung hingga dicapai keuntungan normal yaitu pada saat tingkat upaya penangkapan yang dilakukan mencapai keseimabangan open acces = π . Jika terjadi peningkatan upaya penangkapan melebihi kondisi ini maka akan mengakibatkan kerugian bagi nelayan. Dengan adanya keuntungan dalam pengelolaan sumberdaya menjadi pendorong bagi nelayan untuk mengembangkan armada penangkapan maupun upaya penangkapan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Pada kondisi pengelolaan open acces, meskipun total penerimaan semakin menurun, selagi total penerimaan masih lebih besar dari total biaya penangkapan rente ekonomi positif, maka kondisi ini akan tetap dijalankan oleh nelayan untuk bertahan dalam usaha penangkapan, dimana nelayan akan meningkatkan effort. Jika tingkat effort sudah berlebihan, sehingga total penerimaan lebih kecil dari total biaya penangkapan, maka sebagian pelaku perikanan akan keluar dari kegiatan penangkapan tersebut, yang berarti menurunkan effort. Pemanfaatan sumberdaya perikanan secara lestari perlu dilakukan, guna sustainability spesies tertentu, stok yang harus lestari, walaupun rekruitmen oleh alam terus berjalan, namun effort yang meningkat tajam setiap tahunnya akan berimbas kepada produksi dan pendapatan nelayan itu sendiri. Pada kondisi open acces tidak ada batasan bagi nelayan untuk tetap memanfaatkan sumberdaya. Secara ekonomi pengusahaan sumberdaya pada kondisi open access tidak menguntungkan karena keuntungan komparatif sumberdaya akan terbagi habis. Akibat sifat sumberdaya yang open access maka nelayan cenderung akan mengembangkan jumlah armada penangkapan maupun tingkat upaya penangkapannya untuk mendapatkan hasil tangkapan yang sebanyak-banyaknya, maka tidak efisien secara ekonomi karena keuntungan yang diperoleh lama kelamaan akan berkurang atau tidak memperoleh keuntungan sama sekali. Oleh karena itu pengusahaan sumberdaya perlu dibatasi pada kondisi maximum economic yield atau terkendali agar dapat memberikan keuntungan yang maksimum dikarenakan upaya penangkapan yang terkendali sehingga total penerimaan yang diperoleh lebih besar dari pada total pengeluaran.

5.3 Alokasi Optimum Upaya Penangkapan Ikan Layang