berada dalam jaring digiring menuju buritan kapal. Ikan yang telah digiring menuju ke daerah bunuhan dinaikkan ke atas kapal dengan menggunakan sebuah
serok dan dimasukkan ke dalam keranjang. Ikan-ikan tersebut akan dijual langsung bila ada kapal penadah yang datang atau ikan tersebut di bawah ke
Tempat Pendaratan Ikan.
4.1.2 Produksi dan upaya penangkapan
Produksi kan layang di Maluku Utara sebagian besar didaratkan di 3 wilayah KabupatenKota, yang mana terdapat pelabuhan pendaratan ikan yaitu Kota
Ternate PPN Ternate, Kabupaten Halmahera Selatan PPI Bacan dan Kabupaten Halmahera Utara PPI Tobelo.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terlihat bahwa produksi tangkapan ikan layang di Maluku Utara dalam 10 tahun terakhir 1998-2007
mengalami fluktuasi dengan produksi rata-rata mencapai 17555.495 ton dengan produksi tertinggi pada tahun 2007 sebesar 23677 ton.
Tahun 1998 total hasil tangkapan 14.682 ton, kemudian mengalami penurunan pada tahun 1999 hingga tahun 2000 dengan total hasil tangkapan
masing-masing 12.565 ton dan 12.523 ton. Selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2001 yaitu sebesar 17.252 ton. Tahun 2002 hasil tangkapan kembali
menurun yaitu mencapai 15.755. Selanjutnya total hasil tangkapan mengalami peningkatan hingga tahun 2007 yaitu sebesar 23.677 ton. Secara rinci
perkembangan produksi ikan layang di Maluku Utara di sajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Produksi sumberdaya ikan layang di Maluku Utara, tahun 1998-2007
Tahun Produksi kg
Produksi ton
1998 14.682.000 14.682 1999 12.565.300 12.565
2000 12.523.250 12.523 2001 17.251.600 17.252
2002 15.754.500 15.755 2003 18.153.060 18.153
2004 18.677.060 18.677 2005 20.965.890 20.966
2006 21.305.220 21.305 2007 23.677.070 23.677
Total 175.554.950 175.555
Rata-rata 17.555.495 17.555,49
Sumber. DKP Provinsi Maluku Utara, 2008.
Fluktuasinya produksi ikan layang dapat diakibatkan oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam kegiatan perikanan tangkap. Faktor yang saling
berinteraksi tersebut adalah upaya penangkapan dan ketersedian stok ikan layang di perairan Maluku Utara.
Produksi ikan layang di Maluku Utara dihasilkan menggunakan alat tangkap mini purse seine
, jaring insang hanyut dan bagan perahu. Mini purse seine adalah penghasil utama ikan layang dengan persentase produksi rata-rata terbesar dari
total hasil tangkapan yaitu 13.084.991,3 kg 75, bagan perahu 2.616.998,3 kg 15 dan jaring insang hanyut 1.744.665,5 kg 10. Produksi ikan layang per
jenis alat tangkap di Maluku Utara di sajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Produksi ikan layang per alat tangkap di Maluku utara tahun 1998 - 2007
Mini purse seine Jaring insang hanyut
Bagan perahu Tahun
Kg Kg Kg
1998 11.283.600
1.359.360 2.039.040
1999 9.923.975
1.056.530 1.584.795
2000 9.642.438
1.152.325 1.728.488
2001 12.938.700
1.725.160 2.587.740
2002 11.565.875
1.675.450 2.513.175
2003 13.614.795
1.815.306 2.722.959
2004 14.007.795
1.867.706 2.801.559
2005 15.724.418
2.096.589 3.144.884
2006 15.978.915
2.130.522 3.195.783
2007 17.257.803
2.567.707 3.851.561
Total 130.849.912,5
17.446.655 26.169.982,5
Rata-rata 13.084.991,3
1.744.665,5 2.616.998,3
Sumber. DKP Provinsi Maluku Utara, 2008. Armada dan alat tangkap yang dioperasikan di perairan Maluku Utara dalam
operasi penangkapan ikan layang adalah perahu tanpa motor PTM dan perahu motor tempel PMT. Sampai dengan tahun 2007 unit armada penangkapan yang
beroperasi dalam kegiatan penangkapan ikan layang sebanyak 1.970 unit, terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 1.264 unit dan perahu motor tempel sebanyak
706 unit. Sedangkan unit alat tangkap yang digunakan diantaranya mini purse seine
, jaring insang , bagan, bagan perahu. Semua jenis armada dan alat tangkap yang digunakan memiliki jangkauan dan kemampuan yang masih terbatas, karena
ukuran yang relatif kecil dan terbatas.
Tahun 2007, unit penangkapan mini purse seine mencapai 213 unit, jaring insang hanyut 171 unit dan bagan perahu 322 unit. Perkembangan jumlah unit
penangkapan ikan layang di Maluku Utara di sajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Unit penangkapan ikan layang di Maluku Utara, tahun 1998 – 2007
Unit penangkapan lkan Layang unit Tahun
Mini purse seine Jaring insang hanyut
Bagan perahu 1998 120
104 200
1999 70 71
158 2000 71
73 173
2001 125 160
189 2002 145
174 190
2003 158 180
268 2004 182
172 192
2005 199 175
308 2006 208
175 322
2007 213 171
322 Sumber. DKP Provinsi Maluku Utara, 2008.
4.1.3 Kondisi nelayan dan sistem bagi hasil Jumlah nelayan tahun 2007 yang beraktivitas di perairan Maluku Utara
adalah 36.984 orang. Mereka tersebar di 8 daerah KabupatenKota yaitu, Kota Ternate, Kota Todore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten
Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Tengah dan Kepulauan Sula. Namun yang terlibat secara
langsung terhadap eksploitasi sumberdaya ikan layang adalah mereka yang berada di beberapa wilayah di antaranya: Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan,
Kabupaten Halmahera Selatan dan Kabupaten Halmahera Utara. Jumlah mereka adalah 3.698 orang atau sekitar 10 dari jumlah total nelayan di Maluku Utara.
Adapun jumlah ABK rata-rata pada setiap unit penangkapan yang digunakan untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan layang di perairan Maluku Utara, yaitu
untuk mini purse seine adalah 13 orang, jaring insang hanyut 4 orang dan bagan perahu sebanyak 8 orang.
Nelayan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam usaha penangkapan di Maluku Utara, terutama dalam mengelola faktor-faktor yang
terdapat dalam unit penangkapan sehubungan dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada di daerah tersebut. Sebagian besar nelayan yang
mengeksploitasi sumberdaya ikan layang di Maluku Utara merupakan penduduk
asli daerah setempat. Profesi nelayan merupakan mata pencaharian utama dari
penduduk setempat, sedangkan mereka tidak keluar melaut yaitu terutama pada
musim kurang ikan nelayan bekerja sampingan sebagai petani dan memancing. Nelayan yang megeksploitasi sumberdaya ikan layang di Maluku Utara
terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik rata-rata berpendidikan terakhir SMP dan SMA, sedangkan nelayan buruh
umunya berpendidikan terakhir dari tingkat SD sampai SMA. Nelayan pemilik umumnya hanya memiliki masing-masing satu unit alat tangkap.
Sistem bagi hasil usaha penangkapan ikan layang di Maluku Utara untuk alat tangkap mini purse seine dan bagan perahu memiliki sistem pembagian yang
sama, yaitu setelah diperoleh hasil penjualan laba kotor dan setelah dikurangi dengan biaya operasional dan biaya retribusi, maka diperoleh pendapatan bersih.
Selanjutnya dilakukan pembagian 60 hasil penjualan laba bersih menjadi hak pemilik kapal pemilik usaha, sedangkan 40 sisanya dibagi untuk nelayan
Crew. Khusus untuk alat tangkap jaring insang hanyut sistem pembagian hasil usaha yaitu setalah didapatkan laba bersih, maka 50 menjadi hak pemilik usaha
dan 50 lagi dibagi untuk nelayan Crew. Pembagian pendapatan untuk nelayan Crew berdasarkan fungsi kerja berlaku sama untuk ketiga alat tangkap yaitu
bagian untuk juragan laut fishing master 2 bagian, Juru mesin 1,5 bagian dan untuk nelayan ABK masing-masing memperoleh 1 bagian. Khusus Juragan laut
pada alat tangkap mini purse seine biasanya mendapat tambahan bonus ketika hasil tangkapan keuntungan yang diperolah melebihi standar yang ditargetkan
pemilik modal. Secara jelas sistem bagi hasil usaha perikanan layang di Maluku Utara disajikan pada Gambar 12.
Bonus mini purse seine
Gamabar 12 Sistem bagi hasil usaha perikanan layang di Maluku Utara.
Hasil pengamatan di lapangan terhadap ketiga alat tangkap ikan layang, menunjukkan bahwa pendapatan bersih per tahun tertinggi diperoleh unit mini
purse seine yaitu sebesar Rp 281.692.500,00, kemudian disusul oleh bagan perahu
sebesar Rp 123.473.400,00 dan jaring insang Rp 45.320.100,00. Berdasarkan sistem pembagian hasil yang berlaku dalam usaha perikanan
layang di Maluku Utara seperti terlihat pada Gambar 15, maka untuk mini purse seine
dan bagan perahu untuk pemilik alat tangkap memperoleh pendapatan bersih per tahun masing-masing sebesar Rp 169.015,500,00 dan Rp 74.084.040,00.
Sedangkan Nelayan Crew mini purse seine memperoleh Rp 112.677.000,00 dan Produksi
Pendapatan kotor
Biaya operasional retribusi
Pendapatan Bersih
Mini purse seine Bagan perahu
Jaring insang hanyut
Pemilik 60
Nelayan Crew 40
Pemilik 50
Nelayan Crew 50
Juragan laut 2 bagian
Juru mesin 2 bagian
ABK 1 bagian
Nelayan Crew bagan perahu mendapatkan Rp 49.389.360,00. Pendapatan nelayan Crew tersebut selanjutnya dibagi lagi, sehingga pada alat tangkap mini
purse seine Juragan laut memperoleh Rp 15.023.400,00, Juragan mesin Rp
11.275.600 dan Nelayan ABK Rp 7.511.800,00. Sedangkan pada alat tangkap bagan perahu masing-masing untuk Juragan laut memperoleh Rp 7.598.772,00,
Juru mesin Rp 5.698.772,00 dan Nelayan ABK Rp 3.799.182,00 Lampiran 2 dan Lampiran 5.
Untuk alat tangkap jaring insang hanyut, pendapatan pemilik alaat tangkap yang diperoleh sebasar Rp 22.660.050,00 dan Nelayan Crew Rp 22.660.050,00.
Hasil pendapatan yang di peroleh Nelayan Crew selanjutnya dibagi untuk Juragan Laut Rp 8.240.018,00, Juru mesin Rp 6.180.014,00 dan Nelayan ABK
memperoleh Rp 4.120.009,00 Lampiran 4. Beradasarkan pendapatan bersih yang diterima nelayan pada ketiga alat
tangkap, menunjukkan bahwa Nelayan ABK merupakan bagian yang menerima pendapatan paling rendah dibandingka dengan Juragan laut dan Juragan mesin.
Bila dihitung pendapatan rata-rata per bulan yang diterima Nelayan ABK masing- masing alat tangkap, maka diperoleh untuk Nelayan ABK pada mini purse seine
Rp 6.25.983,00, Nelayan ABK bagan perahu Rp 3.16.599,00 dan Nelayan ABK jaring insang hanyut Rp 3.43.334,00. Dengan demikian nilai pendapatan yang
diterima Nelayan ABK dalam usaha perikanan layang di Maluku Utara masih di bawah satandard Upah Minimum Provinsi UMP yaitu rata-rata per bulan Rp
700.000,00. 4.1.4 Kelembagaan nelayan
Penguatan kelembagaan di bidang perikanan dan kelautan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas usaha dalam memanfaatkan
sumberdaya perikanan di propinsi Maluku Utara. Sampai dengan tahun 2007 jumlah nelayan sebanyak 36. 984 orang atau 4.4 dari total jumlah penduduk
Maluku Utara. Dari jumlah tersebut tergabung dalam 320 kelompok usaha bersama KUB dengan jumlah kelompok antara 5 – 7 orang, dengan demikian
jumlah nelayan yang tergabung dalam kelompok usaha berjumlah 533 orang. Kelembagaan perikanan yang penting lainnya adalah koperasi perikanan,
terdiri dari koperasi primer dan sekunder. Dari 30 koperasi nelayan yang ada
memiliki jumlah anggota sebanyak 2. 836 orang atau 7.7 , sedangkan koperasi sekunder berjumlah 2 koperasi, yaitu Pusat Koperasi Perikanan Kie raha di
kecamatan Bacan dan Pusat Koperasi Sonyinga Bahari di kecamatan Tidore.
4.1.5 Pemasaran