3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 12 dua belas bulan di mulai dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2008, dengan kegitan dimulai dari penelitian
lapangan hingga tahap pengolahan dan analisis data serta penyusunan disertasi. Lokasi penelitian sebagai tempat pengumpulan data adalah wilayah Provinsi
Maluku Utara. Tempat pendaratan ikan yang menjadi obyek penelitian berada di empat KabupatenKota yaitu, Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten
Halmahera Selatan dan Kabupaten Halmahera Utara. Di pilihnya wilayah-wilayah tersebut sebagai lokasi pengambilan data karena ke empat wilayah ini merupakan
sentral kegiatan usaha perikanan ikan layang di Maluku Utara Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1 .
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini di bagi atas 2 bagian yaitu:
1 Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan data di lapangan yang
meliputi: kuisioner sebagai pedoman pengumpulan data, alat tulis menulis, seperangkat komputer untuk rekapitulasi dan analisis data, alat perekam
berupa tape recorder, kamera digital untuk kepentingan dokumentasi penelitian. Objek penelitian berupa unit penangkapan ikan layang yang
menggunakan alat tangkap mini purse seine, jaring insang hanyut dan bagan perahu. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan layang sebagai hasil
tangkapan. 2 Alat dan bahan yang digunakan di laboratorium untuk analisis biologi ikan
panjang berat ikan, tingkat kematangan gonad dan fekunditas terdiri dari : pengaris dengan papan ukur berukuran minimal, timbangan ohaus atau
digital, kertas label, jarum pentul, seperangkat alat bedah lengkap, botol sample botol film, cawan petri petridisk, tisue, tabel klasifkasi tingkat
kematangan gonad, gelas ukur 10 ml, pipet tetes, Mikroskop elektron, gelas obyek, gelas penutup. Sedangkan bahan yang dipakai adalah ikan contoh,
telur contoh dan formalin.
3.3 Metode Pengumpulan
Data
Penelitian ini di laksanakan dengan metode survei terhadap obyek nelayan sebagai pelaku. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung ke lokasi
penelitian. Data primer diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan langsung terhadap unit penangkapan ikan layang serta kegiatan wawancara menggunakan
kuesioner yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan analisis dan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan terhadap nelayan pemilik alat penangkapan ikan
layang, nelayan sebagai pekerja dan para stakeholders di lokasi penelitian. Data sekunder yang diperlukan berkaitan erat dengan keragaan perikanan ikan layang,
data produksi dan nilai produksi ikan layang tahunan time series data provinsi Maluku Utara dari tahun 1998-2007 yang diperoleh dari DKP Provinsi Maluku
Utara, deskripsi wilayah penelitian yang meliputi aspek fisik, sosial, ekonomi, dan kelembagaan yang mampu menjelaskan kondisi usaha perikanan tangkap
khususnya usaha perikanan ikan layang, tulisan yang pernah dilakukan yang ada hubungannya dengan penelitian penulis melalui penelusuran pustaka studi
pustaka, data statistik dan sarana penunjang serta data pilihan pengembangan perikanan tangkap dan kebijakan pemerintah.
Responden dikumpulkan
secara purposive sampling,
yaitu dengan cara memastikan diperolehnya sejumlah sampel yang mewakili populasi yang akan
diteliti. Jumlah responden sebanyak 120 orang dari 4 wilayah kota Ternate, kota Tidore Kepulauan, kabupeten Halmahera Selatan dan Kabupaten Halmahera
Utara, tiap wilayah 30 orang 10 orang nelayan pukat cincin, 10 orang nelayan jaring insang hanyut dan 10 orang nelayan bagan perahu.
Data yang dikumpulkan untuk menentukan prioritas unit penangkapan ikan layang yang layak dikembangkan berupa data masing-masing aspek kajian aspek
biologi, teknis, sosial, ekonomi dan keramahan lingkungan. Secara rinci data-data yang dikumpulkan adalah :
1 Aspek biologi
Pengukuran parameter biologi pada penelitian ini dilakukan terhadap sumberdaya ikan layang sebagai hasil tangkapan utama dari alat tangkap mini
purse seine, jaring insang hanyut dan bagan perahu. Parameter biologi yang
menjadi kajian terhadap sumberdaya layang seperti komposisi target spesies dari
ketiga alat tangkap yang diteliti, ukuran hasil tangkapan utama yaitu ikan layang dan lama waktu nelayan melakukan operasi penangkapan ikan layang dalam
satuan bulan.
2 Aspek teknis
Pengukuran parameter teknis dilakukan pada kapalperahu dan alat penangkapan ikan layang. Parameter teknis penting untuk diketahui karena
menyangkut masalah produksi unit penangkapan ikan layang yang dioperasikan. Parameter teknis yang dikumpulkan antara lain: ukuran kapalperahu, jenis mesin,
jenis bahan bakar, material yang digunakan, ukuran alat tangkap, bahan alat tangkap, produksi hasil tangkapan per tahun, produksi per trip, dan produksi per
tenaga kerja.
3 Aspek sosial
Pengukuran parameter sosial dalam penelitian ini diarahkan kepada nelayan sebagai pelaku utama dalam kegiatan penangkapan ikan layang. Parameter sosial
yang dianalisis menyangkut masalah sumberdaya manusia yang mengoperasikan unit penangkapan ikan layang. Parameter sosial yang dikumpulkan antara lain
jumlah nelayan yang terserap setiap unit penangkapan, pendapatan nelayan per tahun dan tingkat penguasaan teknologi.
4 Aspek ekonomi
Pengukuran parameter ekonomi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat ekonomi dari suatu penangkapan ikan layang untuk diketahui
kelayakan usaha dari alat tangkap tersebut. Parameter ekonomi yang dikumpulkan dalam penelitian ini seperti biaya investasi, biaya operasional, biaya perawatan,
dan nilai produksi.
5 Aspek keramahan lingkungan
Kriteria utama penilaian terhadap keramahan lingkungan mengacu pada pendapat Monintja 2000, bahwa alat tangkap ikan dikatakan ramah lingkungan
apabila memenuhi 9 kriteria diantaranya adalah: 1
Mempunyai selektivitas yang tinggi Suatu alat tangkap dikatakan mempunyai selektitivitas yang tinggi apabila
alat tangkap tersebut di dalam operasionalnya hanya menangkap sedikit spesies
dengan ukuran yang relatif seragam. Selektivitas alat tangkap ada dua macam yaitu selektif terhadap spesies dan selektif terhadap ukuran dengan nilai masing-
masing sub kriteria : a.
Menangkap lebih dari tiga spesies ikan dengan variasi ukuran yang berbeda jauh.
b. Menangkap tiga spesies ikan atau kurang dengan variasi ukuran yang
berbeda jauh. c.
Menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang relatif seragam. d.
Menangkap ikan satu spesies dengan ukuran yang relatif seragam. 2
Tidak merusak habitat
Suatu alat tangkap dianggap tidak merusak habitat dimana pemberian bobotnya didasarkan pada :
a. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas.
b. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit.
c. Menyebabkan kerusakan sebahagian habitat pada wilayah yang sempit.
d. Aman bagi habitat.
3 Menghasilkan ikan berkualitas tinggi
Kualitas ikan hasil tangkapan sangat ditentukan oleh jenis alat tangkap yang digunakan, metode penangkapan dan penanganannya. Untuk menentukan level
kualitas ikan dengan berbagai jenis alat tangkap didasarkan pada kondisi hasil tangkap yang terlihat secara morfologis, yaitu :
a. Ikan mati dan busuk.
b. Ikan mati, segar, cacat fisik.
c. Ikan mati dan segar.
d. Ikan hidup.
4 Tidak membahayakan nelayan
Tingkat bahaya atau risiko yang diterima oleh nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap sangat tergantung pada jenis alat tangkap dan
keterampilan yang dimiliki oleh nelayan. Risiko tingkat bahaya yang dialami oleh nelayan didasarkan pada dampak yang mungkin diterima, yaitu :
a. Bisa berakibat kematian pada nelayan.
b. Bisa berakibat cacat permanen pada nelayan.
c. Hanya bersifat ganguan kesehatan yang bersifat sementara.
d. Aman bagi nelayan.
5 Produksi tidak membahayakan konsumen
Tingkat bahaya yang diterima oleh konsumen terhadap produksi yang dimanfaatkan tergantung dari ikan yang diperoleh dari proses penangkapan.
Apabila dalam proses penangkapan nelayan menggunakan bahan-bahan beracun atau bahan-bahan lainnya yang berbahaya, maka akan berdampak pada tingkat
keamanan konsumsi pada konsumen. Tingkat bahaya yang mungkin dialami oleh konsumen, diantaranya adalah :
a. Berpeluang besar menyebabkan kematian pada konsumen.
b. Berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan pada konsumen.
c. Relatif aman bagi konsumen.
6 By-cath rendah
Suatu spesies dikatakan hasil tangkapan sampingan apabila spesies tersebut tidak termasuk dalam target penangkapan. Hasil tangkapan yang didapat ada yang
dimanfaatkan dan ada yang dibuang ke laut discard. Beberapa kemungkinan by- catch
yang didapat adalah : a.
By-catch ada berapa spesies dan tidak laku dijual di pasar. b.
By-catch ada berapa spesies dan ada jenis yang laku di pasar c.
By-catch kurang dari tiga spesies dan laku di pasar. d.
By-catch kurang dari tiga spesies dan mempunyai harga yang tinggi. 7
Dampak ke biodiversity Dampak buruk yang diterima oleh habitat akan berpengaruh buruk pula
terhadap biodiversity yang ada di lingkungan tersebut. Hal ini tergantung dari bahan yang digunakan dan metode pengoperasiannya. Pengaruh pengoperasian
alat tangkap terhadap biodervisity yang ada adalah : a.
Menyebabkan kematian semua makhluk hidup dan merusak habitat. b.
Menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak habitat. c.
Menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak merusak habitat. d.
Aman bagi biodiversity. 8
Tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi
Suatu alat tangkap dikatakan berbahaya terhadap spesies yang dilindungi apabila alat tangkap tersebut mempunyai peluang yang cukup besar untuk
tertangkapnya spesies yang dilindungi. Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi berdasarkan kenyataan di lapangan adalah :
a. Ikan yang dilindungi sering tertangkap.
b. Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap.
c. Ikan yang dilindungi pernah tertangkap.
d. Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap.
9 Dapat diterima secara sosial
Penerimaan masyarakan terhadap suatu alat tangkap yang digunakan tergantung pada kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Suatu
alat tangkap dapat diterima secara sosial oleh masyarakat apabila : a.
Biaya investasi murah. b.
Menguntungkan. c.
Tidak bertentangan dengan budaya setempat. d.
Tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Ada beberapa kemungkinan yang ditemui di lapangan dalam menentukan
alat tangkap pada suatu area penangkapan, yaitu : a.
Alat tangkap memenuhi 1 dari 4 kriteria di atas. b.
Alat tangkap tersebut memenuhi 2 dari 4 kriteria yang ada. c.
Alat tangkap tersebut memenuhi 3 dari 4 kriteria. d.
Alat tangkap tersebut memenuhi semua kriteria yang ada. Analisis biologi ikan layang di perairan Maluku Utara dilakukan dengan
pendekatan parameter populasi ikan yaitu menggunakan jenis ikan contoh layang biru Decapterus macarellus yang ditangkap dengan mini purse seine. Contoh
ikan layang biru hanya diambil dari hasil tangkapan mini purse seine, dengan tujuan agar ikan yang tertangkap dapat mewakali struktur ukuran ikan layang di
perairan Maluku Utara, mengingat karena alat tangkap ini memilki ukuran mata jaring yang bervariasi. Sedangkan di pilihnya jenis ikan layang biru karena ikan
jenis ini adalah yang dominan tertangkap oleh nelayan di lokasi penelitian. Pengambilan dilakukan secara acak dari kapal mini purse seine yang mendaratkan
ikan di Pelabuhan Nusantara Ternate. Berdasarkan hasil wawancara dengan awak
kapal kapal-kapal mini purse seine tersebut daerah penangkapannya di sekitar perairan Ternate hingga ujung Utara Halmahera, sepanjang ujung selatan
Halmahera hingga bagain barat pulau Bacan dan mencapai perairan laut Maluku. Perairan utara Morotai hingga sekitar Teluk Kao. Dengan demikian ikan contoh
tersebut dapat mewakili populasi ikan pada perairan Maluku Utara. Ikan contoh yang diperoleh dibawa ke di laboratorium stasiun karantina ikan
kelas II Babullah Ternate untuk dianalisis. Ikan contoh dikelompokkan berdasarkan ukuran panjang, jenis kelamin dan tingkat kematangan gonadnya.
Pengukuran dilakukan selama lima bulan, dimana setiap satu minggu sekali dilakukan pengukuran sebanyak 100 ekor secara terpisah untuk tiap jenis kelamin.
Dengan demikian jumlah ikan contoh yang diamati selama penelitian sebanyak 2000 ekor. Untuk keperluan pendugaan data parameter pertumbuhan, data
hubungan panjang berat dan data tingkat kematangan gonad digunakan keseluruhan contoh ikan, sedangkan untuk keperluan data fekunditas diambil ikan
contoh untuk keperluan data fekunditas diambil sub contoh ikan sebanyak 100 ekor.
1 Pengukuran panjang-berat tubuh ikan
Panjang seluruh ikan contoh di ukur dengan menggunakan papan pengukur ikan fish-measuring board dengan tingkat ketelitian 1,0 mm. Jenis pengukuran
yang dilakukan adalah panjang total yaitu panjang dari ujung terdepan bagian kepala ujung mulut hingga ujung terakhir bagian ekor. Sedangkan berat tubuh
ikan di ukur dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,1 gram. Pengukuran dilakukan di laboratorium stasiun karantina ikan kelas II Babullah
Ternate. Ikan contoh yang di ukur ini adalah ikan contoh yang tertangkap dengan alat tangkap mini purse seine.
2 Penentuan tingkat kematangan gonad
Pengamatan tingkat kematangan gonad ikan layang biru dilakukan secara makroskopis langsung di laboratorium. Tingkat kematangan gonad masing-
masing jenis kelamin ikan contoh ditentukan berdasarkan tingkat kematangan gonad ikan pelagis modifiikasi dari Lassie yang dikemukakan Effendie 1979.
3 Perhitungan fekunditas
Untuk perhitungan fekunditas 20 ovari diambil setiap bulan dari ikan contoh betina yang matang telur TKG 4 secara acak, sehingga selama penelitian diamati
100 ovari. Contoh ovari tersebut diawetkan dengan larutan gilson, dan di analisis di laboratorium stasiun karantina ikan kelas II Babullah Ternate, kemudian
dilakukan perhitungan jumlah butiran telurnya dengan cara gabungan gravimetrik, volumetrik dan hitungEffendie, 1979. Cara gabungan tersebut sebagai berikut :
setelah ovari seluruhnya ditimbang dan diketahui beratnya, ambil 5 bagian telur contoh secara acak data satu gonad yang akan diamati, kemudian ditimbang
seluruh gonad contoh tersebut. Hitung Volume gonad contoh tersebut. Encerkan gonad contoh tadi sampai 10 atau 15 CC. Ambil gonad yang sudah diencerkan
tadi sebanyak 1 CC dengan mengunakan pipet tetes kemudian di hitung jumlah telur yang ada pada 1 CC tersebut dan selanjutnya di hitung fekunditasnya.
3.4 Metode Analisis Data