Model linear goal programming Analisis penentuan mesh size minimum jaring

3.4.3 Model linear goal programming

Soekartawi 1995 menyatakan bahwa prinsip optimasi dalam penggunaan faktor produksi pada dasarnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Pengoptimalan alokasi beberapa unit penangkapan ikan secara bersamaan akan dibatasi oleh berbagai kendala maka dapat digunakan model linear goal programming. Stevenson 1989 diacu dalam Sultan 2004 mengatakan bahwa linear goal programming merupakan variasi dari model linear programming yang dapat digunakan untuk menangani masalah yang mempunyai banyak sasaran. Model linear goal programming terdapat variabel deviasional dalam fungsi kendala. Variabel tersebut berfungsi untuk menampung penyimpangan hasil penyelesaian terhadap sasaran yang hedak dicapai. Dalam proses pengolahan model tersebut, jumlah variabel deviasional akan diminimumkan di dalam fungsi tujuan Siswanto 1993. Model linear goal programming untuk optimasi jenis armada penangkapan menggunakan model matematik: Fungsi tujuan: ∑ = + = m i DAi DBi Z 1 Fungsi kendala-kendala m m m n mn m m n n n n b DA DB x a x a x a b DA DB x a x a x a b DA DB x a x a x a = − + + + + = − + + + + = − + + + + ... . . . ... ... 2 2 1 11 2 2 2 2 2 22 1 21 1 1 1 1 2 12 1 11 Keterangan: Z = Fungsi tujuan total deviasi yang akan diminimumkan DB = Deviasi bawah kendala ke-i DA = Deviasi atas kendala ke-i Cj = Parameter fungsi tujuan ke-j b = Kapasitas ketersedian kendala ke-i aij = Parameter fungsi kendala ke-i pada variabel keputusan ke-j kendala Xj = Variabel putusan ke-j jumlah unit penangkapan Xj, DAi dan DBi 0, untuk I = 1,2,….,m dan j =1,2….,n

3.4.4 Analisis Parameter populasi ikan layang biru Decapterus macarellus

3.4.4.1 Analisis parameter pertumbuhan

Untuk menduga pertumbuhan ikan layang biru terlebih dahulu ditentukan frekuensi panjang ikan. Selanjutnnya di tentukan kelompok umur ikan dengan metode Tanaka. Hasil pengelompokkan Cohort terhadap data frekuensi panjang diperoleh panjang rata-rata dari tiap kelempok umur. Nilai panjang rata-rata tersebut kemudian diplot terhadap umur seingga dioeroleh bentuk kurva pertumbuhannya. Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan K dan panjang infinity L ∞ diperoleh berdasarkan pada metode Ford-Walford Sparre et al., 1992, yaitu dengan cara meregresikan panjang ikan pada umur t L t dengan panjang ikan pada umur t+1 L t +1, sehingga didapat persamaan parameter pertumbuhan K= -Ln.b dan L ∞ = a1-b. Kemudian untuk menghitung nilai t o yang merupakan umur teoritis ikan digunakan rumus empiris Pauly, 1983 yaitu : Log -t o = -03922 – 0,2752 log L ∞ - 1,038 log K Setelah mengetahui nilai-niali K, L ∞ dan t o , dapat ditentukan model pertumbuhan dan hubungan umur - panjang ikan layang biru di perairan Maluku Utara dengan memasukkan nilai-nlai parameter pertumbuhan tersebut ke dalam model pertumban Von Bartalanffy sebagai berikut: 1 t t K e L Lt − − ∞ − = Keterangan : Lt = panjang ikan pada saat umur t L ∞ = panjang infinity K = koefisien pertumbuhan t = waktu t o = umur pada saat panjangnya sama dengan nol.

3.4.4.2 Analisis hubungan panjang berat

Hubungan panjang-berat dilakukan secara terpisah antara ikan contoh jantan dan betina. Perhitungan hubungan panjang-berat mengacu pada rumus Effendie 1979, yaitu : W = a L b Keterangan : W = Berat tubuh gram L = Panjang total cm a dan b = Konstanta Selanjutnya nilai a dan b diperoleh dengan merubah parameter di atas ke dalam bentuk aditif melalui transformasi logaritma sehingga terbentuk persamaan regrasi linier sederhana sebagai berikut: Log W= Log a bLogL + Untuk melihat apakah model regresi linier tersebut dapat digunakan sebagai penduga hubungan berat tubuh dengan panjang total, model diuji dengan analisis keragaman yaitu: Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5 1 Regresi 1 ∑ ∑ ∑ − n y x xy b . JKRdbR KTRKTG Galat n-2 JKTJKR Total n-1 2 2 ∑ ∑ − n y y JKGdbG Untuk menguji nilai b terhadap 3, dilakukan menurut kaidah Calender diacu dalam Effendie 1979 yaitu : 2 2 2 . ∑ ∑ ∑ ∑ = x xy x y d 1 . 2 2 − = ∑ n x y d yx S ∑ = 2 2 2 . x x y S b S b S Sb 2 = Sb b thit − = 3 Menurut Ricker 1975, jika nilai b 3 atau b 3, disebut pola pertumbuhan alometrik, dan jika b = 3 disebut pola pertumbuhan isometrik.

3.4.4.3 Metode pengamatan tingkat kematangan gonad

Tingkat kematangan gonad dideterminasikan secara makroskopik visual dengan melihat karakteristik gonad yang mengacu pada tingkat kematangan gonad ikan belanak Mugil dussumieri yang dikemukakan oleh Effendie 1979. Pengamatan tingkat kematangan gonad hanya dilakukan secara terpisah terhadap ikan contoh jantan dan betina. Tabel 2 Klasifikasi tingkatan kematangan gonad TKG Betina Jantan I - ovari seperti benang - panjang sampai ke depan tubuh - warna jernih - permukaan licin - ukuran seperti pendek - ujungnya di rongga tubuh - warna jernih II - ukuran lebih besar - pewarnaan gelap kekuningan - telur belum terlihat dengan jelas - ukuran testis lebih besar - berwarna putih susu - bentuk lebih jelas dari TKG I III - ovari berwarna kuning - secara morfologi telur sudah kelihatan butirnya oleh mata - permukaan testis nampak bergerigih - warna makin putih - morfologi telur dalam keadaan diawetkan mudah putus IV - ovari makin besar - telur berwarna kuning - mudah dipisahkan butirnya - minyak tak tampak - mengisi 12 - 23 rongga tubuh - seperti TKG III - tampak lebih jelas - testis makin pejal - rongga tubuh mulai penuh - warna putih susu V - usus terdesak - ovari berkerut - dinding tebal - butir telur sisa terdapat - di dekat pelepasan - testis di bagian belakang kempis - bagain pelepasan masih berisi

3.4.4.4 Analisis indeks kematangan gonad

Indeks kematangan gonad dianalisis dengan formula dari Effendie 1979 yaitu: 100 x W Wg IKG = Keterangan: IKG = Indeks kematangan gonad Wg = Berat gonad gr W = Berat tubuh gr

3.4.4.5 Perhitungan fekunditas

Perhitungan fekunditas Jumlah telur dilakukan dengan cara gabungan gravimetrik, volumetrik dan hitung Effendie, 1979. Rumus yang digunakan untuk menghitung fekunditas ialah : Q GxVxX F = Keterangan: F = Fekunditas G = Berat gonad gram V = Isi pengenceran cc X = Jumlah telur tiap cc Q = Berat telur contoh gram

3.4.4.6 Metode Sperman Karber

Penentuan ukuran pertama kali matang gonad di analisis berdasarkan kriteria tingkat kematangan gonad mengunakan metode Cassie modifikasi Effendy 1997. Selanjutnya ukuran pertama kali matang gonad dapat di tentukan dengan metode Sperman Karber Udupa, 1986. 2 log 1 ∑ = − + = p X X m X n i k Keterangan : X k = logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad 100 X = selisih logaritma nilai tengah kelas p = rn r = jumlah ikan matang gonad pada kelas ke i n = jumlah ikan pada kelas ke i q = i – p Ragam = X 2 ∑ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ −1 ni qi pi Selang kepercayaan 95 yaitu : ragam Z m 2 α ± Metode ini sudah digunakan beberapa peneliti terdahulu yaitu pada ikan malalugis biru Decapterus maracellus Suwarso et al., 2000, ikan kembung perempuan Rastrelliger brachysoma Suhendrata dan Rusmadji, 1991, ikan layang Decapterus russelli Najamuddin et al., 2004. Pada prinsipnya, metoda ini sejalan dengan metode kurva sigmoid, hanya dalam metoda ini dihitung secara matematik kisaran ukurannya, sehingga lebih meyakinkan dalam penentuan ukuran rujukan.

3.4.5 Analisis penentuan mesh size minimum jaring

Ukuran mata jaring minimum ditentukan berdasarkan pendekatan biologis merujuk pada ukuran ikan dewasa yaitu ikan sudah pernah memijah minimal satu kali. Penentuna mesh size jaring minimum didasarkan pada panjang berapa ikan pertama kali matang gonad dan berapa lingkar badan ikan pada ukuran tersebut. Hubungan antara lingkar badan dengan panjang total ikan dianalisis dengan menggunakan regresi linear sederhana Steel and Torrie, 1981 dengan persamaan sebagai berikut : Y = a + b X Keterangan : Y = panjang ikan cm X = lingkar badan di belakang operculum tutup insang cm

3.4.6 Metode rata-rata bergerak moving average