Macam-macam Leak Leak dalam Pandangan Masyarakat Bali
Macam-macam leak yang ada di Bali dan dipercayai oleh masyarakat Bali adalah sebagai berikut : 1 Leak Pamoran, atau ada pula yang menyebutnya Leak Desti.
Leak pamoran atau Leak Desti adalah perwujudan ilmu leak tingkat paling bawah, yaitu perwujudannya bisa berbentuk binatang. Leak Desti ini sasarannya adalah para
penakut, dan ketika Leak Desti ini bertemu dengan orang penakut, dan lari tunggang- langgang, serta bisa jatuh tak sadarkan diri karena saking takutnya. Pada saat jatuh
inilah korban diserang dan akan mengisap darahnya sehingga orang tersebut sampai mati di tempat. Di samping orang penakut yang menjadi sasarannya juga anak-anak
kecil, terutama bayi-bayi itu bisa menangis terus-menerus dan tidak mau menyusu pada ibunya. Kondisi anak atau bayi yang tidak mau makan jelas mengakibatkan
anak tersebut kekurangan gisi, akibatnya anak tersebut jatuh sakit, kemudian dimakan leak tadi. Menurut beberapa lontar pengeleakan yang dimiliki oleh para
Balian di Bali dinyatakan bahwa cara ngereh atau ngelekas proses perubahan wujud Leak Desti sebagai berikut, sebelum ngereh proses perubahan wujud orang
menjalankan pengeleakan terlebih dahulu melaksanakan beberapa tahapan kegiatan dengan berbagai permohonan. Adapun tahapan sebelum ngereh itu adalah sebagai
rerikut ; a Memasang pasirep yaitu mengeluarkan ilmu kesaktian, agar semua makhluk hidup di sekitarnya tertidur pulas, b mencari tempat ngereh yang strategis
dan aman, seperti di kuburan, di perempatan jalan atau di mana saja yang penting tempat tersebut sepi. c mempersiapkan upakara berupa sarana banten yang
berkaitan dengan ilmu pengeleakan, dan d Melakukan permohonan agar proses ngereh dapat berlangsung sesuai dengan yang diinginkan kepada Hyang Widhi
dalam segala bentuk manifestasinya yaitu: Pertama mohon kepada yang bernama
Butha Peteng untuk memagari tempat, agar siapa yang lewat supaya tidak melihat,
dilanjutkan dengan memasang ilmu Pengereres agar orang yang lewat menjadi
ketakutan. Kedua, mohon kepada yang bernama Butha Keridan, agar penglihatan orang yang lewat bisa terbalik yaitu yang di atas bisa terlihat di bawah. Ketiga,
secara berturut-turut mohon kepada yang bernama Sang Kala Jingkrak, Butha Lenga, Butha Ringkus, Butha Jengking dan terakhir mohon kepada yang bernama Sang
Butha Kapiragan, agar permohonannya bisa terkabul. Keempat, setelah proses
permohonan selesai, dilanjutkan dengan kegiatan muspa nyembah dengan posisi badan terbalik, dilanjutkan dengan nengkleng berdiri dengan kaki satu, dengan
posisi putaran berjalan nengkleng ke arah kiri. mengitari”sanggah cucuk”tempat menaruh sesaji yang terbuat dari batang bambu.
Demikian ngereh merupakan cara belajar ilmu pengeleakan bagi orang yang belajar menjadi leak. Ada pula mereka yang melakukan praktek ngeleak ini di
lakukan di setra atau kuburan. Mereka datang ke kuburan atau setra pada tengah malam gelap bulan tilem pada hari Kajeng Kliwon dengan membawa sanggah
cucuk lengkap dengan sesajinya. Sanggah cucuk tersebut ditancapkan di tengah pemuwun yakni tempat perapen pembakaran jenasah, rambutnya terurai ke depan
sehingga menutupi wajah, pakaian putih di atas lutut, nengkleng dengan kaki bergantian baik kanan maupun kiri sambil mengelilingi sanggah cucuk itu tiga kali
putaran berlawanan dengan arah jarum jam. Kemudian baru membaca lontar pengeleakan yang diberikan oleh guru pembimbingnya. Saat sedang belajar ngeleak
di kuburan ini tidak boleh ada manusia yang mengintip atau melihatnya, karena bisa jadi dalam hal mengubah diri menjadi batal. Bila ajaran ini dilakukan secara
kontinyu setiap kajeng kliwon, maka dalam hitungan beberapa minggu saja dapat merubah dirinya menjadi binatang jadi-jadian seperti babi, kambing, kucing, ayam,
kelelawar, dan sebagainya. Kalau ilmunya sudah tinggi maka akan dapat mengubah menjadi Rangda yang dasyat, dengan wajah yang seram, mengerikan dan
menakutkan seperti wajah dewi Durga dan sebagainya. 2 Cara belajar menjadi leak sari putih, yaitu berguru kepada Dewa
Bethara Brahma, pada malam tanggal pisan atau pada bulan pertama setelah bulan tilem, di catus patha perempatan jalan menghaturkan sesajen tumpeng merah,
ayam panggang lurik, kelapa, beras dan uang kepeng sebanyak 9 keping. Sesaji ditaruh dalam sanggah cucuk yang ditancapkan di tengah jalan. Orang yang belajar
itu berdiri menghadap ke selatan arah Bathara Brahma dengan mengucapkan mantram Om AH Ang, Shang Hyang Brahma Wisesa ingsun aminta nugraha
kesaktian. Om sidhiasthu asthu Om. Mantram ini diucapkan tiga kali, tubuh dilemaskan, napas ditahan beberapa saat, ujung lidah dilipat ke langit-langit mulut.
Bayangkan Bathara Brahma ke luar dari hati naik ke atas dan keluar dari mata kanan. Dia akan memancarkan sinar yang terang, menuju arah tenggara tempat Dewa
Iswara yang bersenjatakan padupan murup. Latihan ini juga dilakukan beberapa kali sehingga dengan cepat akan menjadi leak sari atau leak bunga. Leak Sari ini,
keberadaannya tidak usil atau menyakiti orang yang tidak disenanginya, tidak akan membuat sakitnya orang tertentu, karena tidak termasuk black magic. Orang yang
bisa menjadi leak sari ini badan kasarnya tidur di rumah, tetapi sukmanya yang melayang-layang, menikmati panorama yang indah. Ia seperti bermimpi dan
mendapat kepuasan yang luar biasa setelah tidur dari bangunnya. Leak Sari mampu mengirim pikirannya kemana pun yang ia kehendaki. Makanannya adalah sari bunga
atau madu yang harum. Dia bisa memasang asesirep, sehingga ia tidak mungkin dapat dilihat oleh orang secara kasat mata.
3Leak Sabuk, Leak Sabuk ini adalah leak yang menggunakan sabuk rerajahan yang dapat menjadikan dirinya berubah sebatas bentuk-bentuk wujud
binatang, sesuai dengan bentuk rerajahan yang digoreskan dalam sabuk tersebut. Leak sabuk ini tergolong amat rendah karena ia tidak dapat bersinar dan tidak bisa
berubah lebih sakti kecuali sabuk tersebut kualitasnya ditinggikan lagi.