Lokasi dan Lingkungan Alam Geografi Bali

Di sebelah barat Pulau Bali berbatasan dengan propinsi Jawa Timur dibatasi oleh selat Bali, di sebelah timur berbatasan dengan Pulau Lombok dibatasi oleh selat Lombok. Sedangkan di sebelah utara terdapat laut Jawa dan di sebelah selatan Samudra Indonesia. Secara administratif Propinsi Bali dibagi menjadi 9 Kabupaten Kota 8 Kabupaten dan 1 Kota : KABUPATENKOT A KECAMAT AN DESAKELURAHA N BANJA R DESA ADAT 8 Kab. 1 Kota 53 674 3.945 1.399 Tabel. 1 Propinsi Bali menjadi 9 KabupatenKota Luas masing-masing KabupatenKota : KABUPATEN KOTA LUAS KM 1. Buleleng 2. Jembrana 3. Tabanan 4. Badung 5. Gianyar 6. Klungkung 7. Bangli 8. Karangasem 9. Kota Denpasar 1.365.88 841.80 839.33 418.52 368.00 315.00 520.81 839.54 123.98 Tabel : 2 Luas masing-masing KabupatenKota Secara geografis Propinsi Bali terletak pada posisi antara 8 -03’-40” dan 8 - 50’-48’’. Lintang Selatan 114 -25’-53” – 115 -42’-40” Bujur Timur. Dataran yang ada menurut geologi terutama terbentuk dari batuan kwarter, kwarter bawah, pllosin dan miosin. Relief dan topografi Pulau bali, di tengah-tengah terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut ada gunung berapi yaitu Gunung Batur 1.717 m dan Gunung Agung 3.140 m. Gunung yang tidak berapi lainnya adalah Gunung Merebuk 1.386 m, Gunung Patas 1.414 m, dan Gunung Seraya 1.174 m. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan daerah Bali secara geografis terbagi dua bagian yang tidak sama yaitu: 1 Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai, dan 2 Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Selain hal itu Pulau Bali juga memiliki beberapa danau yaitu; 1 Danau Beratan, 2 Danau Buyan, 3 Danau Tamblingan, dan 4 Danau Batur. Daerah Bali memiliki iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau dan musim hujan dan diselingi dengan musim pancaroba. Suhu dipengaruhi oleh ketinggian tempat, rata-rata Bali sekitar 28-30 derajat. Dataran rendah di bagian selatan lebih lebar bila dibandingkan dengan daratan disebelah utara. Keadaan alam seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap iklim di Bali. Umumnya Daerah Bali bagian selatan turun hujan lebih banyak dari bagian utara terutama pada bulan Desember sampai Pebruari, angin bertiup dari Barat Laut, sedangkan pada bulan Agustus angin bertiup dari Timur dan Tenggara. Pada bulan Maret sampai Mei angin bertiup berubah-ubah arah. Kelembaban udara di Bali berkisar antara 90 dan pada musim hujan bisa mencapai 100, sedangkan pada musim kering mencapai 60. Jenis tanah yang ada di Bali sebagian besar didomisasi oleh tanah regosol dan latasol dan sebagian kecil saja terdapat jenis tanah alluvial, mediteran dan andosol. Jenis tanah lotosol sangat peka terhadap erosi tersebar bagian barat sampai Kalopaksa, Patemon, Ringdikit dan Prapatan. Di samping itu terdapat pula di sekitar Gunung Penyu, Gunung Pintu, Gunung Juwet, dan Gunung Seraya yang secara keseluruhan meliputi 44,9 dari luas Pulau Bali. Jenis tanah regosol yang sangat peka terhadap erosi terdapat di bagian Timur Amlapura sampai desa Culik. Jenis tanah ini terdapat juga di pantai Singaraja sampai Seririt, Bubunan, Kekeran di sekitar Danau Tamblingan, Danau Buyan, dan Danau Beratan, sekitar kelompok hutan Batukaru, serta bagian kecil di pantai selatan Desa Kusamba, Sanur, Benoa dan Kuta. Jenis tanah ini meliputi sekitar 399,93 dari luas Pulau Bali. Jenis tanah Andosol yang juga peka terhadap erosi terdapat di sekitar Baturiti, Candikuning, Banyuatis, Gobleg, Pupuan, dan sebagian kelompok hutan Gunung Batukaru. Jenis tanah mediteran yang kurang peka terhadap erosi terdapat di jazirah Bukit Nusa Penida dan kepulauannya, Bukit Kuta, dan Prapat Agung. Jenis Tanah alluvial yang tidak peka terhadap erosi terdapat di dataran Negara, Sumber, Kelampok, Manggis dan Angantelu. Ketiga jenis tanah ini yaitu andosol, mideteran dan alluvial meliputi sekitar 15,49 dari luas Pulau Bali. Hutan yang berfungsi sebagai pelindung mata air, pencegahan erosi dan banjir atau berfungsi sebagai hidrologi terletak di tengah-tengah Pulau Bali yang membentang di daerah pegunungan dari ujung barat sampai ujung timur Pulau Bali dengan luas kawasan hutan sebesar 22,54 dari luas Propinsi Bali. Sungai-sungai yang bersumber dari hutan kebanyakan mengalir ke daerah Selatan dibandingkan ke Utara. Sebagai daerah agraris sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, pariwisata, dan jasa. Ditinjau dari segi penggunaan tanah di Propinsi Bali tahun 2000, menunjukkan bahwa 5,95 berupa tanah pemukiman, 15,83 tanah sawah, 22,21 kawasan hutan, 23,42 perkebunan, 20,43 tegalan, 7,58 tanah kritis, 0,64 danauwaduk, dan 3,94 lain-lain dari luas Pulau Bali. Kalau dilihat dari sudut sosial ekonomi, letak Pulau Bali sangat strategis, karena berperan sebagai penghubung lalu lintas darat, laut, maupun udara antara pulau-pulau di Nusa Tenggara dan Jawa serta Asia dan Australia.

2.2 Bali dalam Perspektif Sejarah

Suku Bali merupakan suatu kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaannya, sedangkan kesadaran itu diperkuat oleh adanya bahasa yang sama. Walaupun ada kesadaran yang demikian, namun kebudayaan Bali mewujudkan banyak variasi. Di samping itu agama Hindu yang telah lama terintergrasikan ke dalam kebudayaan Bali, dirasakan pula sebagai suatu unsur yang memperkuat adanya kesadaran akan kesatuan itu Bagus,I G N, 2002 : 286 . Berdasarkan catatan hasil wawancara di lapangan terhadap beberapa orang informan menyatakan bahwa Pulau Bali sebelum adanya pengaruh dari budaya Majapahit Jawa Timur itu, telah ada jauh sebelumnya. Kerajaan Bali Aga yang berkedudukan di Bedahulu, sekitar tahun 1337-1343 diperintah oleh Sri Asta Asura Ratna Bumi Banten. Beliau bergelar Sri Tapoulung atau Raja Bedahulu. Beliau sangat mashyur dan disegani rakyat, karena kesaktiannya yang luar biasa, juga sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat. Beliau sangat taat beragama, beliau tidak pernah lupa menyelenggarakan upacara-upacara suci, sesuai dengan aturan-aturan agama atau sesuai pula dengan anjuran-anjuran dari para Bhiksu tatkala itu sebagai penasehat spritual kerajaan. Sri Asta Asura Ratna Bumi Banten menganut agama Budha Bairawa. Pemerintahan beliau dibantu atau didampingi oleh para Menteri dan Patih Agung yang rata-rata memiliki kesaktian tinggi dan sangat jujur. Dari sekian deretan patih-patih yang paling sakti, ada seorang yang sangat masyur kesaktiannya, bernama Ki Patih Kebo Iwa. Patih Kebo Iwa ini sangat sakti mandraguna, tidak tembus senjata tajam buatan pande besi atau senjata pusaka-pusaka sakti lainnya, dan memiliki kepandaian dalam rancang bangun. Pada zaman pemerintahan Ratna Bumi Banten di Bali, ketika itu kerajaan Majapahit diperintah oleh raja putri bernama Sri Ratu Tribhuwana Tungga Dewi dibantu oleh Ki Patih sakti mandraguna, Gajah Mada. Di masa pemerintahan beliau itulah Patih Gajah Mada bersumpah yang terkenal itu yaitu “sumpah palapa”, di mana beliau bersumpah tidak akan makan buah-buahan sebelum dapat mempersatukan seluruh persada Nusantara di bawah panji-panji kerajaan Majapahit. Sejak zaman pemerintahan Raden Wijaya menjadi raja di Majapahit kerajaan Bali sudah berdiri sendiri atau merdeka. Itulah sebabnya di zaman pemerintahan Tri Bhuwana Tungga Dewi di Majapahit, menitahkan Patih Mangku Bumi atau Patih Gajah Mada untuk bertindak menyerang, agar supaya Bali bisa masuk di bawah Majapahit. Dengan demikian barulah Sumpah Palapanya terwujud sebagaimana yang dia cita-citakan. Tetapi untuk menundukkan kerajaan Bali sudah pasti tidak mudah, seperti dia menaklukkan atau menyerang kerajaan-kerajaan lainnya, misalnya kerajaan Sri Wijaya, Kerajaan Wengker, Kerajaan Pasundan, dan kerajaan-kerajaan lainnya, karena kerajaan Bali Aga telah mempersiapkan pertahanannya yang sangat