Kependudukan GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Tabel : 3 Jumlah Penduduk Menurut Kabupataen Kota dan Jenis Kelamin NO . KABUPATEN KOTA J E N I S LAKI-LAKI K E L A M I N PEREMPUAN JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jemrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Kota Denpasar 118.798 184.815 178.153 202.484 75.418 96.888 180.202 284.100 267.127 112.752 190.425 170.445 192.962 78.926 97.726 180.117 275.540 269.514 231.550 375.240 348.598 395.446 154.344 194.614 360.319 559.640 536.641 BALI 2001 2000 1998 1999 1997 1998 1996 1997 1.587.985 1.581.460 1.495.342 1.458.025 1.435.099 1.568.407 1.565.539 1.482.074 1.470.761 1.469.729 3.156.392 3.146.999 2.977.416 2.928.786 2.904.828 Sumber Data : Hasil Sensus Penduduk 2000 Angka Sementara Regestrasi Penduduk Berdasarkan tabel, bahwa rata-rata perimbangan penduduk antara laki-laki dan perempuan boleh dikatakan seimbang atau harmonis, sehingga tidak ada tanda- tanda pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, artinya tabel tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang menjolok antara kaum laki-laki dan perempuan lihat Tabel : 3 . Apabila dilihat Tabel 4, tampak agama Hindu menempati tempat pertama yang paling banyak pemeluknya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penduduk Daerah Propinsi Bali mayoritas menganut agama Hindu Dharma. Sebagian kecil juga terdapat warga yang memeluk agama Islam, Katolik, dan Kristen. Jika dipersentase jumlah penduduk agama Hindu adalah 93. Walaupun demikian, ada pula sebagian kecil orang-orang Bali menganut agama Islam, penganut Kristen, dan Katolik sebesar 7. Penganut agama Islam terdapat di pesisir pantai seperti di Toyapakeh Nusa Penida, Kusamba, Kelungkung, Karangasem, Negara, dan Singaraja serta di beberapa daerah pedalaman Bali bagian barat, di beberapa kota Kabupaten seperti Klungkung, Negara, dan Denpasar. Sedangkan penganut- penganut agama Kristen dan Katolik, terutama terdapat di daerah Denpasar, Jembrana, dan Singaraja. Agaknya penduduk warga masyarakat Bali mayoritas beragama Hindu Dharma, namun mereka tidak arogan karena mereka sudah sejak dahulu dari generasi ke generasi senantiasa hidup rukun, dan tampaknya hubungan secara horisontal antar agama di Bali tidak ada masalah, sebab sejak dahulu mereka hidup berdampingan secara harmonis dalam perbedaan. Tabel : 4 Banyaknya Penduduk Menurut Agama Perkabupaten Kota no Kabupaten Kota Islam orang Hindu orang Budha orang Protestan orang Katolik orang Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jemrana Tabanan Badung Denpasar Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng 42.462 5.891 8.029 58.098 1.040 4.167 1.011 12.668 34.242 169.807 546.752 549.062 317.781 343.903 165.158 187.703 337.222 509.079 825 2.581 980 7.033 682 1.010 372 650 6.750 2.256 1.256 4.026 12.596 216 161 115 208 1.460 2.315 858 6.482 8.846 258 112 110 148 1.163 217.665 557.338 568.579 404.354 546.099 170.608 189.311 350.896 552.876 Bali 2001 2000 1999 1998 1997 167.810 167.810 170.930 151.702 148.814 3.126.467 2.884.188 2.800.313 2.635.891 2.614.674 20.883 21.723 16.879 15.974 16.044 22.294 22.294 22.294 14.367 10.972 20.292 28.292 15.951 12.627 13.639 3.357.726 3.124.467 3.026.367 2.830.501 2.604.163 Sumber Data : Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Bali Dalam agama Hindu di Bali, unsur-unsur lokal lebih banyak menonjol yang telah berjalan sejak lama. Antara agama dengan adat-istiadat terjalin erat, sehingga sulit membedakan mana agama dan mana pula budaya. Di masing-masing daerah di Bali memiliki bermacam-macam variasi lokal dalam agama Hindu, dan bermacam-macam variasi lokal itu justru memperkaya khasanah budaya yang akan justru menjadi corak masing-masing daerah Kabupaten di Bali, dengan demikian budaya di Bali menjadi lebih bervariasi, namun tetap menunjukkan kebersamaan atau kesatuan pandangan terhadap nilai-nilai ajaran Hindu, karena masing-masing daerah akan menyelenggarakan modernisasi, dan juga karena adanya pengaturan dari atas yang dilaksanakan oleh Departemen Agama Depag, atau Jawatan Agama, serta dibina pula oleh Majelis Agama Hindu, yang disebut Parisadha Hindu Dharma.

2.4 Pola Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Bali secara umum adalah bertani. Dapat dikatakan 70 dari mereka berpenghidupan bercocok tanam, dan hanya 30 hidup dari peternakan, berdagang, menjadi buruh, pegawai atau lainnya. Berhubung dengan perbedaan-perbedaan lingkungan alam dan iklim di berbagai tempat di Bali, maka terdapatlah perbedaan dalam pengolahan tanah untuk bercocok tanam itu. Wilayah daerah Bali bagian utara, tanah dataran sedikit, curah hujan kurang, maka dari itu bercocok tanam relatif lebih terbatas dari pada di Bali bagian selatan. Di samping bercocok tanam di sawah, Bali bagian utara sebelah timur dan sebelah bagian barat ada usaha menanam buah-buahan jeruk, pala wija, kelapa dan kopi pegunungan. Kebun kopi rakyat menurut laporan statistik Jawatan Pertanian Wilayah Bali menyebutkan bahwa pertanian meliputi daerah seluas 26.657 ha. Perkebunan kopi khususnya terdapat di wilayah pegunungan Singaraja dan Tabanan. Ada dua jenis tipe kopi yang ditanam yaitu Robusta dan Arabika. Keduanya dieksport baik ke luar daerah maupun ke luar negeri, dan ini tidak sedikit artinya bagi perekonomian rakyat. Dilihat dari segi hasilnya, maka sesudah kopi, penghasilan kelapa merupakan hal yang penting. Luas kebun kelapa menurut Jawatan Pertanian meliputi daerah yang luasnya 6.650.50 ha. Kecuali untuk keperluan eksport juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dan juga dieksport. Pohon kelapa banyak dijumpai di pinggir pantai. Selain untuk membuat kopra, batok serta sabut kelapa digunakan sebagai bahan untuk kerajinan rakyat. Adapun hasil penanaman buah-buahan, seperti jeruk, Kabupaten Buleleng, serta salak di Kabupaten Karangasem, dieksport keluar pulau, terutama ke kota-kota besar di Jawa. Di daerah Bali bagian selatan yang merupakan daerah dataran yang lebih luas, pada umumnya dengan curah hujan yang cukup baik, penduduk mengusahakan bercocok tanam di sawah. Sedapat mungkin apabila keadaan mengijinkan, maka penduduk berusaha terutama mengolah dan mengusahakan bercocok tanam di sawah. Untuk kepentingan itu maka diperlukannya pengaturan air yang sebaik-baiknya. Berkembanglah usaha rakyat sistem “subak” yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah. Apabila air cukup, maka ditanamlah padi secara terus menerus, tanpa diselingi oleh palawija, sebaliknya apabila keadaan air kurang cukup, maka diadakan giliran menanam padi dan palawija dan semua ini diatur oleh “kerama subak” Masyarakat Bali hidup dengan nilai-nilai keagamaan yang diwariskan secara turun-temurun, dalam teknologi pertanian tradisional Bali terkenal pula dengan sistem “Subak”. Subak merupakan organisasi tradisional bersifat sosioreligi,