Bentuk Bentuk form dalam seni rupa menunjukkan keseutuhan totalitas, karena

ukurannya dan rautnya. Jadi raut shape merupakan salah satu aspek bentuk, tetapi rautlah sebagai pengenal bentuk yang utama. Kita mengenal suatu bentuk topeng apakah bulat, lonjong, persegi, dan sebagainya, dari segi rautnya Raut memiliki dimensi luas, karena itu sangat dekat pengertiannya dengan bidang. Tetapi raut dapat menggambarkan perwujudan permukaan yang melingkupi volum. Jadi raut tidaklah mesti dalam pengertian datar sebagaimana bidang. Dalam kaitan ini raut lebih merupakan massa. Massa atau gempal memiliki dimensi isi dan bersifat trimatra. Dalam menyusun sejumlah raut, ada beberapa kemungkinan bentuk hubungan antar raut yang dapat dilakukan. Hubungan tersebut dapat berdekatan, berjauhan, bersinggungan atau berhimpitan, bertindih dan berpelantasan Sunaryo,1993:9. Clive Bell dalam Gie, 1976:74 mennjelaskan tentang formalist theory teori bentuk. Menurut teori ini segenap seni penglihatan sepanjang masa mempunyai significant form bentuk penting atau bentuk bermakna sehingga seni tersebut dihargai orang. Significant form adalah bentuk dari karya seni yang menimbulkan tanggapan berupa perasaan estetis aesthetic emotion dalam diri seseorang. Sebaliknya perasaan estetis adalah perasaan yang digugah oleh significant form. Jadi menurut teori formalis penekananya mutlak terletak pada bentuk untuk tercapainya kenikmatan estetis, dan dalam uraian tersebut juga mengemukakan bentuk dan isi, antara bentuk dan isi dipertentangkan, serta teori- teori formalis menekankan mutlaknya isi untuk pencapaian kenikmatan estetis. Dalam hal ini bentuk bukanlah berarti suatu bangun geometri melainkan organisasi menyeluruh yang tersusun dari keseluruhan hubungan satu sama lain di antara unsur-unsur itu. De Bruyne dalam Sahman, 1990:41 menyatakan bahwa bentuk sebagai wujud lahiriah. Dengan demikian karya seni memiliki dimensi baik berupa dua dimensi maupun tiga dimensi. Bentuk itu sendiri terbangun dari berbagai elemen visual baik berupa garis, warna, volum, maupun tekstur. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang memiliki nilai estetis dalam karya seni dan kehadirannya memang disengaja oleh senimannya. Dengan berpijak dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa bentuk itu adalah susunan dari garis, bidang, warna, dan tekstur yang terorganisasi sehingga merupakan suatu wujud kesatuan bentuk yang harmonis.

1.5.3.4 Warna

Mengapa suatu benda dapat dilihat atau dikenali dengan berbagai warna seperti merah, hijau, kuning, dan sebagainya, karena secara alami mata kita dapat menangkap cahaya yang dipantulkan dari permukaan benda tersebut. Benda yang berwarna merah, sebenarnya karena ia memantulkan warna merah yang ditangkap oleh mata melalui retina menembus kesadaran kita yang untuk selanjutnya benda yang tampak tersebut sebagai benda yang berwarna merah. Demikian pula terhadap benda yang berwarna kuning, hijau, biru, dan sebagainya. Warna sebagai unsur seni rupa, kehadirannya itu sekadar untuk memberi tanda pada suatu benda atau barang, atau hanya untuk membedakan ciri benda satu dengan lainnya Kartika dan Nanang Ganda Perwira, 2004:108. Kehadiran warna merupakan lambang atau melambangkan sesuatu yang merupakan tradisi atau pola umum. Kehadiran warna di sini banyak digarap oleh seniman baik seniman tradisi maupun seniman modern dan banyak dipakai untuk memberikan warna pada karya-karya tata rupa lain yang punya citra artistik. Standar warna yang dialternatifkan oleh H Munsel pada th 1912 menyempurnakan sistem warna dari angka-angka warna dan terminologinya, berdasarkan atas penyelidikan pada standarisasi warna yang dapat digunakan untuk aspek-aspek fisik dan psikologi. Sistem Munsell mendasarkan pada dimensi kualita warna yaitu: hue, value, dan intensity atau chrome. Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau, dan sebagainya. Perbedaan antara warna biru dan hijau adalah perbedaan dalam hue. Di antara hue merah dan kuning terdapat hue intermediate merah kuning orange. Sedangkan value secara teoretis hanya membicarakan mengenai kegelapan dan kecerahan warna. Ada banyak tingkatan dari cerah terang kegelapan, mulai dari putih yang murni hingga hitam jet. Menurut Munsell ada 11 tingkatan value netral, termasuk putih dan hitam yang secara teoretis bukan warna tetapi mempunyai hubungan dengan warna. Ini membawa value 5 pada setengah jarak. Putih yang murni lebih cerah atau terang dari warna mana pun dan disebut value 10, sedangkan hitam jet lebih gelap dari warna ditempatkan pada dasar skala sebagai value 0. Dalam hal ini Denman W Rose membagi menjadi 9 tingkatan value warna, yang masing-masing diberi nama dan simbol-simbol, seperti : white = W, High light = HL = Yellow, Light = L Yelllow-Orange, Yellow-Green, Low Light = LL Orange, Green, Middle = M Red Orange, Blue Green dan lain sebagainya. Intensitykhroma diartikan sebagai gejala kekuatanintensitas warna jernih atau suramnya warna. Warna yang mempunyai intensitas penuhtinggi adalah warna yang