217
Bermain Peran
A. Pengertian Bermain Peran
Teknik bermain peran adalah teknik teknik kegiatan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk
memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata. Dengan bermain peran ini diharapkan para peserta didik
memperoleh pengalaman yang diperankan oleh pihak-pihak lain. Teknik ini dapat digunakan pula untuk merangsang pendapat peserta didik dan
menemukan kesepakatan bersama tentang ketepatan, kekurangan, dan pengembangan peran-peran yang dialami atau diamatinya Sudjana, 2001:
134. Sehubungan dengan itu, tujuan penggunaan teknik ini antara lain
adalah untuk mengenalkan peran-peran dalam dunia nyata kepada peserta didik. Setelah mereka mengenal peran-peran tadi maka mereka dapat
memahami keunggulan dan kelemahan peran-peran tersebut serta dapat mengajukan alternatif saran ataupendapat untuk mengembangkan peran-
peran yang ditampilkan dalam kehidupan sebenarnya. Banyak pendidik yang tidak bisa membedakan antara role play dan drama. Meskipun
keduanya tampak sama, tetapi mereka sangat berbeda dalam gaya. Mungkin perbedaan yang paling menonjol adalah pada pelaksanaannya;
drama yang asli biasanya menggunakan naskah, sedangkan role play menggunakan
unsur spontan
atau setidaknya
reaksi yang
tidak dipersiapkan terlebih dahulu.
B. Manfaat Bermain Peran
Bila metode bermain peran dikendalikan dengan cekatan oleh pendidik, banyak manfaat yang dapat dipetik, sebagai metode cara ini :
218
1. Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi.
2. Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan
dengan sesama manusia, seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut menangis pada
adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya. 3. Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan
memperdalam pengertian mereka tentang orang lain. Peneliti membagi kelompok menjadi tiga bagian, yaitu kelompok
bermain peran masing–masing 8 siswa dan kelompok analisis 9 konseli dengan senua permainan bernama “amplop kejutan”, permainannya
sebagai berikut : 6 Seluruh konseli diminta untuk berdiri membentuk sebuah lingkaran
besar. 7 Seluruh konseli diminta untuk menyanyikan lagu “burung kakaktua”
sampai guru bimbingan konseling mengatakan “stop”. 8 Seluruh konseli diminta untuk mencari amplop sebanyak 16 buah yang
masing–masing berisi sebuah kertas berwarna merah 8 buah dan biru 8 buah.
9 Konseli diminta untuk membentuk sebuah kelompok sesuai dengan warna kertas dalam amplop. 8 konseli menjadi kelompok merah dan 8
konseli menjadi kelompok biru, sedangkan sisanya menjadi kelompok analisis.
219
10 Kedua kelompok merah dan kelompok biru diminta untuk bertanding memerankan suatu adegan yang berjudul “No Game no Life”. Disini
siswa bermain peran masih dengan membaca scenario. Pertandingan ini dilakukan dengan tujuan agar konseli lebih serius
dalam memerankan permainan peran. Maka kegiatannya yaitu jangan pernah takut untuk berperilaku asertif.
C. Langkah-langkah permainan:
1. Pembimbing memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok masing–masing
8 siswa
untuk tampil
kedepan kelas
untuk memainkan peran. Siswa bermain peran masih membaca teks.
2. Satu siswa memainkan peran sebagai hakim yang menghargai orang lain dan siswa yang lainnya memainkan peran sebagai tersangka dalam
sebuah kasus. 3. Peserta
didik yang
lain memperhatikan
adegan yang
sedang ditampilkan didepan.
D. Pertanyaan reflektif: