50 ilmu agama Islam serta mengusahakan agar santri dapat mengamalkan
ilmu-ilmu agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren juga berperan lembaga
bimbingan keagamaan,
keilmuan, kepelatihan,
pengembangan masyarakat, dan sekaligus menjadi simpul budaya.
D. Kerangka Berpikir
Perubahan dinamika zaman telah mengakibatkan menggesernya moral-moral anak bangsa. Permasalahan krisis karakter ini ditunjukkan
dari banyaknya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh remaja seperti tawuran, narkoba, pembunuhan, sex bebas, kecurangan pada saat UN,
plagiasi, dan lain-lain. Selain itu ada pula kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh guru dalam sertifikasi maupun penyelenggaraan UN.
Krisis karakter generasi bangsa menunjukkan gagalnya pendidikan dalam upaya mewujudkan pendidikan moral maupun penanaman nilai-
nilai karakter pada peserta didik. Kebijakan pendidikan karakter merupakan kebijakan pendidikan
tentang nilai-nilai budi pekerti untuk mengembangkan karakter yang baik yang melibatkan aspek pengetahuan knowing, perasaan
feeling, dan tindakan action. Kebijakan pendidikan karakter yang dicetuskan pada tahun 2010 telah dilaksanakan pada sekolah-sekolah
maupun perguruan tinggi. namun kebijakan pendidikan karakter tersebut sampai saat ini belum berjalan optimal. Program-program
51 pendidikan karakter yang ada di sekolah masih sebatas pemberian
pengetahuan knowing tentang nilai-nilai moral dan belum melibatkan perasaan feeling dan tindakan action.
Kebijakan pendidikan karakter seharusnya dilaksanakan melalui program-program yang dapat menumbuhkan pengetahuan knowing,
perasaan feeling, dan tindakan action tentang nilai-nilai moral, sehingga, peserta didik tidak hanya mendapat pengetahuan tetapi dapat
memiliki perasaan atau sikap yang dapat ditunjukkan melalui tindakan atau perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah gambar
alur berpikir dalam penelitian ini:
52 Gambar 3. Alur Kerangka Pikir
KEBIJAKAN PENDIDIKAN KARAKTER
Kebijakan: 1.
Latar belakang kebijakan
2. Tujuan kebijakan
3. Faktor pendukung
4. Faktor
penghambat Impelementasi
Kebijakan: 1.
Program 2.
Pendidik 3.
materi 4.
Strategi 5.
Metode 6.
Evaluasi
Membentuk Siswa Berkarakter
53
E. Pertanyaan Penelitian
1. Apa yang melatarbelakangi adanya kebijakan pendidikan karakter di
SMP Al-Hikmah? 2.
Apa saja program pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah? 3.
Apa saja nilai-nilai karakter yang ditanamkan di SMP Al-Hikmah? 4.
Bagaimana proses kebijakan pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah? 5.
Siapa pendidik dalam pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah? 6.
Bagaimana strategi dan metode pendidikan karakter di SMP Al- Hikmah?
7. Bagaimana evaluasi kebijakan pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah?
8. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat pendidikan karakter
di SMP Al-Hikmah?
F. Penelitian Relevan
1. Penelitian dengan judul “Pendidikan Karakter terhadap Santri di
Pondok Pesantren Islamic Studies Center Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul” oleh Yuli Nur Kholid pada tahun 2011. Hasil
penelitian memberikan kesimpulan bahwa wujud pendidikan karakter atau akhlak terhadap santri, dilakukan melalui proses pendidikan secara
terus menerus, dan berkesinambungan antara kegiatan tatap muka teoritik-literer dengan praktik keseharian santri dalam lingkungan
kondusif dan aplikatif. Dari proses tersebut, penanaman karakter religius keimanan dan ketaqwaan menjadi nilai utama dalam
54 membentuk karakter-karakter mulia seperti jujur, kasih sayang,
kesederhanaan, mandiri, sungguh-sungguh, tanggungjawab, disiplin, peduli, kebersamaan, dan kerja keras. Upaya pengasuh dan asatiz
dalam menanamkan nilai-nilai karakter santri dilakukan dengan menciptakan sistem penanaman di dalam lingkungan pondok pesantren.
Upaya-upaya yang dilakukan merupakan unsur-unsur pembentuk dari sistem penanaman karakter itu sendiri, diantaranya : 1 rutinitas dan
pembiasaan, 2 adanya figur keteladanan, 3 menciptakan lingkungan yang kondusif dan bersifat asuh, 4 olah jiwa dan riyadoh. Faktor
pendukung dalam proses pendidikan karakter santri adalah lingkungan sekeliling pondok pesantren yang kondusif dan strategis dan adanya
dukungan dari masyarakat sekitar. Faktor penghambatnya terdapat beberapa santri yang memang sulit untuk dibimbing dan dikendalikan,
dan kadang kala mempengaruhi santri-santri yang lain, dan adanya anak-anak luar pesantren yang masuk ke dalam lingkungan pesantren
dan kadang menciptakan kegaduhan di lingkungan pesantren. 2.
Penelitian dengan judul “Peran Boarding School pada SMP IT Abu Bakar Yogyakarta Sebagai Salah Satu Upaya Penerapan Pendidikan
Karakter” oleh Tintin Ulfiani pada tahun 2012. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa proses pembentukan karakter di SMP
IT Abu Bakar Yogyakarta menggunakan proses keteladanan, membimbing, membantu, keputusan moral, dan transformasi batin. Di