Model-model Pondok Pesantren Pondok Pesantren

47 mendidik para santri mengenai pendidikan agama saja, tetapi juga mengusahakan agar mereka dapat memahami, menguasai, serta mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam sebagai sumber ajaran dan motivasi di segala bidang kehidupan. Sugeng Haryanto 2012: 48 menyatakan bahwa pondok pesantren memiliki peranan penting sebagai alat transformasi kultural yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat. Peran yang dimainkan oleh pondok pesantren adalah sebagai jawaban terhadap panggilan keagamaan untuk menegakkan ajaran dan nilai-nilai agama melalui pendidikan keagamaan dan pengayoman serta dukungan kepada kelompok-kelompok yang bersedia menjalankan perintah agama dan mengatur hubungan antar mereka. Peranan pondok pesantren sebagai alat transformasi kultural akan tetap berfungsi dengan baik jika pondok pesantren masih dilandasi oleh seperangkat nilai-nilai utama yang senantiasa berkembang di dalamnya. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut; a. Cara memandang kehidupan sebagai peribadatan, baik meliputi ritus keagamaan murni maupun kegairahan untuk melakukan pengabdian masyarakat. b. Kecintaan yang mendalam dan penghormatan terhadap pengabdian kepada masyarakat. c. Kesanggupan untuk memberikan pengorbanan bagi kepentingan masyarakat pendukungnya. 48 M. Dafi Nafi’, dkk 2007: 11 menyatakan pesantren mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarkat, dan sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah pondok pesantren. Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren tidak mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas. Ciri inilah yang menjadikannya tetap dibutuhkan oleh masyarakat. Disebut dalam arti luas, karena tidak semua pesantren menyelenggarakan madrasah, sekolah, dan kursus seperti yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luarnya. M. Dafi Nafi’, dkk 2007: 12 menyatakan bahwa pesantren sebagai lembaga keilmuan mengajarkan kepada para santri untuk mempelajari kitab-kitab. Pembelajaran kitab-kitab ini akan memberikan ilmu agama yang lebih banyak dibanding di sekolah- sekolah biasa. Sebagai lembaga pelatihan pesantren berperan dalam melatih para santri untuk mengelola kebutuhan diri santri sendiri; sejak makan, minum, mandi, pengelolaan barang-barang pribadi, sampai ke urusan merancang jadwal belajar dan mengatur hal-hal yang berpengaruh kepada pembelajarannya, seperti jadwal kunjungan orangtua dan pulang menjenguk keluarga. Selain itu para santri juga 49 dapat mengikuti pelatihan agar dapat menjadi anggota komunitas yang aktif dalam rombongan belajarnya. Santri berlatih bermusyawarah, menyampaikan pidato, mengelola suara saat pemillihan organisasi santri, mengelola tugas organisasi santri jika terpilih, mengelola urusan operasional di pondok , dan mengelola tugas dan membimbing santri juniornya. M. Dafi Nafi’ dkk 2007: 20 pesantren menjadi tempat bertanya masyarakat dalam hal keagamaan. Di beberapa daerah, identifikasi lulusan pesantren kali pertama adalah kemampuannya menjadi pendamping masyarakat untuk urusan ritual keagamaan. Faktor yang mendukung pesantren sebagai lembaga bimbingan keagamaan adalah kualifikasi kyai dan jaringan kyai yang memiliki kesamaan pandangan keagamaan, terutama dibidang fiqih, dan kesamaan pendekatan dalam merespon masalah-masalah yang berkembang di masyarakat. Pesantren dan simpul budaya itu sudah seperti sisi dua mata uang yang sama. Bidang garapannya yang berada ditataran pandangan hidup dan penguatan nilai-nilai luhur. Pesantren hadir sebagai sebuah sub kultur, budaya sandingan, yang bisaselaras dengan budaya setempat sekaligus tegas menyuarakan prinsip syariat M. dafi Nafi’ dkk, 2007: 20. Jadi peran pondok pesantren adalah sebagai lembaga pendidikan untuk mendidik santri agar memahami dan menguasai tentang ilmu- 50 ilmu agama Islam serta mengusahakan agar santri dapat mengamalkan ilmu-ilmu agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren juga berperan lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan sekaligus menjadi simpul budaya.

D. Kerangka Berpikir

Perubahan dinamika zaman telah mengakibatkan menggesernya moral-moral anak bangsa. Permasalahan krisis karakter ini ditunjukkan dari banyaknya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh remaja seperti tawuran, narkoba, pembunuhan, sex bebas, kecurangan pada saat UN, plagiasi, dan lain-lain. Selain itu ada pula kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh guru dalam sertifikasi maupun penyelenggaraan UN. Krisis karakter generasi bangsa menunjukkan gagalnya pendidikan dalam upaya mewujudkan pendidikan moral maupun penanaman nilai- nilai karakter pada peserta didik. Kebijakan pendidikan karakter merupakan kebijakan pendidikan tentang nilai-nilai budi pekerti untuk mengembangkan karakter yang baik yang melibatkan aspek pengetahuan knowing, perasaan feeling, dan tindakan action. Kebijakan pendidikan karakter yang dicetuskan pada tahun 2010 telah dilaksanakan pada sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi. namun kebijakan pendidikan karakter tersebut sampai saat ini belum berjalan optimal. Program-program