Evaluasi Pendidikan Karakter Kebijakan Pendidikan Karakter di SMP Al-Hikmah Karangmojo

137 dilakukan melalui penilaian afektif siswa pada masing-masing guru mata pelajaran dengan melakukan pengamatan pada siswa. Hasil dari pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dikatakan sudah berhasil meskipun belum 100. Keberhasilan pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah ditunjukkan dengan perubahan perilaku dari siswa selama sekolah dan berada di pesantren. Banyak dari siswa yang pada awal masuk memiliki perilaku yang kurang baik namun setelah masuk sekolah dan menerima pendidikan di pesantren perilakunya semakin baik. Pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah sudah mampu memberikan dampak positif bagi perilaku siswa menjadi lebih baik. Meskipun masih ada siswa yang terkadang melakukan pelanggaran.

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kebijakan Pendidikan

Karakter di SMP Al-Hikmah Karangmojo Dalam implementasi pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah, terdapat faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung agar implementasi pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik adalah dimulai dari dalam diri anak. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu “MJ” sebagai berikut: “Yang jelas adalah dari kemauan anak. Ketika anak itu mau mengikuti ritme yang ada di sekolah maupun di pondok tentu anak itu akan menjadi anak yang berakhlak mulia. Karena tentu tugas utama sekolah dan pondok itu agar anak itu menjadi anak yang berakhlak mulia jadi ketika anak mau dan berkeinginan dengan sungguh-sungguh pasti akan menjadi anak yang baik.”wawMJ23062014 138 Selain itu, dukungan dari para stakeholder juga sangat penting. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “TS” sebagai berikut: “Menurut saya yang pertama integrasi yang baik antara pondok pesantren dan lembaga formal sekolah. Selanjutnya kerjasama antara para stakeholder di sekolah, di pondok, serta yayasan Al- Hikmah. Serta interaksi yang baik antara para santripeserta didik dengan semua warga pondok dan sekolah.”wawTS23052014 Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter seperti yang diungkapkan oleh Bapak “HN” adalah sebagai berikut: “Input siswa yang berbeda-beda, berasal dari daerah yang berbeda-beda, meskipun sarana dan prasarana di sekolah maupun di pondok sudah bagus tetapi dalam pembiayaannya kami juga lemah. Karena di sini gratis, jika kami ingin berimprovisasi yang macam-macam kami juga harus melihat kemampuan keuangan yang ada. Kemudian yang menghambat selanjutnya adalah konsistensi dari bapak dan ibu guru maupun ustadz untuk menunjukkan diri sebagai model karakter di sekolah dan di pondok pesantren. Seperti misalnya suasana dari rumah yang kemudian dibawa ke sekolah itu nanti berpengaruh di dalam kegiatan belajar dengan siswa, konsistensi dari bapak ibu guru maupun ustadz itu yang sangat dibutuhkan di dalam sekolah maupun di pondok pesantren. Kemudian hambatan selanjutnya adalah pengaruh dari luar. Di pesantren ini anak-anak juga masih bersinggungan dengan warga sekitar. Kami sengaja tidak memberikan tembok supaya anak itu juga tidak terlepas dari dunia luar. Ketika kami lepas tentu ada sisi-sisi positif dan sisi negatif bagi anak. Sisi negatifnya misalnya pengaruh Hp, trend-trend dari anak-anak kampung sekitar seperti tatanan model rambut, cara berpakaian, cara berbicara itu sangat berpengaruh. Artinya lingkungan sekitar itu kadang juga memberikan pengaruh positif kadang juga negatifnya ada. Kemudian hal-hal yang menghambat juga tidak adanya inovasi-inovasi kurikulum dari kami sendiri. Kalau inovasi kurikulum di pesantren tidak seperti inovasi kurikulum di sekolah formal, kami punya standar yang mungkin tidak dapat dengan mudah dirubah. Karena pesantren paling tidak 139 membaca Al-Quran dengan baik dan benar, sholat sudah harus disiplin, dan kemudian karena tuntutannya banyak menjadikan kami sulit untuk menambah-menambah kurikulum atau muatan- muatan seperti kewirausahaan, pendidikan kesehatan karena yang pokok-pokok itu sudah banyak.”wawHN26062014 Hal senadajuga disampaikan oleh Ibu “MJ” sebagai berikut: “Sarana prasarana, karena kami juga dalam hal pembiayaan itu kurang sehingga banyak siswa kadang mengeluh juga tentang fasilitas di pondok.”wawMJ23062014 Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan ada beberapa faktor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter. Faktor pendukungnya adalah dari dalam diri siswa sendiri. Kemauan siswa menjadi faktor penting agar pelaksanaan pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik, karena siswa menjadi subjek dari pendidikan karakter di sekolah. Faktor pendukung selanjutnya yaitu SMP Al- Hikmah yang menjadi Sekolah Berbasis Pesantren. Adanya integrasi ini memberikan dampak positif terhadap perkembangan kurikulum di SMP Al-Hikmah. Pembelajaran pesantren yang diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah memberikan pengetahuan-pengetahuan agama yang lebih banyak, sehingga siswa dapat mengetahui tentang akhlak baik dan buruk. Faktor penghambat dari implementasi pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah yaitu input siswa yang berasal dari berbagai daerah, sarana dan prasarana, dana, konsistensi guru dalam mengajar, pengaruh lingkungan, serta tidak adanya inovasi kurikulum di pesantren. 140

D. Pembahasan

1. Latar Belakang Kebijakan Pendidikan Karakter di SMP Al-

Hikmah Kebijakan pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah dicetuskan atas dasar fungsi pesantren yaitu untuk membentuk akhlak para santri. Sugeng Haryanto 2012: 48 menyatakan bahwa pondok pesantren memiliki peranan penting sebagai alat transformasi kultural yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat. Peran yang dimainkan oleh pondok pesantren adalah sebagai jawaban terhadap panggilan keagamaan untuk menegakkan ajaran dan nilai-nilai agama melalui pendidikan keagamaan dan pengayoman serta dukungan kepada kelompok-kelompok yang bersedia menjalankan perintah agama dan mengatur hubungan antar mereka. Peranan pondok pesantren sebagai alat transformasi kultural akan tetap berfungsi dengan baik jika pondok pesantren masih dilandasi oleh seperangkat nilai-nilai utama yang senantiasa berkembang di dalamnya. Kebijakan pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah juga dilatarbelakangi atas kondisi moral bangsa saat ini yang menunjukkan adanya krisis karakter, maka pendidikan karakter menjadi sangat penting dalam proses pendidikan. Kebijakan pendidikan karakter ini bertujuan untuk membentuk perilaku afektif siswa yang berakhlak mulia sesuai dengan ajaran agama. 141 Di SMP Al-Hikmah pendidikan karakter diberikan tidak hanya difokuskan dalam pemberian pengetahuan-pengetahuan atau ilmu tentang budi pekerti tetapi pengetahuan tersebut juga diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut senada dengan definisi dari pendidikan karakter Akhmad Muhaimmin Azzet 2011: 27 bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan cognitive, perasaan feeling, dan tindakan action. Adanya kebijakan pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah adalah bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk karakter siswa yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa dan ajaran agama. Zubaedi 2011: 18 pendidikan karakter secara perinci memiliki lima tujuan yaitu pertama, mengembangkan potensi kalbunuraniafektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. Kedua, mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Keempat, mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manuia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. Kelima, mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan