Proses Pendidikan Karakter di SMP Al-Hikmah Karangmojo

130 yang benar, serta sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Nilai-nilai dan pesan moral yang tersirat di dalam pelajaran sekolah dan pesantren dapat diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, metode yang digunakan dalam pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah dilakukan melalui pembiasaan dan keteladanan. Seperti yang dinyatakan Ibu “SRM” sebagai berikut: “Menurutsaya, pertama-tama melakukan pembiasaan dulu terhadap siswa. Datang ke sini harus sudah mulai terbiasa dengan keadaan dan aturan di sini, juga teladan. Teladan itu dari guru, dari ustadz, dari temannya, dan juga dari Rasul kami Muhammad SAW, karena beliau adalah teladan terbaik bagi kami. Strateginya menurut saya selain ada di dalam pelajaran itu juga ada di dalam kegiatan- kegiatan. Peraturan-peraturan sekolah maupun pondok itu sebenarnya juga strategi, dan peraturan itu nanti membentuk kultur-kultur di sekolah maupun di pondok. Jam sekian harus begini, jam sekian harus itu, itu adalah kultur yang memang harus dijalankan oleh siswa maupun santri.”wawSRM22052014 Menurut Bapak “HN” strategi pendidikan karakter juga dapat melalui kultur yang ada di sekolah maupun di pondok pesantren. Berikut pernyataan Bapak “HN”: “Strateginya sebenarnya adalah melalui kultur di sekolah maupun di pondok. Karena kultur yang ada di sini maupun di pondok itu nanti akan membentuk siswa-siswa yang mereka akan terbiasa dengan kultur di sini. Jadi kultur yang kami bentuk di sini itu nanti akan membentuk karakter siswa begitu. Misalnya cara berpakaian, cara 131 bertingkah laku, kedisiplinan. Semua itu sebenarnya juga sudah diajarkan di dalam sekolah maupun di dalam pelajaran pesantren, kemudian tinggal mengaplikasikannya. Jadi kami berikan ilmunya, pengetahuan tentang aqidah akhlak lalu mereka pahami dan kemudian baru dilaksanakan.”wawHN26062014 Berdasarkan hasil wawancara tersebut, strategi pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah adalah melalui integrasi dalam pembelajaran baik pembelajaran di sekolah yang fokus utamanya pada pelajaran Pendidikan Agama Islam PAI dan Pendidikan Kewarganegaraan PKn maupun pembelajaran di pondok pesantren yang memuat pesan moral bagi siswa. Strategi pendidikan karakter juga melalui kultur sekolah yang dibentuk dan dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial-kultural satuan pendidikan memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikan yang mencerminkan perwujudan nilaikarakter. Selain itu juga melalui kegiatan-kegiatan ektrakurikuler di sekolah. Kegiatan ektrakurikuler akan mampu mengembangkan bakat dan keterampilan siswa di sekolah. Strategi pendidikan karakter juga dilakukan melalui lingkungan pesantren sebagai lingkungan kedua mereka setelah sekolah. Di pesantren ini akan terjadi proses penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan sehari-hari di pesantren. Dengan kata lain, 132 pesantren memiliki peran yang besar dalam strategi pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah. Metode pendidikan karakter yang digunakan adalah inkulkasi penanaman nilai melalui kultur sekolah, keteladanan, fasilitasi, serta pengembangan keterampilan. Inkulkasi nilai yaitu dengan menanamkan nilai melalui penanaman nilai yang diberikan melalui mata pelajaran, peraturan-peraturan sekolah, kultur sekolah, pembiasaan-pembiasaan di sekolah dan di pesantren. Metode keteladanan di SMP Al-Hikmah yaitu dengan memberikan contoh-contoh atau teladan yang baik kepada siswa yang dilakukan oleh guru dan karyawan di sekolah maupun ustadz di pesantren melalui sikap dan perilaku guru itu sendiri sebagai tauladan atau menggunakan tokohmodel teladan seperti Nabi Muhammad SAW. Sedangkan metode fasilitasi yaitu sekolah memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang siswa agar pendidikan karakter dapat masuk ke dalam diri peserta didik yaitu dengan adanya fasilitas belajar yang baik, adanya perpustakaan, memberikan pendampingan dalam belajar, memberikan perhatian kepada siswa, serta memberikan motivasi- motivasi kepada siswa. Metode pengembangan keterampilan di SMP Al-Hikmah yaitu dengan mengembangkan keterampilan dalam diri siswa melalui ektrakurikuler sekolah, pelatihan 133 berbicara di depan kelas, berceramah pada saat upacara, pelatihan melalui organisasi sekolah seperti OSIS, OSAH, dan PIK-R.

c. Evaluasi Pendidikan Karakter

Dalam upaya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah agar berjalan lancar, diperlukan adanya evaluasi terhadap program yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kekurangan-kekurangan dalam program maupun pelaksanaan pendidikan karakter. SMP Al-Hikmah selalu melakukan evaluasi pada setiap program sekolah. Evaluasi dilakukan dalam evaluasi mingguan, bulanan, dan setiap akhir semester. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “HN”: “Kami selalu melakukan evaluasi terhadap program-program di sekolah. Setiap bulan kami juga agendakan kegiatan untuk rapat atau pertemuan dengan yayasan, dengan pesantren, untuk mengevaluasi apa yang kami lakukan. Dari pengasuhan pondok nanti memberikan gambaran-gambaran secara umum atas evaluasi terhadap santri, dan nanti diutarakan apa saja yang kurang, masalah apa yang dihadapi. Kemudian kami koreksi dan selalu kami perbaiki apa saja yang kurang. Model pembelajarannya apakah sudah sesuai apa belum, hal-hal yang kurang, kemudian apa ada siswa yang bermasalah, seperti itu nanti kami evaluasi.”wawHN26062014 Pernyataantersebut juga disampaikan oleh Ibu “SRM”: “Kami selalu melakukan evaluasi, setiap program atau kegiatan baik dari sekolah maupun di pondok nanti juga melibatkan yayasan, kalau saya sendiri sebagai guru BK saya juga 134 mengevaluasi anak-anak didik saya. Setiap hari saya lihat perkembangan anak didik saya. Nanti kalau ada yang bermasalah nanti langsung dibantu seperti itu.”wawHN22052014 Dari evaluasi pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini dapat dikatakan telah berhasil dalam melaksanakan pendidikan karakter meskipun belum dapat tercapai secara maksimal. Keberhasilan pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah ditunjukkan dengan perubahan perilaku dari siswa- siswa di SMP Al-Hikmah. Hal itu disampaikan oleh Bapak “HN” sebagai berikut: “Hasil dari pendidikan karakter terus terang kami belum puas artinya belum optimal, masih ada peluang-peluang untuk selalu memperbaiki terlaksananya pendidikan karakter ini. Tentunya program-program pendidikan karakter di sekolah maupun di pondok itu sudah memberikan dampak yang positif bagi anak. Nilai kedisiplinan, nilai toleransi, nilai kemandirian, dan lain sebagainya itu sudah ada di dalam sekolah dan di dalam diri anak. Anak-anak yang dari luar itu istilahnya ada yang nakal, ada yang berasal dari keluarga yang broken atau seperti apa, ketika di sini harus mengikuti sistem yang ada di sekolah maupun di pesantren dan kemudian menjadi anak yang lebih baik lagi.”wawHN26062014 Pernyataan tersebut juga diperkuat salah seorang siswa “AMA” bahwa belajar di SMP Al-Hikmah sudah menjadikannya siswa yang lebih baik. Berikut pernyataannya: “Dulu itu saya juga mbeling tetapi setelah di sini saya Insya Allah jadi lebih baik karena sudah banyak ilmu-ilmu agama yang diajarkan di sini, jadi sudah tahu yang baik sama yang buruk.” wawAMA28052014 135 Hal senada juga disampaikan oleh Ibu “MJ”: “Hasilnya tentu belum 100 baik, tetapi yang jelas bahwa kami sudah berusaha untuk membentuk anak yang memiliki ilmu agama sekaligus juga ilmu dari sekolah. Ilmu-ilmu itu Insya Allah sudah diterapkan di sekolah maupun di pondok.”wawMJ23062014 Selain itu, evaluasi pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah tidak hanya dilakukan pada evaluasi proses pelaksanaannya namun juga hasil pendidikan karakter. Untuk itu, sekolah membuat form penilaian afektif yang digunakan untuk menilai afektif siswa. Form penilaian afektif ini diberikan kepada masing-masing guru mata pelajaran untuk memberikan penilaian kepada siswa. Guru melakukan pengamatan tentang afektif siswa setiap hari. Selanjutnya, penilaian masing-masing guru akan dijadikan satu dan menjadi nilai rata-rata siswa dalam satu semester. Berikut adalah contoh form penilaian afektif siswa di SMP Al-Hikmah: 136 Tabel 12. Form Penilaian Afektif Siswa SMP Al-Hikmah Sumber: Dokumen SMP Al-Hikmah Dari data tersebut, dapat di simpulkan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan karakter diperlukan adanya evaluasi. Evaluasi di SMP Al-Hikmah dilakukan setiap seminggu sekali, bulanan, per catur wulan, dan per semester melalui agenda-agenda rapat di sekolah. Evaluasi melibatkan kepala sekolah, guru, komite, dan pihak yayasan dan pesantren. Evaluasi pendidikan karakter juga DAFTAR NILAI AFEKTIF KEPRIBADIAN SISWA SMP AL HIKMAH KARANGMOJO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 MATA PELAJARAN : KELAS : NO NAM A LP NILAI KULTUR KEPESANTRENAN DALAM MAPEL Nilai dalam Bentuk Angka RATA - RATA NILAI KEPRIBA DIAN Huruf DISIPLIN MANDIRI TOLONG MENOLONG KEBERSIHA N KEPATUHA N 1 Adi L 2 Ali L 3 Ari L Karangmojo, Desember 2013 Keterangan: Nilai Kepribadian dibuat rangkap dua Guru Mapel untuk dokumentasi masing-masing guru mapel dan untuk diberikan kepada guru PKn Nilai 9 s.d. 10 A Nilai 7 s.d. 8 B Nilai 5 s.d. 6 C 137 dilakukan melalui penilaian afektif siswa pada masing-masing guru mata pelajaran dengan melakukan pengamatan pada siswa. Hasil dari pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dikatakan sudah berhasil meskipun belum 100. Keberhasilan pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah ditunjukkan dengan perubahan perilaku dari siswa selama sekolah dan berada di pesantren. Banyak dari siswa yang pada awal masuk memiliki perilaku yang kurang baik namun setelah masuk sekolah dan menerima pendidikan di pesantren perilakunya semakin baik. Pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah sudah mampu memberikan dampak positif bagi perilaku siswa menjadi lebih baik. Meskipun masih ada siswa yang terkadang melakukan pelanggaran.

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kebijakan Pendidikan

Karakter di SMP Al-Hikmah Karangmojo Dalam implementasi pendidikan karakter di SMP Al-Hikmah, terdapat faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung agar implementasi pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik adalah dimulai dari dalam diri anak. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu “MJ” sebagai berikut: “Yang jelas adalah dari kemauan anak. Ketika anak itu mau mengikuti ritme yang ada di sekolah maupun di pondok tentu anak itu akan menjadi anak yang berakhlak mulia. Karena tentu tugas utama sekolah dan pondok itu agar anak itu menjadi anak yang berakhlak mulia jadi ketika anak mau dan berkeinginan dengan sungguh-sungguh pasti akan menjadi anak yang baik.”wawMJ23062014