Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009

(1)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli DALAM SUSU KEDELAI

PADA USAHA KECIL DI KOTA MEDAN

2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

EFVI ULINA SIRAIT NIM. 051000057

Telah Diuji Dan Dipertahankan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 03 Juli 2009 Dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim penguji

Ketua Penguji Penguji I

(DR. Dra, Irnawati Marsaulina, MS) (dr. Taufik Ashar, MKM)

NIP. 132089428 NIP. 1323033367

Penguji II Penguji III

(Ir. Indra Chahaya, MSi) (Ir. Evi Naria, MKes)

NIP. 132058731 NIP. 132049787

Medan, Juli 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 131124053


(2)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

ABSTRAK

Minuman susu kedelai merupakan salah satu jenis minuman jajanan yang saat ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas. Jenis minuman ini juga harus memenuhi syarat kualitas air minum yaitu tidak terdapat Escherichia coli dalam minuman. Hal ini untuk menghindari terjangkitnya penyakit yang diakibatkan oleh Escherichia coli dalam minuman. Ini erat kaitannya terhadap penerapan prinsip hygiene sanitasi makanan jajanan oleh pembuat minuman susu kedelai tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sanitasi pengolahan dan kandungan Escherichia coli dalam susu kedelai yang dijual pada usaha-usaha kecil di kota Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan melihat gambaran hygiene sanitasi dan analisa laboratorium terhadap kandungan

Escherichia coli dalam susu kedelai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pembuat minuman belum menerapkan seluruh prinsip hygiene sanitasi antara lain pemilihan bahan baku minuman, penyimpanan bahan baku minuman, pengolahan minuman, penyimpanan minuman jadi, pengangkutan minuman jadi serta penyajian minuman jadi. Sehingga pengolahan susu kedelai pada usaha kecil di kota Medan belum memenuhi syarat kesehatan. Sementara dari 10 sampel minuman susu kedelai yang diperiksa menunjukan 6 sampel minuman susu kedelai tidak mengandung Escherichia coli dan 4 sampel minuman susu kedelai mengandung Escherichia coli.

Berdasarkan hal itu, perlu diadakannya pengawasan dan penyuluhan oleh instansi terkait (Dinas Kesehatan) tentang pentingnya hygiene sanitasi minuman susu kedelai sehingga minuman jajanan yang dipasarkan memenuhi syarat kesehatan.


(3)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : EFVI ULINA SIRAIT

Tempat/tanggal lahir : P. Siantar, 9 Juni 1987

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum menikah

Jumlah bersaudara : 4 Orang

Alamat rumah : Jl. Kenari 3 No. 11, Perumnas P. Siantar

Riwayat Pendidikan

Tahun 1993-1999 : SD RK BUDI MULIA 3 P. Siantar

Tahun 1999-2002 : SLTP N. 1 P. Siantar

Tahun 2002-2005 : SMA N. 1 MATAULI PANDAN SIBOLGA


(4)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

KATA PENGANTAR Syalom..

Terpujilah Tuhan karena anugerahNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia

coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan Tahun 2009”. Untuk

memenuhi pra-syarat meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang tak terhingga dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

2. DR. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu serta fikiran dalam memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

3. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu, fikiran serta memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

4. Ir. Indra Chahaya, MSi selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan dari skripsi ini.

5. Ir. Evi Naria, MKes selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan dari skripsi ini.


(5)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

6. Ibu Dani Dan Pak Mahyudi selaku Pembimbing Laboratorium Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM).

7. Teristimewa kepada orang tua terbaik dan terkasih di dalam hidup ini Bapak (N. Sirait), Ibu (R. Saragih), yang telah mencurahkan seluruh kasih sayangnya dalam mengasuh, mendoakan, dan memenuhi segala kebutuhan penulis selama ini, Abangku (Impun, cSH), Adikku yang manis (Gerlish dan Lenny) serta seluruh keluarga besar Sirait, Butar-butar,, Saragih spesial tante Atik.

8. Yang patut dikenang : Agus, Darma, Sandro, Erik, Desnal, Esron, Robi, Dody, Yessy, Yunus, Titin, Franky, anak-anak Kesling serta teman-teman FKM yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas kebersamaan dan dukungannya. 9. Lafandi, B’Richi, K’Voetry, B’Jariston, Eva ndut, dan semua GMKI Lovers.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran dengan senang hati penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga Tuhan senantiasa memberkati kita, Amin

Medan, Juli 2009 Penulis


(6)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ………..… i

Abstrak ……….. ii

Riwayat Hidup Penulis ……….. iii

Kata Pengantar ……….. iv

Daftar Isi ………... vi

Daftar Tabel ………... viii

Daftar Lampiran ………... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 1

1.3 Tujuan Penelitian ………... 4

1.3.1 Tujuan Umum ……… 4

1.3.2 Tujuan Khusus………... 4

1.4 Manfaat Penelitian ………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hygiene ……… 6

2.2 Pengertian Sanitasi ……… 6

2.3 Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman ……… 6

2.4 6 (Enam) Prinsip Hygiene SanitasI Makanan dan Minuman ……… 7

2.4.1 Prinsip I : Pemilihan Bahan Makanan ……… 8

2.4.2 Prinsip II : Penyimpanan Bahan Makanan ……… 9

2.4.3 Prinsip III : Pengolahan Makanan ……… 11

2.4.4 Prinsip IV : Penyimpanan Makanan Masak ……… 15

2.4.5 Prinsip V : Pengangkutan Makanan ……… 16

2.4.6 Prinsip VI : Penyajian Makanan ……… 18

2.5 Susu Kedelai ………. 20

2.5.1 Gizi dan manfaat susu kedelai ………. 20

2.5.2 Senyawa anti gizi pada kedelai ………. 21

2.5.3 Proses pembuatan susu kedelai ………. 22

2.6 HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) ………. 23

2.7 Persyaratan kualitas air minum ……… 27

2.8 Peranan air dalam kehidupan manusia ……… 28

2.9 Peranan air terhadap kesehatan ……… 29

2.10 Penyakit yang ditularkan melalui makanan Dan minuman ……….. 29


(7)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

2.12 Escherichia coli ……… 32

2.12.1 Klasifikasi E. coli ……… 32

2.12.2 Sifat-sifat E. coli ………. 32

2.13 Kerangka Konsep ……… 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……… 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 38

3.2.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Observasi ……… 38

3.2.2 Waktu Penelitian ……… 38

3.3 Penelitian ……… 39

3.4 Pengumpulan Data ……… 39

3.4.1 Data Primer ……… 39

3.5 Pelaksanaan Penelitian ………. 40

3.5.1 Pengmabilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorim……. 40

3.5.2 Peralatan dan Bahan ……… 40

3.6 Cara Pemeriksaan Laboratorium ……… 41

3.6.1 Test Perkiraan (Presumptive test) ……… 41

3.6.2 Test Penegasan (Confirmative test) ……… 43

3.6.3 Pembacaan Hasil Pemeriksaan ……… 43

3.7 Defenisi Operasional ……… 44

3.8 Aspek Pengukuran / Observasi ……… 45

3.9 Analisis Data ……… 46

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 47

4.1.1 Geografi ……… 47

4.1.2 Demografi ……… 47

4.2 Hasil Penelitian ……… 48

4.2.1 Karakteristik Pembuat Minuman Susu Kedelai ……… 48

4.2.2 Enam Prinsip Hygiene Sanitasi pada Usaha Kecil Minuman Susu Kedelai ……… 50

4.2.3 Pemeriksaan dan jumlah kandungan Escherichia coli dalam susu kedelai pada usaha kecil di kota Medan tahun 2009 ………... 58

BAB V PEMBAHASAN ……… 60

5.1 Observasi Enam Prinsip Hygiene Sanitasi Minuman ……… 59

5.1.1 Pemilihan Bahan Minuman ……… 59

5.1.2 Penyimpanan Bahan Minuman ……… 61

5.1.3 Pengolahan Minuman ……… 61

5.1.4 Penyimpanan Minuman Jadi ……… 64

5.1.5 Pengangkutan Minuman Jadi ……… 65

5.1.6 Penyajian Minuman ……… 65

5.2 Gambaran Hygiene Sanitasi pada Pembuat Minuman Susu Kedelai pada Usaha Kecil di Kota Medan ……… 67


(8)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ………. 72

6.2 Saran ……… 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Distribusi Pembuat Minuman Susu Kedelai Berdasarkan

Pemilihan Bahan Baku Minuman Susu Kedelai pada Usaha

Kecil di Kota Medan Tahun 2009……….. 50

4.2 Distribusi Pembuat Minuman Susu Kedelai Berdasarkan Penyimpanan Bahan Baku Minuman Susu Kedelai pada Usaha Kecil di Kota Medan Tahun 2009 ……….. 51

4.3 Distribusi Pembuat Minuman Susu Kedelai Berdasarkan Pengolahan Minuman Susu Kedelai pada Usaha

Kecil di Kota Medan Tahun 2009 ……….. 52

4.4 Distribusi Pembuat Minuman Susu Kedelai Berdasarkan Lokasi Pengolahan Minuman Susu Kedelai pada Usaha

Kecil di Kota Medan Tahun 2009 ……….. 53

4.5 Distribusi Pembuat Minuman Susu Kedelai Berdasarkan Penyimpanan Minuman Jadi (Susu Kedelai) pada Usaha

Kecil di Kota Medan Tahun 2009 ……….. 54

4.6 Distribusi Pembuat Minuman Susu Kedelai Berdasarkan Pengangkutan Minuman Jadi (Susu Kedelai) pada Usaha

Kecil di Kota Medan Tahun 2009 ……….. 55

4.7 Distribusi Pembuat Minuman Susu Kedelai Berdasarkan Penyajian Minuman Jadi (Susu Kedelai) pada Usaha

Kecil di Kota Medan Tahun 2009……….. 56

4.8 Distribusi Pembuat Minuman Susu Kedelai Berdasarkan Lokasi Penjualan Minuman Jadi (Susu Kedelai) pada Usaha


(9)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pembuat Susu Kedelai pada Usaha Kecil di Kota Medan Tahun 2009

Lampiran 2. Dokumentasi Pada saat Melakukan Penelitian

Lampiran 3. Data Hasil Observasi Hygiene Sanitasi Pembuat Minuman Susu Kedelai pada Usaha Kecil di Kota Medan

Lampiran 4. Data Hasil Observasi Hygiene Sanitasi Untuk 4 Sampel Minuman Susu Kedelai yang Terdapat Escherichia Coli pada Usaha Kecil Di Kota Medan Tahun 2009

Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit menular (BTKL-PPM).

Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit menular (BTKL-PPM).

Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Minuman Susu Kedelai yang Dijajakan Oleh Usaha Kecil di Kota Medan Tahun 2009

Lampiran 8. Daftar I. Perkiraan Terdekat Jumlah Kuman Golongan Coli, Untuk Kombinasi Porsi : 5 x 10 m; 1 x 1 ml; 1 x 0,1 ml, Dengan 95 % Batas Confidence

Lampiran 9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan

Lampiran 10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002


(10)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Seluruh anggota masyarakat tanpa kecuali adalah konsumen makanan itu sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya aspek kelezatan (cita rasa dan flavor), kandungan zat gizi dalam makanan dan aspek kesehatan masyarakat. Makanan yang menarik, nikmat, dan tinggi gizinya, akan menjadi tidak berarti sama sekali jika tidak aman untuk dikonsumsi. Ini dapat disebabkan karena makanan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit (Cahyadi, 2008).

Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan memegang peranan penting dalam pembentukan senyawa yang memproduksi bau tidak enak dan menyebabkan makanan menjadi tidak layak makan. Beberapa mikroorganisme yang mengontaminasi makanan dapat menimbulkan bahaya bagi yang mengonsumsinya.

Makanan yang aman adalah tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu, kualitas makanan, baik secara bakteriologi, kimia, dan fisik, harus selalu diperhatikan. Kualitas dari produk pangan untuk dikonsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme (Silaonang, 2008).


(11)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies

utama bakteri gram negatif. Bakteri ini merupakan flora normal saluran pencernaan manusia dan hewan. Sejak 1940 di Amerika Serikat telah ditemukan strain-strain E. coli yang tidak merupakan flora normal saluran pencernaan. Strain tersebut dapat menyebabkan diare pada bayi. Serotype dari E. coli yang dapat menyebabkan diare pada manusia disebut E. coli enteropatogenik (EPEC). Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya (Supardi,1999). Keberadaannya di luar tubuh manusia menjadi indikator sanitasi makanan dan minuman, apakah pernah tercemar oleh kotoran manusia atau tidak. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya bibit penyakit (patogen) pada pangan (Rahayu, 2007).

Usaha kecil sering ditemui di sekitar kita. Baik yang langsung menjajakan di lingkungan rumahnya maupun berada di lokasi penjualan. Harga yang relatif murah dan keberadaannya yang mudah dijangkau, sehingga membuat banyak orang tertarik akan dagangan jenis usaha kecil. Dagangan minuman es jagung, susu kedelai, air tebu, air kelapa dan es campur adalah beberapa contoh dari jenis dagangan usaha kecil yang ada di sekitar kita.

Berdasarkan penelitian Munthe (2006) diketahui bahwa kandungan E. coli dalam air tebu di pasar kota Medan tidak memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis air minum. Sebab dari 16 sampel yang diuji, semua sampel mengandung E. coli, dalam air tebu yang tidak diberi es batu berkisar 4/100 ml air tebu dan air tebu diberi es batu berkisar 7/100 ml air tebu. Dari penelitian lain yang dilakukan Misbah (2008) pada


(12)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

minuman jagung, mendapatkan 3 sampel (30%) tidak memenuhi syarat kesehatan karena mengandung E. coli.

Minuman susu kedelai merupakan minuman jajanan yang dijual tanpa kemasan khusus oleh pedagang. Manfaat yang diperoleh dengan mengkonsumsi susu kedelai anatara lain kandungan mineral dan vitamin yang tinggi serta zat protein nabati dan zat lemak nabati yang baik dan cukup tinggi dengan harga relatif lebih murah jika dibanding dengan sumber protein lainnya. Susu kedelai akhir-akhir ini telah banyak dikenal sebagai susu alternatif pengganti susu sapi karena komposisinya hampir sama dengan susu sapi (Koswara, 1998).

Manfaat yang banyak diperoleh lewat kandungan susu kedelai ini, membuatnya sangat diminati masyarakat luas. Sehingga mengakibatkan jumlah pedagang susu kedelai banyak beredar di lingkungan masyarakat. Adapun pengolahannya kebanyakan masih dikerjakan secara tradisional oleh pembuatnya. Namun cukup disayangkan karena masih banyak pedagang yang kurang memperhatikan hygiene sanitasi pengolahan makanan yang dijualnya. Sehingga rentan terkontaminasi oleh mikroorganisme maupun patogen penyebab penyakit.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis ingin mengetahui gambaran mengenai hygiene sanitasi pengolahan susu kedelai dengan menggunakan standar yang ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan kualitas serta kuantitas bakteri E. coli dalam susu kedelai


(13)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

berdasarkan Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

1.2 Perumusan Masalah

Susu kedelai banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas. Karena kandungan gizinya yang sangat baik bagi kesehatan. Namun tidak menutup kemungkinan, susu kedelai olahan tersebut mengandung mikroorganisme yang justru menjadi penyebab penyakit. Dapat bersumber pada saat pengolahan bahan baku sampai kepada penyajian atau penjajaan. Demikian juga dengan susu kedelai olahan di kota Medan, mungkin juga mengandung mikroorganisme penyebab penyakit, seperti E. coli.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran hygiene sanitasi pengolahan dan kandungan bakteri

E. coli dalam susu kedelai yang dijual pada usaha-usaha kecil di kota Medan tahun 2009. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pemilihan bahan baku minuman 2. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyimpanan bahan baku minuman 3. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pengolahan minuman susu kedelai 4. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyimpanan minuman susu kedelai 5. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pengangkutan minuman susu kedelai 6. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyajian minuman susu kedelai

7. Untuk mengetahui ada tidaknya E. coli pada minuman susu kedelai yang akan dijajakan pada saat penjualan


(14)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

8. Untuk mengetahui jumlah kandungan E. coli pada minuman susu kedelai yang akan dijajakan pada saat penjualan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi kepada masyarakat luas mengenai kebersihan dan kandungan

E. coli pada susu kedelai olahan yang dijual di kota medan.

2. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya bagian kesehatan lingkungan dalam hal pengawasan hygiene sanitasi makanan dan minuman sehingga program yang disusun dan dilaksanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.


(15)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hygiene

Pengertian kesehatan berdasarkan UU No. 23 tahun 1992, yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis (Soemirat, 1994). Untuk itu penting dilakukan tindakan pengendalian penyakit terhadap badan, jiwa dan sosial. Seperti halnya perilaku hygiene sanitasi yang dapat dibedakan menurut pengertiannya.

Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).

2.2 Pengertian Sanitasi

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya, menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004)


(16)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Makanan dan minuman termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia karena merupakan sumber energi satu-satunya. Sehingga apapun yang akan disajikan sebagai makanan maupun minuman manusia haruslah memenuhi syarat utama, yaitu citra rasa makanan dan keamanan makanan dalam arti makanan tidak mengandung zat atau mikroorganisme yang dapat menggangu kesehatan tubuh yang memakan makanan itu (Moehyi, 1992).

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. (Depkes RI, 2003). Susu kedelai merupakan salah satu jenis makanan jajanan yang tersebar luas penjualanannya di kalangan masyarakat. Dengan harga relatif murah dan manfaat yang dapat dinikmati para konsumen. Umumnya dijual oleh pedagang kaki lima yang rentan dengan pencemaran secara fisik, kimia, biologi baik dalam tahap pengolahan sampai tahap penjualan. Untuk itu perlu diperhatikan aspek hygiene sanitasinya dan

HACCP (Hazard analysis critical control point).

Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan hygiene sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk rumah makan dan restoran, personel dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika (Depkes RI, 2003).

2.4 6 (Enam) Prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan


(17)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip ini penting untuk diketahui karena berperan besar sebagai faktor kunci keberhasilan usaha makanan. Suatu usaha makanan yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik, jika melalaikan prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman, besar kemungkinan pada suatu saat akan merugi (Depkes RI, 2004). Menurut Depkes RI 2004, enam prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman yaitu :

2.4.1 Prinsip I : Pemilihan Bahan Makanan

Pilihlah bahan makanan yang masih segar, masih utuh, tidak retak atau pecah, terutama makanan yang cepat membusuk seperti daging, telur, ikan, susu, dalam bahan tidak terdapat kotoran, bahan tidak berulat. Bahan makanan sayuran yang tidak ada bolong-bolong patut dicurigai telah tercemar pestisida.

2.4.1.1 Ciri-ciri bahan makanan yang baik

1) Buah-buahan

a) Keadaan fisiknya baik, isinya penuh, kulit utuh, tidak rusak atau kotor b) Isi masih terbungkus kulit dengan baik

c) Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan, warna buatan (karbitan) dan warna lain selain warna buah

d) Tidak berbau busuk, bau asam/basi atau bau yang tidak segar lainnya e) Tidak ada cairan lain selain getah aslinya.

2) Sayuran

a) Daun, buah atau umbi dalam keadaan segar, utuh dan tidak layu b) Kulit buah atau umbi utuh dan tidak rusak/pecah


(18)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

c) Tidak ada bekas gigitan hewan, serangga atau manusia d) Tidak ada bagian tubuh yang ternoda atau berubah warnanya e) Bebas dari tanah atau kotoran lainnya

3) Biji-bijian

a) Kering, isi penuh (tidak keriput)

b) Permukaanya baik, tidak ada noda karena rusak, jamur atau kotoran selain warna aslinya

c) Biji tidak berlubang-lubang

d) Tidak tercium bau lain selain bau khas biji yang bersangkutan

e) Tidak tumbuh kecambah, tunas kecuali dikehendaki untuk itu (touge)

2.4.1.2 Sumber bahan-bahan makanan yang baik

Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui sumber-sumber makanan yang baik. Sumber bahan makanan yang baik seringkali tidak mudah kita temukan karena jaringan perjalanan makanan yang demikian panjang dan melalui jaringan perdagangan pangan.

Sumber bahan makanan yang baik adalah :

1) Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang

dikendalikan dengan baik (swalayan)

2) Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah daerah dengan baik.


(19)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Kemudian proses penyimpanan juga harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk mencegah pencemaran. Makanan disimpan di tempat yang temperaturnya tidak memungkinkan mikroorganisme itu dapat tumbuh dan berkembang biak.

Makanan yang disimpan di tempat yang agak dingin, sekitar 5-10 derajat Celcius, mikroorganisme masih dapat berkembang biak. Menyimpan makanan dalam freezer sama sekali tidak membunuh bakteri. Apabila makanan dikeluarkan dari dalam freezer dan temperature menjadi tinggi, maka bakteri akan mulai memperbanyak diri kembali. Bakteri baru berhenti tumbuh apabila makanan disimpan pada temperature di bawah 3°C (Moehyi, 1992).

Makanan yang cepat membusuk seperti daging, ikan, susu, telur disimpan pada tempat khusus sesuai suhu yang diisyaratkan dan usakan adanya sirkulasi udara/ventilasi, untuk bahan lainnya disimpan pada tempat yang tidak terjangkau tikus, serangga, binatang pengganggu lainnya.

Penyimpanan bahan makanan dilakukan untuk menghindari : 1) Tercemar bakteri karena alam atau perlakuan manusia

2) Kerusakan mekanisme seperti gesekan, tekanan, benturan, dan lain-lain Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya, yaitu :

a) Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10°-15°C untuk jenis minuman, buah dan sayuran

b) Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4°-10°C untuk bahan makanan yang berpotensi yang akan segera diolah kembali


(20)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

c) Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0°-4°C untuk bahan berpotensi yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam

d) Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan <0°C untuk bahan makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu >24 jam.

2.4.3 Prinsip III : Pengolahan makanan

Pengolahan makanan adalah Pengolahan minuman adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi minuman yang siap saji. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti kaidah dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi.

2.4.3.1 Penjamah makanan

Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan

makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain (Depkes RI, 2003) :

1. Tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya;

2. Menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya); 3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian; 4. Memakai celemek, dan tutup kepala;

5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.

6. Menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas tangan;


(21)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

7. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya);

8. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung;

9. Tidak menggunakan hiasan emas;

10. Tidak bercakap-cakap saat menangani minuman.

Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal : - Mengolah makanan atau makan dengan tangan kotor, - Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan,

- Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan bersih, - Dapur, alat masak dan makan yang kotor, dan lain-lain.

2.4.3.2 Persiapan tempat pengolahan

Pedagang berkewajiban menyediakan tempat pengolahan makanan atau disebut dapur yang memenuhi standard dan persyaratan hygiene dan sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan.

Beberapa hal yang penting dalam persiapan di dapur adalah :

1. Ventilasi harus cukup baik agar asap dan udara panas dapur keluar dengan sempurna

2. Lantai, dinding dan ruangan bersih dan terpelihara agar menekan kemungkinan pencemaran terhadap makanan

3. Meja peracikan bersih dan permukaanya kuat/tahan goresan agar bekas irisan tidak masuk ke dalam makanan


(22)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

4. Tungku dilengkapi dengan alat penangkap asap atau pembuang asap berupa sungkup (hood) atau cerobong asap, agar asap tidak mengotori ruangan

5. Ruangan bebas lalat dan tikus. Lalat dan tikus adalah sumber pencemar yang cukup potensial pada makanan.

2.4.3.3 Peralatan masak

1. Bahan peralatan

Tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan seperti Cadmium, Plumbum, Zinkum, Cuprum, Stibium atau Arsenicum. Logam ini beracun yang dapat berakumulasi sebagai penyakit saluran kemih dan kanker.

2. Keutuhan peralatan

Tidak boleh patah, gompel, penyok, tergores atau retak, karena akan menjadi sarang kotoran atau bakteri. Peralatan tidak utuh tidak mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi sumber kontaminasi.

3. Fungsi

a) Setiap peralatan mempunyai fungsi tersendiri yang berbeda dan jangan dicampur aduk

b) Gunakan warna gagang peralatan sebagai tanda dalam penggunaan. Contoh : gagang pisau warna biru/hitam digunakan untuk makanan masak, gagang pisau warna merah/kuning digunakan untuk makanan mentah

c) Peralatan yang digunakan campur baur akan menimbulkan kontaminasi 4. Letak

Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada tempat masing-masing sehingga memudahkan waktu mencari/mengambilnya.


(23)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Peralatan yang dipergunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus juga sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi, antara lain (Depkes RI, 2003):

1. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun 2. Lalu dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih

3. Kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat

yang bebas pencemaran. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali pakai.

2.4.3.4Peralatan makan dan minum

1. Yaitu piring, gelas, mangkuk, sendok atau garpu harus dalam keadaan bersih 2. Bentuknya utuh, tidak rusak, cacat, retak atau berlekuk-lekuk tidak rata

3. Peralatan yang sudah bersih dilarang dipegang di bagian tempat makanan, minuman atau yang menempel di mulut, karena akan terjadi pencemaran mikroba melalui jari tangan

4. Peralatan yang sudah retak, gompel atau pecah selain dapat menimbulakan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dicuci sempurna.

2.4.3.5Wadah penyimpanan makanan

1. Kuali, baskom, panci, harus dalam keadaan bersih

2. Peralatan untuk menyimpan makanan pada prinsipnya harus terpisah untuk : a) Makanan matang dan makanan mentah


(24)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

c) Setiap jenis makanan

3. Penyimpanan terpisah dimulai dari wadah masing-masing jenis tempat

penyimpanan atau alat untuk menyimpan makanan

4. Bilamana belum memungkinkan perlu diperhatikan cara pemisahan yang benar dan teliti untuk setiap jenis makanan yang berada di dalam ruangan tempat penyimpanan.

2.4.3.6Tahapan pengolahan makanan

1. Cucilah bahan makanan sampai bersih dengan air mengalir 2. Potonglah bahan dalam ukuran kecil-kecil agar mudah masak 3. Buanglah bagian yang rusak, layu dan bernoda

4. Masukkan potongan bahan ke tempat yang bersih dan terlindung dari serangga 5. Bahan siap dimasak

6. Segerakan memasak dan jangan biarkan terlalu lama di luar kulkas.

2.4.4 Prinsip IV : Penyimpanan Makanan Masak

Menyimpan makanan yang sudah masak di tempat-tempat yang tidak terjangkau tikus, serangga, binatang pengganggu lainnya. Adapun karakteristik daripada pertumbuhan bakteri pada makanan masak, mencakup perihal : kadar air makanan, jenis makanan, suhu makanan. Sehingga perlu dipantau dan dijaga.

2.4.4.1 Wadah

Setelah selesai proses pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, maka akan dilakukan pengemasan atau pewadahan. Makanan jajanan yang disajikan harus dengan wadah yang bersih, dan aman bagi kesehatan, dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup pembungkus yang


(25)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

digunakan dan atau tutup makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan (Depkes RI, 2003).

Pada dasarnya hygiene sanitasi dalam pewadahan mencakup beberapa hal, antara lain : 1. Semua makanan masak mempunyai wadah masing-masing yang terpisah 2. Pemisahan didasarkan pada saat makanan mulai diolah dan jenis makanan

3. Setiap wadah mempunyai tutup, tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air

4. Makanan berkuah dipisah antara lauk dengan saus atau kuahnya.

2.4.4.2 Suhu

1. Makanan kering (goreng-gorengan) disimpan dalam suhu kamar (25°-30°C) 2. Makanan basah (kuah, sop, gulai) harus segera disajikan pada suhu di atas 60°C 3. Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu di bawah 10°C

2.4.4.3 Waktu tunggu (holding time)

1. Makanan masak yang baru saja selesai diolah suhunya masih cukup panas yaitu di atas 80°C. Makanan dengan suhu demikian masih berada pada daerah aman

2. Makanan dalam waktu tunggu kurang dari 4 jam biasanya dapat diabaikan suhunya

3. Suhu makanan dalam waktu tunggu yang sudah berada di bawah 60°C, segera dihidangkan dan waktu tunggunya semakin singkat

4. Makanan yang disajikan panas harus tetap dipanaskan dalam suhu di atas 60°C 5. Makanan yang disajikan dingin disimpan dalam keadaan dingin pada suhu di


(26)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

6. Makanan yang disimpan pada suhu di bawah 10°C harus dipanaskan kembali

(reheating) sebelum disajikan.

2.4.5 Prinsip V : Pengangkutan Makanan

Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperanan di dalam mencegah terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak lebih tinggi resikonya daripada pencemaran pada bahan makanan. Oleh karena itu, titik berat pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak. Dalam poses pengangkutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan, orang, suhu dan kendaraan pengangkutan itu sendiri.

2.4.5.1 Pengangkutan bahan makanan

Pencemaran makanan selama dalam pengangkutan dapat berupa pencemaran fisik, mikroba, maupun kimia. Untuk mencegahnya adalah membuang atau setidaknya mengurangi sumber yang akan menyebabkan pencemaran.

Caranya yaitu :

1. Mengangkut bahan makanan tidak tercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3), seperti pupuk, obat hama atau bahan berbahaya lainnya

2. Kendaraan pengangkut makanan tidak dipergunakan untuk mengangkut bahan lain seperti untuk mengangkut orang, hewan, atau barang-barang

3. Kendaraan yang digunakan harus diperhatikan kebersihannya agar setiap akan digunakan untuk makanan selalu dalam keadaan bersih

4. Hindari pemakaian kendaraan yang telah mengangkut bahan kimia atau pestisida walaupun telah dicuci masih akan terjadi pencemaran


(27)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

5. Hindari perlakuan manusia yang menangani makanan selama pengangkutan, seperti perlakuan makanan yang ditumpuk, diinjak, dan dibanting

6. Kalau mungkin gunakanlah kendaraan penganngkut bahan makanan yang

menggunakan alat pendingin sehingga mampu membawa makanan dengan jangkauan lebih jauh, tetapi tentu saja biayanya akan menjadi jauh lebih besar sehingga akan menaikkan harga makanan.

2.4.5.2 Pengangkutan makanan siap santap

Pada proses pengangkutan, tetap harus menjaga keamanan makanan tersebut. Makanan jajanan yang diangkut, harus dalam keadaan tertutup atau terbungkus dan dalam wadah yang bersih. Dan juga harus dalam wadah yang terpisah dengan bahan mentah sehinggga terlindung dari pencemaran (Depkes RI, 1992).

Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran sehingga perlu yang ekstra hati-hati. Sehingga dalam prinsip pengangkutan makanan siap santap perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing

2. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat, dan ukurannya memadai dengan

makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau bocor

3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas 60°C atau tetap dingin 4°C

4. Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh selau dibuka dan tetap dalam keadaan tertutup sampai di tempat penyajian

5. Kendaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak digunakan untuk keperluan mengangkut bahan lain.


(28)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

2.4.6 Prinsip VI : Penyajian/Penjajaan Makanan

Proses terakhir adalah penjualan/penjajaan/penyajian makanan. Makanan jajanan yang siap disajikan dan telah lebih dari 6 (enam) jam apabila masih dalam keadaan baik, harus diolah kembali sebelum disajikan. Makanan disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih, rapi, menggunakan tutup rambut. Tangan penyaji tidak boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan.

2.4.6.1 Perlengkapan/Sarana Penjaja

Untuk meningkatkan mutu dan hygiene sanitasi makanan jajanan disarankan menggunakan perlengkapan/sarana penjaja yang juga memenuhi syarat kesehatan. Makanan jajanan yang dijajakan dengan sarana penjaja konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi makanan dari pencemaran, antara lain (Depkes RI, 2003) :

1. Mudah dibersihkan

2. Harus terlindungi dari debu dan pencemaran. 3. Tersedia tempat untuk :

a. Air bersih

b. Penyimpanan bahan makanan

c. Penyimpanan makanan jadi/siap disajikan d. Penyimpanan peralatan


(29)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

2.4.6.2 Lokasi Penjualan

a. Lokasi usaha harus jauh atau minimal 500 meter dari sumber pencemaran b. Lokasi usaha terhindar dari serangga

c. Lokasi usaha dilengkapi tempat pembuangan sampah yang tertutup d. Lokasi usaha dilengkapi fasilitas pengendali serangga

e. Dilengkapi fasilitas sanitasi air bersih, tempat penampungan sampah, tempat penampungan sampah, saluran pembuangan air limbah, jamban dan peturasan.

2.5 Susu Kedelai

Menurut para ahli botani, kedelai adalah tanaman berasal dari Manchuria dan sebahagian Cina. Kedelai yang dikenal sekarang termasuk dalam family Leguminosa, subfamily Papilionidae, genus Glycine dan spesie max, sehingga nama latinnya dikenal sebagai Glycine max. Tanaman ini tumbuh baik pada tanah dengan pH 4,5 dan tidak lebih dari 500 m di atas permukaan laut (Koswara, 1992).

Susu kedelai merupakan minuman bergizi tinggi dan sejak abad ke-2 SM sudah dibuat di Cina. Dari Cina berkembang ke Jepang dan setelah perang Dunia II berkembang ke Negara-negara Asean.

Susu kedelai adalah produk seperti susu sapi, tetapi dibuat dari ekstrak kedelai. Susu kedelai diperoleh dengan cara penggilingan biji kedelai yang telah direndam dalam air. Hasil penggilingan kemudian disaring untuk memperoleh filtrate, yang kemudian didihkan dan diberi bumbu untuk meningkatkan rasanya (Koswara, 1992).


(30)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Menurut penelitian susu kedelai mengandung banyak sekali gizi dan manfaat di dalamya, selain sebagai pengganti susu sapi, bahkan jauh lebih kaya akan gizi dibandingkan susu sapi, susu kedelai juga dapat dijadikan alternatif terbaik pengganti susu formula yang kencenderungan mengandung bakteri jahat yang membahayakan kesehatan balita dan anak-anak (Vinadanvani, 2008). Protein susu kedelai mempunyai susunan asam amino yang mirip susu sapi sehingga sangat baik untuk pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi (lactose intolerance) atau bagi mereka yang tidak menyukai susu sapi (Koswara, 1992).

Di samping itu, kedelai juga dapat digunakan sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat. Dilihat dari segi pangan dan gizi, kedelai merupakan sumber protein yang paling murah di dunia, di samping menghasilkan minyak dengan mutu yang baik. Berbagai varietas kedelai yang ada di Indonesia mempunyai kadar protein 30,53 sampai 44 persen, sedangkan kadar lemaknya 7,5 sampai 20,9 persen (Koswara, 1992).

Kedelai juga sudah diyakini banyak orang untuk penyembuhan penyakit, seperti diabetes, ginjal, anemia, rematik, diare, hepatitis, dan hipertensi. Kandungan zat dalam kedelai diyakini cukup berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit tersebut (Cahyadi, 2008).

2.5.2 Senyawa Anti Gizi pada Kedelai

Di samping mengandung senyawa yang berguna, ternyata pada kedelai terdapat juga senyawa anti gizi dan senyawa penyebab off flavor (penyimpangan citra rasa dan aroma pada produk olahan kedelai). Di antara senyawa anti gizi yang sangat mempengaruhi mutu produk olahan kedelai ialah antitrypsin, hemaglutinin, asam fitat, oligosakarida penyebab flatulensi (timbulnya gas dalam perut sehingga perut menjadi


(31)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

kembung). Dalam pengolahan, senyawa-senyawa tersebut harus dihilangkan atau diinaktifkan, sehingga akan dihasilkan produk olahan kedelai dengan mutu terbaik dan aman untuk dikonsumsi manusia.

Aktifitas antitrypsin dalam kedelai dapat dihilangkan dengan cara perendaman yang diikuti pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan denga perebusan, pengukusan, atau dengan menggunakan otoklaf.

Perendaman kedelai yang terlalu lama dapat menyebabkan penurunan kandungan gizinya. Hasil penelitian menunjukan perendaman selama 24 jam dan 76 jam berturut-turut akan menurunkan kandungan protein sebesar 36 dan 38 persen dari jumlah protein semula. Perendaman kedelai cukup dilakukan selama 6-8 jam sehingga kadar kedelai menjadi kira-kira 40-60 persen atau berat kedelai menjadi sekitar 2 kali berta semula (Koswara, 1992).

2.5.3 Proses Pembuatan Susu Kedelai

Proses Pembuatan Susu Kedelai (Fathoni, 2008) terdiri dari:

1. Kedelai dicuci bersih lalu direndam di air bersih selama 6 - 8 jam, kira-kira sampai mengembang dan empuk.

2. Setelah itu bilas dengan air bersih sampai bersih.

3. Kemudian direbus sampai matang / agak empuk, tiriskan dan kemudian kupas kulitnya.

4. Setelah agak dingin lalu diblender dengan perbandingan 8 liter air tiap 1 kg kedelai.

5. Kemudian hasilnya disaring dengan saringan kelapa atau dengan kain yang bersih. Penyaringan dapat dilakukan beberapa kali agar susu yang dihasilkan lebih baik.


(32)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

6. Hasilnya berupa susu mentah kemudian direbus hingga mendidih sekali saja. 7. Kecilkan api dan biarkan di atas api sampai kurang lebih 45 menit. Atau cukup

sampai mengeluarkan asap tipis (tidak sampai mendidih).

8. Sebelum mendidih tambahkan gula dan garam sesuai selera, juga masukkan daun pandan untuk penambah aroma.

9. Setelah itu susu kedelai siap dihidangkan. Nikmat disantap hangat-hangat, segar bila sudah didinginkan.

2.6 HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis adalah suatu system yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang nyata bagi keamanan pangan (SNI, 1998).

HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis adalah suatu konsep pendekatan sistematis terhadap identifikasi dan penilaian bahaya dan resiko yang berkaitan dengan pengolahan, distribusi dan penggunaan produk makanan, termasuk pendefenisian cara pencegahan untuk pengendalian bahaya (Nuraini, 2008)

HACCP dan titik pengendalian kritis terdiri dari 7 elemen sebagai berikut : 1. Identifikasi bahaya dan penilaian tingkat bahaya dan resiko (analisis bahaya) 2. Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP : Critical Control Point) yang

dibutuhkan untuk mengendalikan bahaya

3. Spesifikasi batas kritis yang dapat menunjukkan bahwa suatu proses dapat dikendalikan pada titik pengendalian kritis (CCP) tertentu

4. Penyusunan dan penetapan sistem pemantauan

5. Pelaksanaan tindakan perbaikan ketika batas kritis tidak tercapai


(33)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

7. Penyimpanan data atau dokumen, dilakukan agar informasi yang diperoleh dari studi Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis (HACCP) serta verifikasinya dapat dievaluasi kembali, diaudit atau untuk maksud-maksud lain.

Analisis bahaya pada susu kedelai, yaitu terdiri dari :

1. Bahaya biologis yang dapat dihilangkan (CCP 1) dengan pemanasan 100°C seperti E. coli, Salmonella spp, dan bakteri lainnya.

2. Bahaya kimia yang berasal dari penggunaan pestisida, desinfektan, bahan tambahan makanan (BTM) yang berlebihan. Bahan kimia sukar dihilangkan dan kadarnya harus di bawah batas yang ditentukan. Akan tetapi dapat dikurangi/dieliminasi (CCP 2) pada saat pencucian.

3. Bahaya fisik yang tidak boleh, antara lain : pecahan gelas dan logam, potongan kerikil, tulang, kayu, palstik, bagian tubuh, spt: kuku, rambut, sisik, bulu. Dan dapat dihilangkan pada saat pencucian (CCP 1).

Bagan Keputusan/Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP) dikutip dari Nuraini, 2008 yaitu :

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap bahan baku/mentah.

Pertanyaan 1 : Apakah mungkin bahan baku/mentah (kacang kedelai) mengandung bahaya pada tingkat yang tidak dapat diterima?

Ya

Pertanyaan 2 : Apakah pengolahan termasuk cara penggunaan oleh konsumen dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai pada tingkat yang dapat diterima?


(34)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Ya Titik pengendalian kritis (CCP 2)

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk setiap tahap pengolahan.

Pertanyaan 3 : Apakah formulasi/komposisi atau struktur produk antara/jadi penting untuk mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima?

Ya

Pertanyaan 4 : Apakah pada tahap penghancuran, bahaya dapat muncul atau bertambah sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima?

Ya

Pertanyaan 5 : Apakah pengolahan selanjutnya yaitu pemasakan termasuk cara penggunaan oleh konsumen dapat menjamin hilangnya/kurangnya bahaya sampai tingkat yang dapat diterima?


(35)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Diagram HACCP pada pembuatan susu kedelai

Susu kedelai

Air Kacang kedelai

Direndam 6-8 jam

Dimasak 100°C

Didinginkan

Penghancuran / Penggilingan

CCP = Tindakan pengendalian bahaya E. coli


(36)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Lembar ABTPK (Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis)

Titik

pengendalian

Bahaya Cara

Pengendalian Parameter Titik Pengendalian Kritis Batas Kritis Nilai Target

Pemantauan Tindakan Koreksi

Susu kedelai

E. coli Pemasakan

hingga mendidih

Tidak ada

E. coli

E. coli =

0 Tidak ada nilai target Pemasakan benar-benar mendidih Pemasakan ulang

2.7 Persyaratan Kualitas Air Minum

Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.Untuk itu dibutuhkan air minum yang ideal dengan syaratnya antara lain harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia (Soemirat, 1994).

Disaring

Penambahan rasa


(37)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Air yang memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut Keputusan Menkes RI No. 907/Menkes/SK. VII/2002, dapat digolongkan dengan empat syarat :

1. Syarat fisik

Air minum tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna (TCU 15). Dan dengan temperatur ± 3°C dan tingkat kekeruhan adalah 5 NTU.

2. Syarat kimia

Air minum tidak mengandung bahan organic, anorganik, pestisida, dan bahan sampingan lainnya di atas batas ketentuan maksimal. Dengan batas minimum dan maksimum pH (6,5-8,5), sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan

3. Syarat bakteriologis

Dengan batas kandungan dari E. coli atau fecal coli di dalam 100 ml sampel air sebanyak 0 (tidak ada). Dan batas kandungan Total Bakteri Coliform di dalam 100 ml air adalah sebanyak 0 (tidak ada).

4. Syarat radioaktif

Nilai Gross alpha activity (Bq/liter) 0,1 dan nilai Gross beta activity (Bq/liter) 1. Dan ketentuannya agar tidak melebihi batas yang telah ditentukan dan kontaminasi radioaktif lainnya .

2.8 Peranan Air dalam Kehidupan Manusia

Salah satu kebutuhan yang juga sangat penting bagi makhluk hidup adalah air. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama hidupnya selalu memerlukan air. Air di dalam tubuh manusia berkisar antara 50-70% dari seluruh berat badan dan terdapat di seluruh badan. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat


(38)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

mengakibatkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minimum 1,5-2 liter air sehari. Kekurangan air menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis seperti Indonesia, karena terjadinya kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh.

Namun, tidak saja bermanfaat bagi manusia tetapi sangat baik bagi pertumbuhan mikroba pathogen. Oleh karenanya, untuk mendapat keuntungan yang maksimum dari makanan, perlu dijaga sanitasi makanan mulai bahan makanan itu dipetik atau diambil, disimpan, diolah sehingga menjadi makanan jadi, penyimpanan makanan jadi. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan menjadi keracunan makanan dan penyakit bawaan makanan (Soemirat, 1994).

2.9 Peranan Air Terhadap Kesehatan

Air sangat berperan penting di dalam kesehatan makhluk hidup terutama manusia. Air yang bersih dan sehat dapat meningkatkan derajat kesehatan, sedangkan air yang tidak sehat dan telah terkontaminasi dengan mikroorganisme pathogen maupun kontaminan lainnya, dapat menurunkan derajat kesehatan yang mengkonsumsinya.

Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung di antara masyarakat seringkali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau water-borne disease. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar, apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air ini sangat banyak macamnya. Mulai dari virus, bakteri, protozoa, metazoa (Soemirat, 1994).


(39)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Keamanan makanan diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-zat atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan apakah zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan yang digunakan atau tercampur secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam bahan makanan atau makanan jadi.

Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli yang berasal dari tumbuhan atau hewan itu sendiri dan racun yang ada di dalam panganan akibat pengotoran atau kontaminasi. Sedangkan penyakit bawaan makanan adalah penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan sesuatu makanan yang terkontaminasi mikroba pathogen, kecuali keracunan.

Secara umum, istilah keracunan makanan yang sering digunakan untuk menyebut gangggua n yang disebabkan oleh mikroorganisme, mencakup :

a. Intoksikasi pangan adalah gangguan-gangguan yang diakibatkan

termakannya toksin yang dihasilkan organisme-organisme tertentu atau gangguan-gangguan akibat terinfeksi organisme penghasil toksin.

b. Infeksi pangan adalah disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh

melalui makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasil-hasil metabolismenya. Salah satu jenis daripada organisme penyebab infeksi pangan adalah E. coli (Albiner, 2002).

Secara garis besar dapat disimpulkan ada tiga hal yang menyebabkan terjadinya pencemaran makanan sehingga makanan menjadi tidak aman untuk dimakan, antara lain :

1. Penanganan makanan tidak dilakukan dengan mengindahkan syarat-syarat kebersihan ;


(40)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

2. Alat-alat yang digunakan untuk menyiapkan, mengolah, memasak, dan menyajikan makanan tidak dibersihkan sebagaimana mestinya ;

3. Makanan dibiarkan terlalu lama di lingkungan yang temperaturnya memungkinkan berbagai mikroorganisme berkembang biak.

2.11 Indikator Pencemaran Air

Pemerikasaa bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitive untuk mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering diperiksa sebagai indikator pencemaran oleh feses, antara lain :

1. Organisme koliform

Contoh tipikal koliform tinja adalah E. coli. Keberadaan E. coli dalam sumber air merupakan indikasi terjadinya kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa alasan mengapa organisme koliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja dibandingkan kuman pathogen lain terdapat di saluran pencernaan, antara lain :

a. Jumlah mikroorganisme koliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air member bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.

b. Organisme ini lebih mudah dideteksi dibandingkan tipe kuman pathogen lainnya.


(41)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman atau pathogen lainnya.

Bila koliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus pathogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel walaupun dalam jumlah yang kecil.

2. Streptokokus tinja

Organisme ini biasanya di dalam tinja bersama dengan E. coli. Sterptokokus tinja dapat digunkaan sebagai indikator untuk uji pembuktian adanya kontaminasi tinja manusia.

3. Clostridium perferingens dan Clostridium welchii

Organisme ini biasa ditemukan dalam feses manusia dalam jumlah yang kecil.

2.12 Escherichia coli

Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu spesies utama

bakteri gram negative umumnya merupakan flora normal saluran pencernaan manusia dan hewan (Supardi, 1999) serta penting dalam pencernaan makanan (Nation Master, 2003). Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya (Wikipwedia, 2008).

2.12.1 Klasifikasi E. coli (Nation Master, 2003) :

Kerajaan : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria


(42)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Species : E. coli

2.12.2 Sifat-sifat E. coli

Merupakan flora komensal yang paling banyak pada usus manusia dan hewan. Dapat berubah menjadi oportunis pathogen bila hidup di luar usus yaitu lokasi normal tempatnya berada dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, saluran empedu, infeksi luka dan mastitis pada sapi (Supardi, 1999). Dapat tumbuh subur pada daerah tertentu, bergantung pada faktor-faktor fisiologik, suhu, kelembaban, serta adanya zat-zat makanan dan adanya zat-zat penghambat tertentu.

Salah satu jenis dari organisme koliform yang paling umum digunakan sebagai indikator adanya polusi diantara kelompok koliform secara keseluruhan. Organisme koliform merupakan suatu grup bakteri heterogen, bentuk batang, gram negatif, dan kuman ini digunakan sebagai indicator adanya polusi yang berasal dari kotoran manusia atau hewan dan menunjukan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu (Supardi, 1999).

E. coli tumbuh pada suhu antara 10°-40°C, dengan suhu optimum 37°C. pH

optimum untuk pertumbuhannya adalah pada 7,0-7,5, pH minimum pada 4,0 dan maksimum pada 9,0. Bakteri ini relatif sangat sensitive terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi makanan atau selama pemasakan makanan. Sehingga untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada makanan, sebaiknya disimpan pada suhu rendah (Supardi, 1999).


(43)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Sebetulnya, bakteri akan mati bila dipanaskan pada suhu 100°C. Karenanya, air yang akan dipakai minuman sebaiknya direbus dulu hingga mendidih. Teknik lain untuk mematikan bakteri adalah dengan dibekukan hingga 0°C. Namun, tak semua bakteri mati dalam suhu 0°C (Anonimous, 2008).

Flora yang menetap pada daerah tertentu memegang peranan dalam mempertahankan kesehatan dan fungsi normal. Anggota-anggota flora penetap dalam saluran pencernaan mensistesis vitamin K dan membantu absorpsi zat-zat makanan (Jawetz, 1996).

Sebaliknya, anggota flora normal sendiri dapat menimbulkan penyakit dalam keadaan tertentu. Organisme-organisme ini menyesuaikan diri terhadap cara kehidupan tidak invasif karena adanya pembatasan lingkungan. Bila dengan paksa disingkirkan dari lingkungan yang terbatas ini dan dimasukkan ke dalam aliran darah atau jaringan, organisme-organsime ini dapat menjadi pathogen. Misalnya, streptokokus golongan viridians merupakan organisme penetap yang paling sering ditemukan pada saluran pernafasan bagian atas. Bila sejumlah besar bakteri dimasukkan ke dalam aliran darah (misalnya setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi), bakteri dapat tinggal pada katup-katup jantung abnormal dan menimbulkan endokarditis inefektif subakut. Bila terjadi kerusakan jaringan akibat trauma, defesiensi gizi, atau infeksi, bakteri ini berproliferasi dengan cepat dalam jaringan nekrotik dan menimbulkan penyakit.

Klasifikasi E. coli berdasarkan sifat-sifat virulensinya : 1. E. coli Enteropatogenik (EPEC)

Adalah penyebab penting diare pada bayi, khusunya di negara berkembang dan tidak membahayakan pada sebahagian orang dewasa. Mungkin ditularkan melalui


(44)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

air yang digunakan untuk mencuci botol. Karenanya, botol susu bayi sebaiknya direbus setelah dicuci untuk mencegah diare. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair, yang biasanya sendiri tetapi dapat juga menjadi kronik. Masa inkubasinya 8-24 jam dengan rata-rata 11 jam. Gejala yang dapat ditimbulkan apabila terinfeksi E. coli jenis ini antara lain : panas dingin, sakit kepala, kram usus, diare berair.

2. E. coli Enteroinvasif (EIEC)

Menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan shigelosis. Sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang dan para wisatawan yang menuju ke negara tersebut. Strainnya bersifat nonlaktosa atau melakukan fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak bergerak. Menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus. Cukup membahayakan karena dapat menyebabkan penyakit disentri. Biasanya ditandai dengan tinja yang mengandung darah.

3. E. coli Enterotoksigenik (ETEC)

Adalah penyebab yang sering dari “diare wisatawan” dan sangat penting menyebabkan diare pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil. Beberapa strain ETEC menghasilkan eksotoksin tidak tahan panas LT). Orang-orang yang tinggal di daerah pinggiran di mana organisme semacam ini (LT), umumnya memiliki antibodi dan jarang mengalami diare pada pemaparan kembali E. coli penghasil LT. Sedangkan ETEC menghasilkan enterotoksin tahan panas (STa) dapat menimbulkan diare yang berat. Masa inkubasinya 8-44 jam


(45)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

dengan rata-rata 26 jam. Gejala yang dapat ditimbulkan apabila terinfeksi E. coli jenis ini antara lain : diare, munta-muntah, dehidrasi, shock.

4. E. coli Enterohemoragik (EHEC)

Bakteri yang sangat berbahaya dalam penelitian Dewayanthi-Hariyadi-et.al, 2001, dinyatakan bekteri ini hidup dalam daging mentah. Peneliti lain juga menemukannya pada air limbah rumah potong ayam. Menghasilkan verotoksin yaitu suatu sel ginjal dari monyet hijau Afrika. Bentuk diare sangat berat dan dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginjal akut, anemia hemolitik mikriangiopatik, dan trombositopenia. Banyak kasus kolitis hemoragik dan komplikasinya dapat dicegah dengan memasak daging sapi sampai matang.

5. E. coli Enteroagregatif (EAEC)

Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat sedang berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia.

Bahaya terbesar sehubungan dengan air minum apabila air tersebut telah tercemar oleh buangan atau kotoran manusia atau hewan berdarah panas. Bila pengotoran semacam itu baru saja terjadi, dan bila hal tersebut disebabkan oleh penderita atau pembawa penyakit menular seperti demam usus atau disentri, air tersebut kemungkinan mengandung bibit-bibit penyakit yang masih hidup (Supardi, 1999).


(46)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

2.13 Kerangka Konsep

Pemerikaan Laboratorium Usaha pengolahan susu kedelai Kandungan E. coli dalam susu kedelai Meme nuhi syarat Tidak meme nuhi syarat Hygiene sanitasi berdasarkan

6 prinsip :

1. Pemilihan bahan minuman 2. Penyimpanan bahan minuman 3. Pengelolaan minuman

4. Penyimpanan minuman jadi 5. Pengangkutan minuman 6. Penyajian minuman

Susu kedelai Kepmenkes 942/Menkes/ SK/VII/2003 Kepmenkes 907/Menkes/ SK/VII/2002 Memenuhi syarat Jlh Kandu ngan E. coli


(47)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dengan melihat gambaran hygiene sanitasi dan analisis laboratorium untuk mengetahui kandungan E. coli yang terdapat dalam susu kedelai pada Usaha Kecil di Kota Medan Tahun 2009.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Observasi

1. Jl. Bilal, No. 6, Karang Rejo, Medan

Tidak memenuhi syarat


(48)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

2. Jl. Binjai, KM 12 No. 64, Medan

3. Jl. Bakti Gg. Seto No. 26 B, Sukaramai, Medan

4. Jl. Cinta Karya, Gg Industri, No. 5, Karang Rejo, Medan 5. Jl. Cinta Karya, Gg Subur, No 5A, Karang Rejo, Medan 6. Jl. Hanggar No. 9A, Karang Rejo, Medan

7. Jl. Medan-Binjai, Komp. Bintang Terang, KM 13,8 No 35 8. Perumahan PT. IRA No. 34, Sei Mencirim, Kp. Lalang, Medan 9. Jl. Titipapan, Gg Pertama No. 5, Sei Kambing D, Medan 10. Jl. Yos Sudarso, Lingkungan 14, No. 38, Brayan, Medan

Adapun alasan memilih tempat tersebut sebagai lokasi penelitian sebab : 1. Jumlah konsumen di lokasi tersebut cukup besar

2. Lokasi penjualan terletak di pusat-pusat perbelanjaan yang sering dikunjungi orang.

Pemeriksaan sampel dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April-Juli 2009 termasuk pengambilan data-data pendukung lainnya.


(49)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Objek penelitian adalah susu kedelai yang dijual oleh Usaha Kecil yang berjumlah 10 mewakili Usaha Kecil penjual susu kedelai di Kota Medan.

Selain melakukan pemeriksaan laboratorium, peneliti juga melakukan wawancara dan observasi hygiene sanitasi pada pengolahan susu kedelai.

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang peroleh dari hasil penelitian, berupa :

a. Data hasil observasi langsung ke lokasi menggunakan lembar observasi dan mengadakan wawancara langsung kepada pembuat/penjual minuman susu kedelai.

b. Data hasil pemeriksaan laboratorium mengenai ada tidaknya dan jumlah E.

coli yang terkandung dalam susu kedelai.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium

1. Persiapkan botol sebagai wadah sampel sebanyak 10 buah

2. Botol tersebut kemudian disterilisasi ke dalam oven dengan suhu 1300 selama 4 jam

3. Minta/pesan susu kedelai kepada penjual kemudian memasukkan susu kedelai ke dalam botol sebagai sampel

4. Botol sampel diberi nomor kode dengan menggunakan spidol. 5. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam termos es


(50)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

6. Pengiriman dilakuan secepatnya, yaitu dalam waktu 3 jam sampai di laboratorium.

3.5.2 Peralatan dan Bahan

a. Alat-Alat yang diperlukan

1. Autoclave

2. Incubator : 44°C

3. Timbangan

4. Rak Tabung

5. Lampu Bunsen

6. Tabung Reaksi

7. Pipet 10 ml

8. Kawat Ose

9. Tabung Durham

10. Spidol

11. Kapas

12. Kulkas

b. Media dan Reagensia yang diperlukan

1. Gram Buffer phosphate pH 7,2 2. Lactose Broth (LB)

3. Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 2 %

4. Endo Agar

5. Alcohol 99 %


(51)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

3.6 Cara Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Most Probable Number (MPN) dilakukan dengan tabung ganda yang terdiri :

1. Test Perkiraan (Presumptive Test)

2. Test Penegasan (Confirmative Test)

3.6.1 Test Perkiraan (Presumptive test)

Media yang digunakan adalah Lactose Broth (LB) Cara Pemerikasaan :

a. Siapkan 70 tabung reaksi yang masing-masing berisi media lactose broth sebanyak 10 ml. Tabung disusun pada rak tabung reaksi dan diberi tanda b. Masukkan tabung durham dengan posisi terbalik ke dalam tabung reaksi c. Masukkan ke dalam autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit

d. Ambil bahan pemeriksaan (sampel yang telah diencerkan) yang telah disiapkan dengan pipet kemudian masukkan ke dalam :

Tabung 1 s/d 5 masing-masing sebanyak 10 ml Tabung ke-6 sebanyak 1 ml

Tabung ke-7 sebanyak 0,1 ml (2 tetes)

Masing-masing tabung tersebut digoyang-goyangkan agar specimen dan media tercampur.

e. Inkubasikan pada suhu 34°C-37°C selama 2x24 jam

Setelah 1x24 jam diperiksa ada tidaknya pembentukan gas pada tabung Durham. Catat semua tabung yang menunjukan peragian lactose


(52)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

(pembentukan gas). Bila terbentuk gas pada tabung dilanjutkan dengan test penegasan

Apabila test dalam waktu 1x24 jam tidak membentuk gas, dimasukkan ke inkubator kembali pada suhu 37°C selama 24 jam. Bila terbentuk gas pada tabung Durham maka test dilanjutkan dengan test penegasan. Bila test (-), berarti tidak ada bakteri yang dapat meragikan lactose, salah satunya adalah E. coli dan tidak perlu dilakukan test penegasan.

3.6.2 Test Penegasan (Confirmative test)

Media yang digunakan adalah Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 2 %. Test ini untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan.

Cara Pemeriksaan :

a. Dari tiap-tiap tabung presumptive yang positif, dipindahkan 1ose ke dalam tabung confirmative yang berisi 10 ml BGLB 2 %

b. Tabung confirmative diinkubasikan pada suhu pada suhu 44°C selama 24 jam untuk memastikan adanya coliform tinja.

c. Pembacaan dilakukan setelah 2x24 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2 % yang menunjukan positif gas.

3.6.3 Pembacaan Hasil Pemeriksaan

Pembacaan dari test penegasan dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukan adanya gas pada seri tabung yang diinkubasikan


(53)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

pada suhu 44°C. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan table MPN, maka akan index MPN E. coli untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 44°C.

3.7 Defenisi Operasional

1. Susu kedelai adalah produk seperti susu sapi, tetapi dibuat dari filtrate (sari) kedelai. Susu kedelai diperoleh dengan cara penggilingan biji kedelai yang telah direndam dalam air. Hasil penggilingan kemudian disaring untuk memperoleh filtrate, yang kemudian didihkan dan diberi bumbu untuk meningkatkan rasanya.


(54)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

2. Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan factor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan dengan menerapkan 6 prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman. Memenuhi syarat bila seluruh prinsip hygiene sanitasi terpenuhi dan tidak memenuhi syarat kesehatan bila tidak memenuhi atau salah satu saja tidak sesuai dengan prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman.

3. Pemilihan bahan minuman adalah proses menentukan bahan-bahan dengan kondisi segar, masih utuh dan diperoleh dari sumber yang resmi untuk digunakan dalam proses pengolahan susu kedelai

4. Penyimpanan bahan minuman adalah menaruh bahan minuman pada tempat yang aman dan sehingga tidak terjangkau tikus, serangga, serta binatang pengganggu lainnya.

5. Pengolahan minuman adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi minuman yang siap saji.

6. Penyimpanan minuman jadi adalah menaruh minuman yang sudah siap saji pada tempat yang tidak tercemar debu, tertutup, tidak dapat dijangkau tikus, serangga, dan binatang pengganggu lainnya.

7. Pengangkutan minuman adalah memindahkan minuman dari tempat

pengolahan ke tempat penyajian.

8. Penyajian minuman adalah menghidangkan minuman siap santap (susu kedelai) di tempat yang telah disediakan dengan menggunakan peralatan bersih dan penyaji berpakaian bersih.


(55)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

9. Pemeriksaan E. coli adalah pemeriksaan jumlah E. coli dalam susu kedelai yang merupakan indicator pencemaran dalam susu kedelai tersebut. Memenuhi syarat bakteriologis, jika E. coli dalam minuman tersebut sesuai dengan syarat Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2003 yaitu 0 dalam 100 ml sampel.

10.Kandungan E. coli dalam minuman susu kedelai adalah banyaknya E. coli yang ditemukan pada minuman susu kedelai yang merupakan indicator pencemaran, sesuai Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002. Memenuhi syarat apabila 0 per 100 sampel (negatif), tidak memenuhi syarat apabila > 0 per 100 ml sampel (positif).

3.8 Aspek Pengukuran/Observasi

Aspek pengukuran adalah melihat gambaran hygiene sanitasi pembuat minuman susu kedelai di Kota Medan yang meliputi pemilihan bahan minuman, penyimpanan bahan minuman, pengolahan bahan minuman, penyimpanan minuman jadi, pengangkutan minuman jadi, dan penyajian minuman. Jika salah satu pertanyaan dari observasi pada enam tahap hygiene sanitasi tidak sesuai Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, maka tahap tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan.

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi berupa pertanyaan yang menyajikan 2 (dua) kategori jawaban, yaitu “ya” dan “tidak” dengan mengobservasi sejak dari pemilihan bahan minuman, penyimpanan bahan minuman, pengolahan bahan, penyimpanan minuman jadi, pengangkutan


(56)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

minuman jadi sampai penyajian minuman susu kedelai kepada konsumen dan pengukuran hanya menggunakan 2 (dua) skor yaitu :

1. Yang termasuk kategori Ya (a), skornya = 1

Merupakan kategori yang sesuai dengan ketentuan dari Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003.

2. Yang termasuk kategori tidak (b), skornya = 0

3.9 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi hygiene sanitasi pembuat minuman susu kedelai yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan dan data hasil pemeriksaan bakteriologis air yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium dibandingkan dengan Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Apabila terdapat jumlah E. coli lebih dari 0 dalam 100 ml sampel air, maka dikatakan tidak memenuhi syarat.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil. Secara


(57)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.

Kota Medan mempunyai batas-batas wilayah antara lain :

1. Utara : Selat Malaka

2. Selatan : Daerah Kabupaten Deli Serdang 3. Barat : Daerah Kabupaten Deli Serdang 4. Timur : Daerah Kabupaten Deli Serdang

4.1.2 Demografi

Sumatera Utara (Sumut) merupakan provinsi yang jumlah penduduknya cukup besar, sehingga menempati urutan keempat se-Indonesia dalam sektor jumlah penduduk. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Alimuddin Sidabalok mengatakan, jumlah penduduk di Indonesia tercatat setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Jumlah penduduk Sumatera Utara selama tahun 2008 tercatat sebanyak 13,042 juta orang, sehingga dalam hal ini provinsi Sumatera Utara meraih posisi peringkat keempat, setelah Jawa Barat mencapai 40,92 juta orang, Jawa Timur 37,09 juta orang dan Jawa Tengah sebanyak 32,63 juta orang (BPS, 2008).


(1)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Hanum, Misbah. 2008. Hygiene Sanitasi dan Kualitas Bakteriologis Minuman

Jagung Pada Tempat Pembuatan di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2008. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara. Medan

Jawetz, Melnick dan Adelberg, 1996. Mikrobilogi Kedokteran. Penterjemah : Edi Nogroho dan Maulany, Edisi 20, sPenerbit Buku Kedokteran-EGC. Jakarta. Koswara, Sutrisno, 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikannya Makanan

Bermutu, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Moehyi, Sjahmien, 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Boga, Penerbit Bhratara, Jakarta.

Munthe,Purnama. 2006. Pemeriksaan Escherichia coli Pada Air Tebu Yang Dijual Di

Beberapa Pasar Tradisional Di Kota Medan Tahun 2006. Skripsi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan

NationMaster, 2003. Encyclopedia Bacteria. September 2008.

Nuraini Santi, Devi, 2007. Hand Out Mata Kuliah Manajemen Penyehatan Makanan

dan Minuman. Medan.

Rahayu, Sri Utami, 2007. Es Balok Bukan Untuk Diminum. diakses 2 April 2008.

Siagian, Albiner, 2002. Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber

Pencemarannya.

Silaonang, Maria Fransiska, 2008. Vibrio Parahaemoluticus Penyebab

Gastroenteritis.

2008.

SNI, 1998. Sistem Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) Serta

Pedoman Penerapannya.

Desember 2008.

Soemirat, Juli, 2007. Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Supardi, Imam dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan

Pangan, Penerbit Alumni, Bandung.

Syarifuddin, H. Endang, 2008. Pengamanan Makanan dan Personal Hygiene Tenaga Penjamah Makanan di Kapal. diakses tanggal 14 Desember 2008.


(2)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Vinadanvani, 2008. Gizi dan Manfaat Susu Kedelai. diakses 4 November 2008.

Widiyanti, Ni Luh Putu Manik, 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo

Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Error! Hyperlink reference not valid.

Wikipedia, 2008. Escherichia coli. 2008.


(3)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

Lembar Observasi

Hygiene Sanitasi pada Pembuat Susu Kedelai pada Usaha Kecil di Kota Medan Tahun 2009

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Lokasi :

No Objek Pengamatan Kategori

Ya Tidak

1.

2. 3.

4.

5. 6.

Pemilihan Bahan Minuman

Bahan minuman (kacang kedelai) yang digunakan dalam keadaan segar dan tidak busuk

Bahan minuman masih baik dan utuh

Bahan minuman (kacang kedelai) diperoleh dari tempat penjualan yang diawasi oleh pemerintah

Penyimpanan Bahan Minuman

Tempat penyimpanan bahan baku minuman dalam keadaan bersih dan kedap air.

Tempat penyimpanan bahan minuman tertutup

Tempat penyimpanan bahan baku minuman terpisah dari minuman jadi


(4)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

7.

8.

9. 10.

11.

12. 13.

14. 15. 16. 17. 18.

19. 20.

Pengolahan Minuman

Penjamah minuman tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya

Menggunakan APD (celemek, tutup kepala, sarung tangan dan penutup mulut)

Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya)

Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.

Tidak menggunakan perhiasan (emas, dll) Tidak bercakap-cakap saat menangani minuman

Lokasi Pengolahan

Tempat pengolahan memiliki ventilasi harus cukup baik Lantai selalu bersih, kering, tidak lembab, licin

Ruangan bebas vector (lalat, tikus dll).

Tersedia tempat mencuci tangan dan peralatan

Peralatan yang digunakan dicuci dahulu sebelum digunakan dalam setiap pengolahan

Peralatan dicuci dengan air yang mengalir Peralatan tidak gompel atau retak


(5)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

21. 22.

23. 24. 25. 26.

27.

28. 29.

30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Peralatan selalu dibersihkan setelah digunakan Tersedia tempat pembuangan sampah tertutup

Penyimpanan Minuman Jadi

Tersedia tempat khusus untuk meyimpan minuman jadi Tempat dalam keadaan bersih

Tempat tertutup dengan baik

Susu kedelai tidak disimpan > 6 jam sebelum diangkut ke tempat penjualan

Pengangkutan Minuman

Tersedianya tempat khusus untuk mengangkut minuman jadi

Minuman diangkut dalam keadaan tertutup

Minuman diangkut dengan menggunakan kendaraan yang dalam keadaan bersih

Penyajian Minuman

Peralatan untuk menyajikan dalam keadaan bersih Peralatan dicuci setelah 1 kali pemakaian

Peralatan dicuci dengan air mengalir

Setelah dicuci peralatan dikeringkan terlebih dahulu Tempat/wadah penyajian minuman bebas dari debu Wadah penyajian harus bersih dan kering

Penyaji berpakaian bersih


(6)

Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha Kecil Di Kota Medan 2009, 2010.

38.

39. 40.

41. 42.

Lokasi Penjualan

Lokasi usaha harus jauh atau minimal 500 meter dari sumber pencemaran (Pabrik, TPA)

Lokasi usaha terhindar dari vector (lalat, tikus, dll)

Lokasi usaha dilengkapi tempat penampungan sampah yang tertutup

Lokasi usaha dilengkapi fasilitas pengendali vektor Dilengkapi fasilitas sanitasi air bersih


Dokumen yang terkait

Hygiene Sanitasi Pengolahan Makanan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli (E.Coli) Pada Pecel Yang Dijual Di Pasar Petisah Tahun 2015

4 58 78

Hygiene Sanitasi Penjual Dan Analisa Bakteri Escherichia coli Pada Jus Jeruk Yang Dijual Di Kantin Yang Ada Di Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2010

8 90 75

Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Sop Buah Yang Dijual Di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011

10 96 104

Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Es Kolak Durian Yang Dijajakan Di Jalan Dr. Mansyur Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2010

5 57 94

Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Es Krim Yang Dijajakan Di Kecamatan Medan Petisah Kota Medan Tahun 2009

7 54 74

Hygiene Sanitasi Penyedian dan Pemeriksaan Escherichia coli Pada Sambal di Beberapa Rumah Makan Jalan Dr.Mansyur Kota Medan Sumatera Utara 2015

2 19 97

UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI DARI BEBERAPA PENJUAL SUSU KEDELAI DI KOTA SURAKARTA UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI DARI BEBERAPA PENJUAL SUSU KEDELAI DI KOTA SURAKARTA.

0 4 14

UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI DARI BEBERAPA PENJUAL SUSU KEDELAI DI KOTA SURAKARTA UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI DARI BEBERAPA PENJUAL SUSU KEDELAI DI KOTA SURAKARTA.

0 3 15

Hasil Pemeriksaan Minuman Susu Kedelai UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI DARI BEBERAPA PENJUAL SUSU KEDELAI DI KOTA SURAKARTA.

0 3 23

Hygiene Sanitasi Pengolahan Makanan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli (E.Coli) Pada Pecel Yang Dijual Di Pasar Petisah Tahun 2015

0 2 12