Observasi Deskripsi Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II a. Perencanaan Tindakan

94 10 Butir pengamatan 15, siswa aktif bertanya apabila materi yang disampaikan guru belum jelas. Siswa sudah berani bertanya apabila mengalami kesulitan terkait materi yang dipelajari. Hasil observasi pembelajaran pada siklus II pertemuan I diperoleh skor 51 85 dan pada pertemuan kedua diperoleh skor 57 95 dari skor maksimal ideal 60. Observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan menggunakan alat peraga teropong pecahan diperoleh persentase skor rata-rata 90. Hal itu dapat diketahui dari rangkuman hasil observasi pada tabel 9. Tabel 9. Persentase Skor Aktivitas Guru dan Siswa dalam Penggunaan Alat Peraga Teropong Pecahan pada Pelaksanaan Tindakan Siklus II No Pertemuan Jumlah Skor Persentase 1 Ke-1 51 85 2 Ke-2 57 95 Persentase Skor Rata-rata Aktivitas Guru dan Siswa dalam Penggunaan Alat Peraga Teropong Pecahan pada Pelaksanaan Tindakan Siklus II 90 Berdasarkan tabel 9 persentase aktivitas guru dan siswa dalam penggunaan alat peraga teropong pecahan pada siklus II mengalami kenaikan sebesar 19,17 dari persentase aktivitas guru dan siswa dalam penggunaan alat peraga teropong pecahan pada siklus I. Hasil observasi 95 tindakan siklus II pertemuan I dan pertemuan II dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan nilai post-test siklus II pada materi penjumlahan dan pengurangan pada alat peraga teropong pecahan pada siswa kelas IV SDN Warangan I menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 80,67. Siswa yang berhasil mencapai KKM adalah 13 siswa 86,67 atau siswa yang belum mencapai KKM adalah 2 siswa 13,33. Data nilai post-test pada siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Peningkatan prestasi belajar materi penjumlahan dan pengurangan pecahan pada kelas IV SDN Warangan I dari tahap siklus 1 ke siklus II dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Tahap Siklus I dan Siklus II No Tahap Nilai Rata- rata Kelas Ketuntasan Persentase Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas 1 Siklus I 60,2 8 7 53,33 46,67 2 Siklus II 80,67 13 2 86,67 13,33 Berdasarkan data tabel 10 dapat dilihat nilai rata-rata kelas dari tahap siklus I ke siklus II meningkat sebanyak 20,47 80,67-60,2. Persentase siswa yang mencapai KKM pada tahap siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan sebanyak 33,34 86,67-53,33. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. 96

d. Refleksi

Data hasil observasi dalam pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga teropong pecahan yang telah diuraikan di atas digunakan oleh guru dan observer untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan yang dideskripsikan di atas telah diterapkan secara optimal dan sudah tidak terjadi hambatan- hambatan sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar materi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas IV SDN Warangan I. Hal itu dibuktikan oleh hasil post-test pada akhir siklus II. Persentase siswa yang sudah mencapai KKM sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu 75, sedangkan pencapaian nilai rata-rata kelas adalah 80,67 yang berarti telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu ≥ 65. Berdasarkan hasil nilai post-test di atas maka pembelajaran dikatakan berhasil dan penelitian dihentikan.

B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai peningkatan prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan menggunakan alat peraga teropong pecahan di kelas IV SDN Warangan I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga teropong pecahan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Hal itu sesuai dengan pendapat Pitadjeng 2006: 141-142 bahwa alat peraga teropong pecahan digunakan untuk membantu 97 anak memahami konsep pecahan, membandingkan dua pecahan relasi , =, dan , penjumlahan dan pengurangan pecahan. Hal itu dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata dan ketuntasan belajar siswa dari tahap pra siklus ke siklus I, dan siklus II. Peningkatan prestasi belajar pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan dapat dilihat melalui hasil peningkatan rata-rata kelas dalam setiap tahapan penelitian, yaitu pada tahap pra siklus nilai rata-rata pre-test sebanyak 43,78, pada akhir siklus I nilai rata-rata post-test sebanyak 60,2, dan pada akhir siklus II nilai rata-rata post-test sebanyak 80,67, sehingga pada siklus II nilai rata-rata kelas telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu ≥65 dari skor maksimum ideal 100. Perbandingan nilai rata-rata pre test, akhir siklus I, akhir siklus II disajikan pada gambar 13. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pre test Siklus I Siklus II Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Pre-test, Post-test Akhir Siklus I, dan Post-test Akhir Siklus II 43.78 60.2 80.67 Gambar 14. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Pre-test, Post-test Akhir Siklus I, dan Post-test Akhir Siklus II 98 Peningkatan rata-rata kelas terjadi karena adanya penggunaan alat peraga teropong pecahan dalam pembelajaran. Sebelum adanya tindakan, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja yang mengakibatkan kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru dan tidak terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar pada pra tindakan rendah. Pada siklus I terjadi peningkatan sebanyak 16,42 dari pra tindakan. Terjadinya peningkatan tersebut karena telah digunakannya alat peraga teropong pecahan. Akan tetapi, nilai tersebut belum mencapai KKM yang telah ditetapkan karena pada siklus I siswa baru pertama kali menggunakan alat peraga tersebut sehingga masih mengalami kesulitan dalam memahami aturan penggunaannya. Pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 20,47 dari siklus I. Terjadinya peningkatan tersebut karena telah dilakukan refleksi pada siklus sebelumnya dan dilakukan perbaikan berupa aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan lebih ditekankan, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan lagi dan tepat pada saat menggunakan alat peraga teropong pecahan. Jumlah siswa yang mencapai KKM ≥65 pada tahap pra siklus hanya 4 siswa dari 15 siswa, pada tahap siklus I mengalami peningkatan sebanyak 4 siswa sehingga menjadi 8 siswa, pada tahap siklus II mengalami peningkatan sebanyak 5 siswa sehingga menjadi 13 siswa. Dengan demikian, pada siklus II jumlah siswa yang sudah mencapai KKM adalah sebanyak 13 siswa. Hali itu sesuai dengan pendapat Nana Sujana 2005:99-100 bahwa pengguanaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar- pembelajaran. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil belajar 99 yang dicapai akan tahan lama di ingat siswa sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi. Sesuai dengan pendapat Nana Sujana tersebut, dengan menggunakan alat peraga hasil belajar yang dicapai akan tahan lama di ingat siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai KKM pada setiap akhir siklus. Persentase ketuntasan belajar pada tahap pra siklus yaitu 26,67, pada akhir siklus I 53,33, pada akhir siklus II 86,67, sehingga pada akhir siklus II ketuntasan belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 75 dari jumlah seluruh siswa. Perbandingan persentasi jumlah siswa yang tuntas belajar pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan menggunakan alat peraga teropong pecahan pada pra siklus, akhir siklus I, dan akhir siklus II disajikan pada gambar 14. Gambar 15. Grafik Perbandingan Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar pada Pra siklus, Akhir Sklus I, dan Akhir Siklus II