Observasi Deskripsi Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I a. Perencanaan Tindakan

73 3 Butir pengamatan 10, guru membimbing siswa menggunakan alat peraga teropong pecahan. Guru membimbing siswa secara merata kepada masing-masing kelompok secara bergantian dalam menggunakan alat peraga teropong pecahan. 4 Butir pengamatan 11, guru memotivasi siswa, menarik perhatian agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Guru memberikan motivasi kepada siswa pada saat pembelajaran berlangsung sehingga siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. 5 Butir pengamatan 12, guru menjelaskan materi pembelajaran secara runtut. Guru menyampaikan materi dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir secara runtut. 6 Butir pengamatan 13, guru menggunakan alat peraga teropong pecahan di dalam pembelajaran secara efektif. Guru selalu menggunakan alat peraga teropong pecahan ketika menjelaskan, sehingga alat peraga teropong pecahan berguna secara efektif. Hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan pada pertemuan I diperoleh skor 36 60 dan pertemuan II diperoleh skor 49 81,67 , dari skor maksimum ideal 60. Hal itu dapat diketahui dari rangkuman hasil observasi pada tabel 7. 74 Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Penggunaan Alat Peraga Teropong Pecahan No Pertemuan Jumlah Skor Persentase 1. Ke-1 36 60 2. Ke-2 49 81,67 Persentase Skor Rata-rata Aktivitas Guru dan Siswa dalam Penggunaan Alat Peraga Teropong Pecahan pada Pelaksanaan Siklus I 70,83 Berdasarkan tabel 7, hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam penggunaan alat peraga teropong pecahan pada siklus I diperoleh persentase skor rata-rata 70,83. Hasil observasi tindakan siklus I pertemuan I dan pertemuan II dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan nilai post-test siklus I pada materi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan berpenyebut sama dan tak sama menggunakan alat peraga teropong pecahan di SDN Warangan I menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 60,2 Siswa yang berhasil mencapai KKM adalah 8 siswa 53,33 dan siswa yang belum mencapai KKM adalah 7 siswa 46,67. Data nilai post-test pada siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Peningkatan prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pada pecahan di kelas IV SDN Warangan I dari tahap pra siklus ke siklus I dapat dilihat pada tabel 8. 75 Tabel 8. Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar pada Siklus I No Tahap Nilai Rata- rata Kelas Ketuntasan Persentase Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas 1 Pra siklus 43,78 4 11 26,67 73,33 2 Siklus I 60,2 8 7 53,33 46,57 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat nilai rata-rata kelas pra siklus ke siklus I meningkat sebanyak 16,42 yaitu 43,78 menjadi 60,2. Persentase siswa yang mencapai KKM pada tahap siklus I juga mengalami peningkatan sebanyak 26,66 53,33-26,67 dari pra siklus. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan pra siklus.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah dilakukan, menguraikan informasi, mengkaji secara mendalam kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pembelajaran. Pada tahap refleksi siklus I, guru dan observer berdiskusi untuk mencari tahu penyebab terjadinya kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan. Hasil diskusi guru dan observer menunjukkan bahwa kekurangan- kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1 Butir pengamatan 3, guru membagi siswa menjadi 3-4 orang per kelompok. Ketika siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4 siswa, siswa sibuk mencari teman satu kelompoknya, kondisi kelas 76 menjadi tidak tenang. Kemungkinan penyebabnya adalah siswa diminta untuk berhitung pada waktu pembentukan kelompok, sehingga siswa masih kebingungan untuk mengingat nomor yang disebutkan dan membuat susasana menjadi ramai. 2 Butir pengamatan 4, siswa duduk dengan kelompok masing-masing. Terdapat anggota kelompok yang berjalan kesana-kemari sehingga mengganggu aktivitas kerja kelompok. Kemungkinan penyebabnya adalah siswa tidak mau bergabung dengan teman lain karena merasa tidak cocok dengan teman satu kelompoknya. Meskipun demikian, akhirnya mereka mau bergabung dengan kelompoknya walaupun dengan sedikit terpaksa. 3 Butir pengamatan 5, guru menjelaskan aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan. Butir pengamatan tersebut belum berjalan dengan baik. Kemungkinan penyebabnya karenan guru baru pertama kali mengenalkan alat peraga teropong pecahan. Guru butuh berlatih lebih banyak lagi dalam menjelasakan penggunaan alat peraga teropong pecahan dalam proses pembelajaran. 4 Butir pengamatan 6, siswa memperhatikan saat guru menjelaskan aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan. Butir pengamatan ini belum berjalan dengan baik. Kemungkinan penyebabnya adalah siswa kurang memperhatikan guru saat menjelaskan aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan sehingga kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru. 77 5 Butir pengamatan 7, siswa memahami aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan. Butir pengamatan tersebut belum berjalan dengan baik. Kemungkinan penyebabnya adalah siswa baru pertaama kali menggunakan alat peraga teropong pecahan sehingga siswa belum begitu paham dengan penggunaan alat peraga teropong pecahan dan mengalami kesulitan untuk memperagakan penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga teropong pecahan. 6 Butir pengamatan 8, kerjasama siswa dalam kelompok. Butir pengamatan ini belum berjalan dengan baik. Kemungkinan hal ini disebabkan hanya beberapa anggota kelompok saja yang paham cara penggunaan alat peraga teropong pecahan dan mereka belum dapat mengajari teman yang belum bisa, sehingga kerja kelompok belum bisa berjalan dengan baik. 7 Butir pengamatan 9, ketepatan siswa dalam menggunakan alat peraga teropong pecahan. Butir pengamatan ini belum berjalan dengan baik. Kemungkinan hal ini disebabkan sebagian siswa bingung dalam menggunakan lingkaran pecahan. 8 Butir pengamatan 14, guru menguasai materi pembelajaran. Guru belum sepenuhnya menguasai materi pembelajaran. Terkadang guru masih beracuan pada buku. Guru belum menguasai sepenuhnya materi yang akan disampaikan sehingga diperlukan latihan lebih banyak lagi. 78 9 Butir pengamatan 15, siswa aktif bertanya apabila materi yang disampaikan guru belum jelas. Butir pengamatan ini belum berjalan dengan baik. Sebagian besar siswa tidak bertanya ketika mengalami kesulitan atau materi yang disampaikan guru belum jelas. Kemungkinan hal ini disebabkan karena siswa merasa malu atau takut untuk menyampaikan pendapat. Hasil post-test pada siklus I menunjukkan bahwa terdapat 7 siswa yang belum mencapai KKM. Hal tersebut disebabkan karena siswa tersebut belum sepenuhnya paham terhadap penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tak sama. Selain itu, keterbatasan waktu penelitian juga menjadi salah satu faktor belum tercapainya hasil yang baik karena guru belum memberikan kesempatan kepada siswa ntuk menjelaskan hal-hal yang siswa belum paham tentang materi yang diajarkan. Post-test I juga menunjukkan persentase siswa yang sudah mencapai KKM belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian yaitu 75, sedangkan pencapaian nilai rata-rata kelas masih belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu ≥ 65, sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II.

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan siklus II hampir sama dengan perencanaan tindakan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I. Kekurangan-