Tinjauan tentang Karakteristik Anak SD

38 idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir logis namun sebatas pada objek yang konkret. Anak juga sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang bersifat konkret. 4. Tahap Formal- Operasional 11-15 tahun Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengoordinasikan baik secara simultan serentak maupun berurutan dua ragam kognitif, yakni: 1 kapasitas menggunakan hipotesis; 2 kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Artinya, pada tahap ini anak sudah dapat berpikir secara abstrak. Berdasarkan uraian teori di atas, anak SD kelas IV yang usianya berkisar antara 9-10 tahun berada pada tahap operasional konkret. Pada masa ini anak sudah mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah dialami. Pengalaman langsung sangat membantu dalam berpikir. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rita Ika Izzaty, dkk, 2008: 117-118 yang mengatakan bahwa siswa memerlukan kegiatan bekerja dengan objek yang berupa benda-benda konkret, untuk memanipulasi, menyentuh, meraba, melihat dan merasakannya. Pada tahap ini, anak masih bergantung pada hal-hal yang bersifat konkret serta pengalaman langsung melalui indera yang dimilikinya. Untuk memberikan pengalaman langsung, 39 perlu adanya media dan untuk menarik perhatian mereka perlu adanya variasi. Oleh karena itu, guru perlu memberikan pembelajaran menyenangkan yang memungkinkan siswa untuk mengalami langsung proses belajarnya. Pada usia ini, media pembelajaran yang konkret sangat membantu siswa untuk memahami materi. Apabila siswa dapat belajar dengan menggunakan semua inderanya, maka ia akan lebih mudah memahami. Oleh karena itu, berbagai variasi media akan membantu anak pada usia ini.

D. Pengaruh Keterampilan Guru Mengadakan Variasi Terhadap Prestasi

Belajar Proses belajar mengajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan yang harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Sebagai guru yang profesional, guru harus mempunyai keterampilan mengajar, yaitu untuk membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif. Keterampilan mengajar tersebut diperlukan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar dalam interaksi edukatif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran, yaitu prestasi belajar yang tinggi. Pembelajaran yang monoton sehingga siswa merasa bosan merupakan masalah yang sering terjadi di dalam kelas ketika proses pembelajaran 40 berlangsung. Menurut Raymond J. Wlodkowski and Judith H. Jaynes 2004: 145-146, keadaan monoton yang terus menerus mengakibatkan rasa bosan. Melakukan hal yang sama berulang kali tanpa perubahan yang cukup besar membuat situasi menjadi menjemukan. Belajar yang berhasil dan mengajar yang bersemangat dapat dilakukan dengan menyediakan keanekaragaman dalam belajar. Oleh karena itu, peran guru dalam membawakan materi pelajaran dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap siswa, yaitu prestasi yang optimal. Menurut Adi W. Gunawan 2006: 154, sebenarnya tidak ada pelajaran yang membosankan, yang benar adalah guru yang membosankan karena tidak mengerti cara menyajikan materi dengan benar, baik, menyenangkan dan menarik minat serta perhatian murid. Faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun Hasibuan dan Moedjiono, 2006: 64. Penurunan tersebut berdampak pada ketidaktercapaian tujuan pembelajaran, yaitu prestasi belajar yang rendah. Kebosanan siswa tersebut dapat diatasi apabila guru memiliki keterampilan dalam mengadakan variasi. Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif. Menurut pendapat Eggen, Paul Kauchak, Don 2012:130 yang menyatakan