PENGARUH KETERAMPILAN GURU MENGADAKAN VARIASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV SE-KECAMATAN PANDAK BANTUL YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

(1)

PENGARUH KETERAMPILAN GURU MENGADAKAN VARIASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV

SE-KECAMATAN PANDAK BANTUL YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Mempermudah Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Rinta Artikawati NIM. 12108241008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

"Seorang guru yang mencoba mengajar siswanya tanpa memberikan inspirasi agar mereka memiliki hasrat untuk belajar, adalah seolah memalu besi yang sudah

dingin." (Horace Mann)

Dari Abu Hurairah r.a ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya (H.R Bukhari).


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua, yang tiada hentinya mendoakan, mendukung, memotivasi, memberi perhatian dan selalu memberikan kasih sayangnya.

2. Keluarga besar, yang selalu mendukung cita-cita saya.

3. Almamater Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

PENGARUH KETERAMPILAN GURU MENGADAKAN VARIASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV

SE-KECAMATAN PANDAK BANTUL YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh Rinta Artikawati NIM 12108241008

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa SD Kelas IV Se-Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan variabel bebas keterampilan guru mengadakan variasi dan variabel terikat prestasi belajar siswa yang dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 541 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 213 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Proportional Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan skala psikologi dan dokumentasi. Skala Psikologi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keterampilan guru mengadakan variasi, sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar siswa. Uji validitas menggunakan rumus Product Moment, dan uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha. Uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas dan linearitas. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri kelas IV se-Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji regresi linear sederhana yaitu t hitung

sebesar 3,005 dan t tabel pada taraf signifikansi 5% atau 0,05 didapat ttabel sebesar

1,960. T hitung sebesar 3,005 > t tabel sebesar 1,960. Sumbangan variabel

keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa adalah sebesar 4,1%.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pengaruh Keterampilan Guru Mengadakan Variasi terhadap Prestasi

Belajar Siswa SD Kelas IV Se-Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015/2016” dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini berkat rahmat Allah SWT dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, sudah selayaknya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan dan memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun penelitian skripsi.

4. Bapak Mardjuki, M.Si. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

5. Kepala Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.

6. Guru dan siswa Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta yang telah meluangkan waktu untuk membantu penelitian ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta


(9)

8. Karyawan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu dalam penulisan penelitian skripsi ini.

9. Teman-teman Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam penulisan skripsi ini. Penelitian ini telah dilakukan dengan semaksimal mungkin. Peneliti terbuka untuk menerima saran dan masukan dari pembaca demi perbaikan dan tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Demikian laporan ini semoga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa PGSD pada khususnya.

Yogyakarta, 03 Maret 2016


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Prestasi Belajar ... 12

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 12

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 13


(11)

1. Pengertian Keterampilan Mengadakan Variasi ... 23

2. Tujuan Mengadakan Variasi ... 24

3. Komponen- komponen Keterampilan Mengadakan Variasi ... 27

C. Tinjauan tentang Karakteristik Anak SD ... 37

D. Pengaruh Keterampilan Guru Mengadakan Variasi Terhadap Prestasi Belajar ... 39

E. Penelitian Yang Relevan ... 43

F. Kerangka Berpikir ... 44

G. Hipotesis Penelitian ... 47

H. Definisi Operasional Variabel ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C. Variabel Penelitian ... 49

D. Populasi dan Sampel ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Instrumen Penelitian ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 69

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 70

C. Pengujian Prasyarat Analisis ... 76

D. Pengujian Hipotesis ... 79

E. Pembahasan ... 82


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas IV SD Se-Kecamatan Pandak ... 51

Tabel 2. Sampel Penelitian ... 52

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa terhadap Keterampilan Guru Mengadakan Variasi ... 56

Tabel 4. Distribusi Item Layak dan Item Gugur dalam Skala Persepsi Siswa terhadap Keterampilan Guru Mengadakan Variasi Setelah Uji Coba ... 59

Tabel 5. Penentuan Kategori ... 63

Tabel 6. Klasifikasi Data Keterampilan Mengadakan Variasi ... 71

Tabel 7. Kategori dan Persentase Indikator Variasi Gaya Mengajar ... 72

Tabel 8. Kategori dan Persentase Indikator Variasi Media ... 73

Tabel 9. Kategori dan Persentase Indikator Variasi Interaksi ... 74

Tabel 10. Klasifikasi Data Prestasi Belajar Siswa ... 75

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Guru Mengadakan Variasi... 78

Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Linearitas ... 79

Tabel 13. Hasil Koefisien Determinasi ... 80


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 46

Gambar 2. Diagram Batang Kategori Keterampilan variasi ... 72

Gambar 3. Diagram Batang Kategori Prestasi Belajar ... 76

Gambar 4. Histogram Hasil Uji Normalitas Data ... 77


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Instrumen Uji Coba ... 92

Lampiran 2. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Persepsi Siswa terhadap Keterampilan Guru Mengadakan Variasi ... 98

Lampiran 3. Output Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Skala Persepsi Siswa terhadap Keterampilan Guru Mengadakan Variasi ... 100

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Skala Persepsi Siswa terhadap Keterampilan Guru Mengadakan Variasi ... 102

Lampiran 5. Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba ... 103

Lampiran 6. Sampel Penelitian ... 108

Lampiran 7. Data Penelitian Skala Persepsi Siswa terhadap Keterampilan Guru Mengadakan Variasi ... 109

Lampiran 8. Data Nilai Raport Siswa Kelas IV Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 118

Lampiran 9. Output Hasil Analisis Deskriptif Variable Keterampilan Guru Mengadakan Variasi dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan SPSS ... 121

Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov ... 127

Lampiran 11. Uji Linearitas Data ... 128

Lampiran 12. Hasil Uji Hipotesis (Uji Regresi Linear Sederhana) ... 129

Lampiran 13. Tabel r ... 132

Lampiran 14. Tabel F ... 133

Lampiran 15. Tabel t ... 134

Lampiran 16. Penetuan Jumlah Sampel dan Populasi tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, dan 10% ... 135


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya arus global menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk lebih meningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan mampu menciptakan Sumber Daya Manusia yang berintekektual, berkarakter, dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk dapat bersaing di tengah-tengah arus global. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terkandung tujuan pendidikan yaitu mengembangkan potensi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Menurut Nana Syaodih (2011:25), proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Akan tetapi, pada kenyataannya kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia masih rendah. Pendidikan belum sepenuhnya mampu mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan pendidikan belum sepenuhnya tercapai.

Salah satu indikator bahwa tujuan pendidikan belum sepenuhnya tercapai dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang rendah. Menurut Kamus Besar


(17)

Bahasa Indonesia (2005: 895), prestasi adalah akademis hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Jadi, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari proses belajar. Evaluasi prestasi belajar meliputi, prestasi kognitif, prestasi afektif, dan prestasi psikomotor. Prestasi kognitif dapat diketahui melalui tes.

Berbicara tentang prestasi belajar siswa, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Menurut pendapat Slameto (2003: 56-58), faktor psikologis yang mempengaruhi belajar diantaranya adalah perhatian, minat, dan motif. Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka bahan pelajaran harus selalu menarik perhatian siswa sehingga tidak timbul kebosanan pada siswa. Minat juga besar pengaruhnya terhadap belajar. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan. Berkaitan dengan faktor- faktor tersebut, guru mempunyai peranan penting dalam mengatasi masalah-masalah maupun keterbatasan siswa sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran yaitu prestasi belajar siswa yang tinggi.


(18)

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya (Aunurrahman, 2010: 35). Menurut Muhibbin Syah (2006: 68), secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut Sardiman (2005:47), mengajar merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka proses belajar mengajar adalah usaha untuk menciptakan lingkungan dan bahan pengajaran yang mendukung proses belajar sehingga terjadi perubahan perilaku pada anak didik sebagai hasil dari pengalaman individu. Proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila siswa dapat menangkap informasi dan memahami materi yang disampaikan dan mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Proses belajar mengajar berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran meliputi, tujuan, guru, siswa, lingkungan dan alat pembelajaran. Guru merupakan faktor penting dalam usaha meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Mutu proses dan hasil pembelajaran yang baik dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hasil kajian terhadap beberapa literatur menunjukkan bahwa ada beberapa elemen kapasitas untuk meningkatkan mutu pendidikan persekolahan, yaitu: (1) guru yang professional; (2) motivasi siswa; (3) materi kurikulum; (4) kualitas dan tipe orang-orang yang mendukung proses


(19)

pembelajaran di kelas dan laboratorium; (5) kuantitas dan kualitas interaksi para pihak pada tingkat organisasi sekolah atau universitas; (6) sumber- sumber materiil; dan (7) organiasasi dan alokasi sumber- sumber sekolah atau universitas di tingkat lembaga (Sudarwan Danim, 2011: 100-101).

Berdasarkan uraian di atas, peran guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran di kelas, yaitu guru yang profesional . Menurut Udin Syaefudin (2010:55), guru yang profesional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Pengajaran yang baik memerlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar agar efektif dan efisien. Keterampilan mengajar adalah sejumlah kompetensi guru yang menampilkan kinerjanya secara profesional (Kunandar, 2011:57). Keterampilan ini menunjukkan bagaimana guru memperlihatkan perilakunya selama interaksi belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, guru profesional harus mampu menguasai keterampilan mengajar

Salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai guru adalah keterampilan guru mengadakan variasi. Menurut Suparman (2010: 87), variasi mengajar merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru yang bertujuan untuk menarik dan meningkatkan perhatian anak didik terhadap materi pengajaran, memberikan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat terhadap berbagai hal baru, menanamkan perilaku positif anak didik dalam pembelajaran, serta memberi kesempatan kepada anak didik untuk


(20)

keterampilan guru mengadakan variasi adalah keterampilan yang dimiliki guru untuk mengatasi kebosanan siswa dengan meningkatkan perhatian siswa, motivasi belajar dan minat siswa.

Setelah melakukan observasi pada siswa di kelas IV SD N Gunting dan SD N Wijirejo 2 di Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta dapat diidentifikasi tiga masalah. Pertama, daya serap siswa terhadap materi pelajaran rendah yang ditunjukkan dengan guru yang harus mengulang materi yang lalu sebelum masuk ke materi pelajaran yang selanjutnya. Selain itu, motivasi belajar, perhatian dan konsentrasi belajar siswa rendah ditunjukkan dengan perilaku siswa yang kurang aktif selama pembelajaran dan sering berjalan-jalan di sela-sela guru menjelaskan materi. Siswa juga gaduh sela-selama pembelajaran, bermain sendiri dan tidak memperhatikan karena asik menggambar

Kedua, prestasi belajar siswa masih rendah. Berdasarkan nilai ujian tengah semester ganjil di kelas IV SD N Wijirejo 2, ada lebih dari separoh siswa di kelas IV tersebut yang masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Nilai tersebut sebagai indikator bahwa siswa belum memahami materi pembelajaran

Ketiga, pembelajaran di kelas masih monoton dan membosankan ditunjukkan dengan intonasi, nada, dan volume suara guru dalam menyampaikan materi masih datar atau monoton saja. Ekspresi atau mimik wajah guru juga monoton sehinga siswa bosan. Guru juga masih kurang atau belum menggunakan media yang bervariasi ditunjukkan dengan guru yang hanya menggunakan kapur dan papan tulis saja dalam menjelaskan materi


(21)

padahal pada materi –materi tertentu media sangat diperlukan siswa. Guru sangat jarang menggunakan media dalam pembelajaran Variasi pola interaksi dalam pembelajaran masih kurang. Guru menyampaikan materi dengan pola interaksi yang monoton sehingga suasana belajar kurang hidup. Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa belum semua guru menggunakan keterampilan mengadakan variasi.

Berdasarkan banyaknya masalah-masalah yang ditemukan, maka masalah pada penelitian ini dibatasi pada rendahnya prestasi belajar siswa. Alasan pemilihan masalah tersebut adalah: Pertama, prestasi belajar sebagai indikator keberhasilan siswa dalam belajar. Prestasi belajar siswa menunjukkan seberapa tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran. Artinya, Apabila prestasi belajar siswa rendah maka siswa dikatakan belum menguasai bahan pelajaran. Apabila siswa belum berhasil menguasai bahan pelajaran, maka perlu adanya usaha untuk mengetahui faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Jika hal tersebut tidak diperhatikan, maka prestasi belajar siswa yang selalu rendah akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan pendidikan.

Kedua, prestasi belajar digunakan sebagai evaluasi guru dalam mengajar di kelas. Prestasi belajar siswa diukur melalui prosedur penilaian. Menurut Nana Sudjana (2005: 111), rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak semata-mata disebabkan kemampuan siswa tetapi juga bisa disebabkan kurang berhasilnya guru mengajar. Oleh karena itu, prestasi belajar siswa dapat


(22)

yang dilakukan guru sehingga dapat dilakukan pengajaran yang lebih baik untuk mengoptimalkan prestasi belajar siswa. Apabila prestasi belajar siswa rendah, maka proses belajar mengajar dapat dikatakan belum berhasil sehingga perlu diketahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pengajaran tersebut. Dengan demikian, dapat dilakukan upaya perbaikan sehingga prestasi belajar dapat optimal dan kinerja guru juga dapat lebih baik lagi.

Ketiga, prestasi belajar digunakan sebagai laporan kemajuan belajar bagi orang tua siscwa. Orang tua sangat mengharapkan jika anaknya mendapatkan prestasi yang tinggi yang artinya anak berhasil menguasai bahan pelajaran dengan baik. Untuk memenuhi harapan masyarakat tersebut hendaknya sekolah melakukan upaya-upaya perbaikan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa mendapatkan prestasi yang optimal. Upaya perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa tersebut. Apabila permasalahan tersebut tidak segera ditindaklanjuti maka akan berdampak pada ketidakberhasilan sekolah dalam memenuhi harapan masyarakat.

Berkaitan dengan pentingnya prestasi belajar, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Menurut Ngalim purwanto (2002: 107), faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar terdiri dari faktor lingkungan (alam dan sosial) dan faktor instrumental (kurikulum/ bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/ manajemen). Faktor dalam terdiri dari faktor


(23)

fisiologi (kondisi fisik dan panca indera) dan faktor psikologi (bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa salah satu faktor luar yang mempengaruhi prestasi belajar adalah guru.

Moh Uzer Usman (2006: 9) berpendapat bahwa proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menjalankan perannya sebagai pengajar, guru harus memiliki delapan keterampilan dasar mengajar, meliputi keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar perseorangan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa salah satu keterampilan mengajar yang harus dimiliki guru adalah keterampilan mengadakan variasi yang merupakan salah satu variabel dari judul penelitian ini.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 188) berpendapat bahwa bagi siswa, adanya variasi dalam mengajar dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevansi dengan hasil belajar. Artinya, keterampilan guru dalam mengadakan variasi memiliki keterkaitan dengan prestasi belajar.

Berdasarkan analisis masalah tersebut, maka dapat diketahui bahwa keterampilan guru mengadakan variasi merupakan salah satu faktor yang


(24)

pengaruh keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa, terutama di Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri kelas IV Se-Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang permasalahan, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Rendahnya daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan,, rendahnya motivasi belajar siswa, konsentrasi dan perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

2. Rendahnya prestasi belajar siswa.

3. Pembelajaran monoton dan membosankan, penggunaan media kurang bervarais, pola interaksi di kelas kurang bervariasi yang artinya belum semua guru menggunakan keterampilan mengadakan variasi

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi serta permasalahan yang kompleks, maka penelitian ini akan dibatasi pada


(25)

rendahnya prestasi belajar siswa yang dikaitkan dengan keterampilan guru mengadakan variasi di Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan oleh peneliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Se- Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa SD Kelas IV Se-Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembang pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai


(26)

pengaruh keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa SD kelas IV.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi guru kelas di SD dalam rangka meningkatkan keterampilan guru mengadakan variasi pada pembelajaran di kelas.

b. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi guru kelas di SD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SD.

c. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi lebih lanjut mengenai keterampilan guru mengadakan variasi dan prestasi belajar siswa.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar

Tingkat pemahaman dapat diketahui dari indikator keberhasilan belajar. Indikator keberhasilan belajar dapat diketahui melalui prestasi belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895), prestasi adalah akademis hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Menurut Slameto (2003:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pendapat W.J.S Poerwadarminto (2007: 910), pengertian prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan pada nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Indiktor bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal berikut.

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok


(28)

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002, 120).

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas, maka prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari proses usaha yang dilakukan sebagai hasil pengalaman atau interaksi dengan lingkungannya yang ditunjukkan melalui nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Prestasi belajar mencakup kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kawasan kognitif. Penelitian ini menggunakan hasil raport siswa kelas IV semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, PKN, Matematika, IPA dan IPS, yaitu untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan guru.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Nana Syaodih Sukmadianta (2004: 162-163), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar meliputi faktor dalam diri individu (aspek jasmaniah maupun rohaniah), dan faktor- faktor lingkungan (faktor fisik maupun sosial-psikologis). Menurut Nana Sudiana (2005: 39), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Sardiman (2011: 39-44), faktor-faktor yang mempengaruhi


(29)

psikologi dalam belajar meliputi. (1) motivasi, (2) konsentrasi, (3) reaksi, (4) organisasi, (5) pemahaman, dan (6) ulangan. Sedangkan menurut Slameto (2003: 54-71), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor Intern, meliputi faktor jasmaniah (faktor kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan) dan faktor kelelahan. Faktor-faktor ekstern, meliputi Faktor-faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). Menurut Ngalim purwanto (2002: 107), faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar terdiri dari faktor lingkungan (alam dan sosial) dan faktor instrumental (kurikulum/ bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/ manajemen). Faktor dalam terdiri dari faktor fisiologi (kondisi fisik dan panca indera) dan faktor psikologi (bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif).


(30)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, peneliti menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu, meliputi: 1) Faktor jasmani (fisiologis)

a) Faktor Kesehatan

Sehat berarti segenap badan beserta bagian-bagiannya dalam keadaan baik dan bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, sering mengantuk. Hal tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu keadaan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan ini dapat berpengaruh pada proses belajar siswa. Siswa cenderung mengalami kesulitan atau keterbatasan selama mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, keadaan ini dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.


(31)

2) Faktor psikologis a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Artinya, faktor intelegensi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

b) Perhatian

Perhatian adalah suatu kondisi dimana seluruh aktivitas tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengurangi kebosanan siswa agar perhatian siswa terhadap materi pelajaran meningkat. Untuk mengurangi kebosanan siswa maka perlu variasi dalam mengajar. Gaya mengajar yang bervariasi dapat menciptakan pembelajaran yang


(32)

siswa dan pola interaksi yang bervariasi dapat menjaga perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Dengan demikian, keterampilan guru dalam mengadakan variasi gaya, media dan interaksi dapat meningkatkan perhatian siswa. Tingginya perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan, akan mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Oleh karena itu, guru perlu keterampilan untuk dapat membangkitkan minat belajar siswa, yaitu variasi dalam mengajar. Apabila siswa mempunyai minat yang tinggi untuk belajar, siswa akan senang belajar dan senang pula mengikuti pembelajaran sehingga hasilnya juga akan baik. Oleh karena itu, minat mempengaruhi prestasi belajar siswa. d) Bakat

Bakat adalah kemampuan yang dimilki siswa dalam dirinya untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Seseorang yang sudah memiliki suatu bakat tertentu, maka ia akan lebih mudah mempelajari dan memahami sesuatu. Oleh


(33)

karena itu, adanya bakat yang dimiliki siswa mempengaruhi prestasi yang dicapai.

e) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat / fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Siswa yang sudah mempunyai kematangan akan mudah menerima pengetahuan baru sehingga hasil belajarnya juga kan baik. Sebaliknya, siswa yang belum memiliki kematangan untuk menerima sesuatu, akan sulit untuk memahami pengetahuan yang diterimanya. Oleh karena itu, kematangan juga mempengaruhi pretasi belajar. f) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Siswa yang siap belajar akan berbeda hasilnya dengan siswa yang belum memiliki kesiapan untuk belajar. Siswa yang siap belajar, akan siap menerima materi sehingga akan lebih mudah memahami materi. Oleh karena itu, guru harus mengecek dan memastikan kesiapan siswa untuk belajar agar proses belajar mengajar dapat mencapat keberhasilan. Hasil yang dicapai menunjukkan prestasi belajar siswa.


(34)

g) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi biasanya memiliki rasa antusias dan semangat untuk belajar. Hal tersebut dilihat dari perilaku siswa yaitu mau memperhatikan pelajaran, rajin mencatat, aktif selama proses belajar mengajar, dan menunjukkan sikap senang selama pembelajaran. Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya rendah akan cepat merasa bosan dan tidak mau memperhatikan pelajaran. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi keberlangsungan proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, perlu upaya untuk membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Untuk meningkatkan motivasi belajar, maka perlu adanya variasi dalam mengajar. Gaya mengajar yang tidak monoton akan mendorong siswa untuk senang terhadap pelajaran. Media yang bervariasi dapat mendorong siswa aktif belajar. Pola interaksi yang berbeda-beda dapat mendorong siswa belajar sesuai gaya belajarnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka keterampilan guru mengadakan variasi gaya, media dan interaksi dalam mengajar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang akan mempenagruhi prestasi belajar siswa.


(35)

h) Konsentrasi

Konsentrasi merupakan pemusatan segenap kekuatan dan perhatian terhadap sesuatu. Konsentrasi dalam belajar yang dimaksud adalah memusatkan seluruh perhatian terhadap materi pelajaran yang diajarkan guru. Semakin tinggi konsentrasi siswa terhadap pelajaran, semakin mudah siswa memahami materi. Artinya, semakin tinggi hasil yang dicapai siswa. Siswa akan sulit berkonsentrasi apabila penyampaian materi pelajaran kurang menarik dan belum memacu siswa untuk fokus. Rendahnya konsentrasi belajar disebabkan karena kurangnya variasi. Untuk meningkatkan konsentrasi siswa, maka perlu variasi mengajar. Perubahan posisi guru saat menjelaskan, nada suara guru yang bervariasi, penekanan kata-kata tertentu saat menerangkan materi, perubahan gerak guru dan adanya kesenyapan saat proses belajar mengajar dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi siswa. Oleh karena itu, keterampilan guru mengadakan variasi mempengaruhi konsentrasi belajar siswa yang akan berpengaruh juga terhadap prestasi belajar siswa. 3) Faktor kelelahan

Kelelahan terdiri dari kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah


(36)

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Siswa yang mengalami kelelahan baik jasmani maupun rohani akan terlihat tidak bergairah untuk belajar sehingga tidak dapat menyerap materi secara maksimal. Akibatnya, hasilnya juga tidak akan maksimal. Oleh karena itu, kelelahan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

b. Faktor ekstern, merupakan faktor yang berasal dari luar individu yang bersangkutan, meliputi:

1) Faktor keluarga

Keluarga merupakan pendidikan pertama bagi anak. Oleh karena itu, keluarga memiliki pengaruh besar dalam pendidikan anak, terutama belajarnya. Faktor keluarga tersebut meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan perhatian orang tua. Kondisi keluarga yang mendukung akan berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Proses belajar yang baik dapat mengahasilkan prestasi yang baik. Sebaliknya, kondisi keluarga yang kurang kondisif dapat mengganggu proses belajar siswa sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya.


(37)

2) Faktor sekolah

Sekolah merupakan tempat proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, sekolah memiliki peran penting bagi pendidikan siswa. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Lingkungan sekolah terorganisir dengan baik dengan segala aspeknya sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Jika guru dapat menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung bagi proses belajar siswa, maka hasil yang dicapai siswa juga akan lebih baik.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan tempat anak bermain, bersosialisasi dan menjalankan peran sosialnya. Oleh karena itu lingkungan masyarakat dapat membawa pengaruh bagi anak dalam belajar. Faktor masyarakat tersebut meliputi: kegiatan siswa dalam bermasyarakat, massa media, teman bergaul, dan bentuk kepedulian masyarakat. Lingkungan masyarakat yang mendukung pendidikan anak, akan berpengaruh pada proses belajar anak di sekolah. Oleh karena itu, pengaruh masyarakat dapat mempengaruhi prestasi


(38)

B. Tinjauan tentang Keterampilan Mengadakan Variasi 1. Pengertian Keterampilan Mengadakan Variasi

Menurut Moh. Uzer Usman (2002: 84), variasi stimulus adalah kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar-mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2006: 64), menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar-mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif. Menurut Suparman (2010: 87) yaitu, variasi mengajar merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru yang bertujuan untuk menarik dan meningkatkan perhatian anak didik terhadap materi pengajaran, memberikan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat terhadap berbagai hal baru, menanamkan perilaku positif anak didik dalam pembelajaran, serta memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar sesuai dengan tingkatan perkembangan dan kemampuannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka keterampilan mengadakan variasi merupakan keterampilan dalam mencipakan proses belajar mengajar yang menyenangkan, penuh antusisme dan semangat belajar untuk mengatasi kebosanan siswa dalam proses belajarnya. Variasi mengajar meliputi


(39)

variasi gaya mengajar di kelas, variasi pengunaan media pembelajaran dan variasi pola interaksi guru dan siswa . Variasi dilakukan untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, selalu berubah-ubah sehingga tidak monoton dan tidak membosankan. Variasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi, perhatian, minat, dan konsentrasi siswa terhadap proses belajar mengajar sehingga siswa mampu mencapai prestasi belajar yang diharapkan.

2. Tujuan Mengadakan Variasi

Menurut Moh Uzer Usman (2002: 84), variasi mengajar memiliki tujuan dan manfaat yaitu sebagai berikut:

a. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.

b. Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru. c. Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah

dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.

d. Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2006: 65), keterampilan menggunakan variasi memiliki kegunaan di dalam kelas, yaitu:

a. Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar.

b. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi.

c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.


(40)

e. Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 181-186), tujuan mengadakan variasi adalah:

a. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar.

b. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah

d. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual e. Mendorong anak didik untuk belajar

Berdasarkan pendapat– pendapat di atas, maka tujuan mengadakan variasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar mengajar

Perhatian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Kunci utama siswa mampu memahami materi pelajaran adalah dengan memperhatikan. Perhatian sangat diperlukan dalam keberlangsungan proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan efektif. Banyak faktor di dalam maupun di luar kelas yang dapat mengalihkan perhatian siswa sehingga perhatian siswa tidak lagi tertuju pada pelajaran. Oleh karena itu, pemberian/ penggunaan variasi dalam mengajar diharapkan mampu memelihara dan meningkatkan perhatian siswa. Perhatian siswa terhadap pelajaran mempengaruhi tingkat


(41)

penguasaan materi. Tingkat penguasaan materi mempengaruhi prestasi belajar siswa.

b. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi

Motivasi belajar siswa akan muncul apabila guru mampu menciptakan pembelajaran yang mampu menghadirkan suasana baru sehingga siswa tidak bosan. Motivasi yang tinggi untuk belajar akan memudahkan siswa memahami materi sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan masalah motivasi dengan memberikan variasi dalam mengajar.

c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.

Permasalahan yang sering ditemui di kelas adalah hubungan siswa dan guru yang kurang terjalin dengan baik. Hal tersebut menyebabkan siswa tidak senang dengan pelajaran yang diajarkan guru. Variasi mengajar dapat menciptakan iklim kelas yang harmonis sehingga siswa dapat merasa diperhatikan oleh guru. Apabila guru sudah dapat mengambil hati siswa, maka pelajaran yang disampaikan guru akan mampu dengan mudah dipahami siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

d. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual

Apabila guru menggunakan media yang bervariasi dalam mengajar, maka memungkinkan siswa memilih media yang sesuai


(42)

dengan karakteristik dan kemampuannya. Dengan demikian, siswa dapat belajar dengan senang dan nyaman sesuai gaya belajarnya.

e. Mendorong siswa untuk belajar

Dorongan untuk belajar akan muncul apabila siswa termotivasi oleh materi yang diajarakan guru. Apabila guru menggunakan variasi dalam mengajar, maka akan memberikan kesempatan pada siswa untuk terdorong dan termotivasi untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang disenangi. Hal tersebut karena setiap siswa memiliki karakteristik dan gaya belajar sendiri. Oleh karena itu, guru harus mampu memancing gaya belajar mana yang sesuai dengan karakteristik siswa melalui pemberian variasi dalam mengajar.

3. Komponen- komponen Keterampilan Mengadakan Variasi a. Variasi Gaya Mengajar

Menurut Suparman (2010: 63), gaya mengajar adalah cara atau metode yang dipakai oleh guru ketika sedang melakukan pengajaran. Munif Chatib (dalam Suparman, 2010: 63), mengatakan bahwa hakikat gaya mengajar yang dimiliki guru adalah transfer informasi yang diberikan kepada anak didiknya. Moh Uzer Usman (2002: 85-86) menyatakan bahwa variasi gaya mengajar meliputi beberapa komponen keterampilan, yaitu penggunaan variasi suara (teacher voice), pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence, mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact


(43)

and movement), gerakan badan mimik, dan pergantian posisi guru di dalam kelas dan gerak guru (teachers movement). Menurut Suparman (2010:87-91), variasi gaya mengajar meliputi variasi suara, penekanan, pemebrian waktu, kontak pandang, petunjuk wajah, gerakan anggota badan, dan pindah posisi.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka variasi gaya mengajar adalah gaya yang dipakai guru ketika proses belajar mengajar untuk mengatasi kebosanan siswa. Variasi gaya mengajar meliputi sebagai berikut:

1) Variasi suara guru (teacher voice)

Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lembut, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu. Variasi suara yang dimaksud adalah variasi dalam intonasi ( variasi suara tegas menjadi lembut atau sebaliknya), variasi volume (keras/tinggi menjadi lembut/rendah atau sebaliknya), dan variasi kecepatan (perubahan suara dari cepat menjadi lambat atau sebaliknya). Selain itu juga perpaduan dari variasi intonasi, volume dan kecepatan sehingga dapat menciptakan suasana mendramatisir/ hidup sesuai kebutuhan /tujuan yang hendak dicapai.


(44)

2) Variasi mimik dan gestural (gerak)

Variasi gerak mimik dan gestural (gerak) yang dimaksud adalah ekspresi wajah misalnya tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis mata, untuk menunjukkan kagum, tercengang atau heran. Gerakan kepala, misalnya menganggukkan, menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala untuk menunjukkan setuju atau sebaliknya. Jari juga dapat digunakan untuk menunjuk ukuran, jarak arah ataupun menjentik untuk menarik perhatian. Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, dan gerakan badan tersebut merupakan aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan. 3) Perubahan posisi

Guru yang menjelaskan materi dengan selalu berdiri di tempat maupun duduk di kursi kurang memberi motivasi anak. Dengan perubahan posisi, guru dapat mengecek kondisi siswa selama mengikuti pelajaran. Dengan begitu, guru dapat dengan segera mengamati perubahan-perubahan suasana belajar anak. Ketika guru mendekati anak, maka akan menimbulkan efek psikologi bagi anak, sehingga dapat menimbulkan kesan akrab dan hangat. Perubahan posisi yang dimaksud seperti gerakan mendekati siswa atau menjauh, gerakan ke kanan dan ke kiri atau ke samping


(45)

dan kebelakang siswa. Hal tersebut bertujuan untuk mengontrol siswa sehingga siswa tidak bosan.

4) Kesenyapan (teacher silence)

Teknik diam sejenak, dapat membuat anak memperbarui perhatiannya. Suasana yang tiba-tiba menjadi senyap akan menarik perhatian siswa. Kesenyapan yang dimaksud adalah kebisuan yang sengaja dilakukan guru disela-sela ketika sedang menerangkan materi dengan mengubah yang bersuara menjadi tiba-tiba sepi atau perubahan stimulus dari adanya suara kepada keadaan tenang/ senyap, atau dari adanya kesibukan/ kegiatan lalu dihentikan. 5) Pemusatan perhatian (focusing)

Pemusatan perhatian adalah usaha yang dilakukan guru untuk membangkitkan perhatian anak. Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan melakukan penekanan secara verbal. Pemusatan perhatian dapat dilakukan sebagai berikut.

(1) Meminta anak untuk memperhatikan, “Coba perhatikan…,

perhatikan baik-baik...” Atau “Nah ini bagian penting, dengarkan baik-baik, ini agak sukar dimengerti …”

(2) Mengatur tekanan suara, yang bermakna perlu mendapat perhatian.


(46)

(5) Dengan pengulangan pengungkapan 6) Kontak pandang (eye contact)

Apabila guru melakukan kontak pandang yang menyeluruh, maka akan menimbulkan perasaan anak bahwa dirinya mendapat perhatian guru. Bahkan anak merasa diawasi guru. Dengan demikian, hal itu akan mengurangi peluang anak untuk menghindari belajar. Selain itu, anak juga akan merasa senang untuk belajar. Variasi kontak pandang yang dimaksud adalah guru dapat melakukan pandangan ke seluruh kelas, dan secara bervariasi ditujukan kepada kelompok siswa dan ke siswa tertentu. Pandangan guru tertuju kepada siswa dengan menatap mata setiap siswa untuk membentuk hubungan positif dan untuk menunjukkan adanya hubungan yang akrab dengan mereka.

b. Variasi Media

Tiap siswa memiliki kemampuan indra yang berbeda, baik pendengaran maupun penglihatannya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap anak didik akan dapat diatasi. Variasi tersebut dapat memberi stimulasi terhadap indra anak didik. Menurut Moh Uzer Usman (2002: 86-87), variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran meliputi variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids, ), variasi alat atau bahan yang dapat diraba/


(47)

dimanipulasi/ digerakkan (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audio-visual aids). Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:190-192), ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang, media dengar, dan media taktil).

Berdasarkan uraian di atas maka variasi media meliputi variasi media pandang (visual aids) , media dengar (auditif aids), media taktil (motorik), dan media audio visual aids . Variasi media tersebut dapat meningkatkan perhatian, memudahkan pemahaman, meningkatkan aktivitas dan mempertinggi daya ingat siswa melalui berbagai media sesuai karakteristik dan kemampuan siswa. Komponen variasi media dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Variasi media pandang (visual aids)

Variasi media pandang adalah penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip, TV, radio, recorder, gambar, grafik, model, demonstrasi, diorama, bagan, specimen, slide, poster dan lain-lain. Penggunaan media pandang yang bervariasi akan lebih menarik perhatian siswa dan dapat membantu guru menjelaskan materi.


(48)

2) Variasi media dengar (auditif aids)

Dalam proses belajar mengajar di kelas, suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Akan tetapi, untuk meningkatkan perhatian siswa, guru perlu menggunakan media dengar yang bervariasi. Media dengar yang dapat dipakai diantaranya adalah pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkan rekaman suara ikan lumba-lumba, suara radio, deklamasi puisi, telepon, yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.

3) Variasi media taktil

Variasi media taktil adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai “media taktil”. Media taktil misalnya peragaan yang dilakukan oleh guru atau siswa, model, spesimen, patung, topeng, dan boneka. Media tersebut dapat digunakan siswa untuk diraba, diperagakan, atau dimanipulasikan agar lebih mudah memahami materi serta memberikan pengalaman langsung.


(49)

4) Varaisi media audio visual aids

Variasi media audio visual aids adalah penggunaan variasi media yang memungkinkan siswa untuk melihat, mendengar dan memegang/ meraba/ memanipulasi. Media ini dapat melibatkan semua indera yang dimiliki siswa sehingga akan menimbulkan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Variasi media audio visual aids meliputi film, televise, radio, slide proyektor yang diiringi penjelasan guru, dan lain-lain yang penggunaannya disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

c. Variasi Interaksi

Menurut Sardiman (2011: 206-207), variasi interaksi ialah frekuensi atau banyak sedikitnya pergantian aksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa secara tepat. Penggunaan variasi pola interaksi ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam mencapai tujuan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 192), variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu (a) anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru; (b) anak didik mendengarkan dengan pasif, situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada anak didik. Menurut Moh. Uzer Usman (2002: 87-88)


(50)

1) Pola guru – murid G

M M M

Komunikasi sebagai aksi (satu arah). 2) Pola guru-murid-guru

G

M M M

Ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi).

3) Pola guru-murid-murid G

M M M

Ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain. 4) Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid

G

M M M M

Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah).

5) Pola melingkar G

M M

M M M


(51)

Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka variasi interaksi adalah perubahan aksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa untuk mengatasi kebosanan dalam proses belajar mengajar. Variasi pola interaksi yang dimaksud adalah pola interaksi antara guru dengan siswa dan pola interaksi antara siswa dengan siswa. Variasi pola interaksi dapat memberikan motivasi siswa untuk belajar. Selanjutnya variasi pola interaksi dapat dijabarkan sebagai berikut. 1) Pola guru-murid (Komunikasi sebagai aksi /satu arah)

Pola interaksi ini sering digunakan guru saat menjelaskan materi dengan metode ceramah. Hal ini bertujuan agar siswa memperhatikan materi yang disampaikan guru.

2) Pola guru-murid-guru (Komunikasi sebagai interaksi)

Pola interaksi ini tidak memungkinkan siswa dengan siswa berinteraksi satu sama lain. Akan tetapi, ada interaksi guru dengan siswa. Pola ini biasanya digunakan guru ketika melakukan tanya jawab dengan siswa.

3) Pola guru-murid, murid-murid (komunikasi multiarah)

Pola interaksi ini memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dengan murid dan murid dengan murid. Artinya, siswa


(52)

diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain dan guru pun memberi balikan (feedback) terhadap siswa.

C. Tinjauan tentang Karakteristik Anak SD

Jean Piaget (Muhibbin Syah, 2006: 26-36), membagi tahapan perkembangan kognitif siswa menjadi 4, yaitu:

1. Tahap Sensori-motor (0-2 tahun)

Periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2 tahun. Anak pada periode ini belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang ia perbuat. Anak belum mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat.

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Tahap ini berlangsung pada usia dua hingga tujuh tahun. Pada tahap ini anak sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tesebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat atau tidak didengar lagi.

3. Tahap Konkret- Operasional (7-11 tahun)

Periode konkret- operasional berlangsung pada usia tujuah hingga sepuluh tahun, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengoordinasikan pemikiran dan


(53)

idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir logis namun sebatas pada objek yang konkret. Anak juga sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang bersifat konkret.

4. Tahap Formal- Operasional ( 11-15 tahun)

Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam kognitif, yakni: 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Artinya, pada tahap ini anak sudah dapat berpikir secara abstrak.

Berdasarkan uraian teori di atas, anak SD kelas IV yang usianya berkisar antara 9-10 tahun berada pada tahap operasional konkret. Pada masa ini anak sudah mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah dialami. Pengalaman langsung sangat membantu dalam berpikir. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rita Ika Izzaty, dkk, (2008: 117-118) yang mengatakan bahwa siswa memerlukan kegiatan bekerja dengan objek yang berupa benda-benda konkret, untuk memanipulasi, menyentuh, meraba, melihat dan merasakannya. Pada tahap ini, anak masih bergantung pada hal-hal yang bersifat konkret serta pengalaman langsung melalui indera yang dimilikinya. Untuk memberikan pengalaman langsung,


(54)

perlu adanya media dan untuk menarik perhatian mereka perlu adanya variasi. Oleh karena itu, guru perlu memberikan pembelajaran menyenangkan yang memungkinkan siswa untuk mengalami langsung proses belajarnya. Pada usia ini, media pembelajaran yang konkret sangat membantu siswa untuk memahami materi. Apabila siswa dapat belajar dengan menggunakan semua inderanya, maka ia akan lebih mudah memahami. Oleh karena itu, berbagai variasi media akan membantu anak pada usia ini.

D. Pengaruh Keterampilan Guru Mengadakan Variasi Terhadap Prestasi Belajar

Proses belajar mengajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan yang harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Sebagai guru yang profesional, guru harus mempunyai keterampilan mengajar, yaitu untuk membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif. Keterampilan mengajar tersebut diperlukan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar dalam interaksi edukatif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran, yaitu prestasi belajar yang tinggi.

Pembelajaran yang monoton sehingga siswa merasa bosan merupakan masalah yang sering terjadi di dalam kelas ketika proses pembelajaran


(55)

berlangsung. Menurut Raymond J. Wlodkowski and Judith H. Jaynes (2004: 145-146), keadaan monoton yang terus menerus mengakibatkan rasa bosan. Melakukan hal yang sama berulang kali tanpa perubahan yang cukup besar membuat situasi menjadi menjemukan. Belajar yang berhasil dan mengajar yang bersemangat dapat dilakukan dengan menyediakan keanekaragaman dalam belajar. Oleh karena itu, peran guru dalam membawakan materi pelajaran dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap siswa, yaitu prestasi yang optimal. Menurut Adi W. Gunawan (2006: 154), sebenarnya tidak ada pelajaran yang membosankan, yang benar adalah guru yang membosankan karena tidak mengerti cara menyajikan materi dengan benar, baik, menyenangkan dan menarik minat serta perhatian murid. Faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun (Hasibuan dan Moedjiono, 2006: 64). Penurunan tersebut berdampak pada ketidaktercapaian tujuan pembelajaran, yaitu prestasi belajar yang rendah.

Kebosanan siswa tersebut dapat diatasi apabila guru memiliki keterampilan dalam mengadakan variasi. Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif.


(56)

bahwa guru yang menvariasikan pengajaran, mereka akan lebih efektif dibandingkan mengajar secara sama setiap waktu. Artinya, memberi variasi pengajaran seperti kerja kelompok/ interaksi siswa-siswa, lebih efektif karena dapat mendorong minat siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 180) bahwa apabila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Tujuan belajar yang tidak tercapai berarti prestasi belajar yang diharapkan belum tercapai. Uraian teori di atas mengindikasikan bahwa ada keterkaitan antara keterampilan guru mengadakan variasi dengan prestasi belajar siswa.

Indikator bahwa guru belum menggunakan keterampilan mengadakan variasi adalah terjadinya kebosanan/ kejenuhan pada siswa dalam belajar maupun selama proses belajar mengajar. Menurut Muhibbin Syah (2011: 163), seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di

tempat”. Artinya, apabila siswa dalam keadaan jenuh atau bosan, maka setiap

informasi atau materi pelajaran yang disampaikan guru, tidak dapat diserap siswa secara maksimal sehingga mengakibatkan siswa gagal memahami materi pelajaran. Hal tersebut berdampak pada sedikitnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sehingga dapat menyebabkan prestasi belajar siswa rendah.


(57)

Sebaliknya, apabila siswa tidak mengalami kebosanan, maka informasi atau materi pelajaran akan mudah diterima atau diserap oleh siswa karena sistem akalnya dapat bekerja dengan baik sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran. Prestasi belajar siswa akan baik karena penguasaan terhadap materi pelajaran juga baik. Dengan demikian, sering tidaknya guru dalam mengadakan variasi mengajar akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Apabila guru menggunakan keterampilan variasi dalam mengajar, maka kebosanan siswa dapat teratasi sehingga prestasinya juga akan baik karena materi pelajaran dapat diserap siswa dengan baik. Sebaliknya, apabila guru tidak menggunakan keterampilan variasi, maka siswa akan mengalami kebosanan sehingga prestasi belajarnya akan rendah karena materi pelajaran tidak dapat diserap dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa keterampilan guru mengadakan variasi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari proses usaha yang dilakukan sebagai hasil pengalaman atau interaksi dengan lingkungannya yang ditunjukkan melalui nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah guru. Keterampilan guru dalam mengajar berpengaruh pada prestasi yang dicapai siswa karena guru merupakan faktor yang langsung berinteraksi dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu keberhasilan dan kegagalan dalam proses


(58)

hal ini variasi mengajar guru menentukan keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar. Keberhasilan tersebut berpengaruh pada prestasi belajar siswa yang tinggi. Sebaliknya, kegagalan dalam proses belajar mengajar dapat berdampak pada prestasi belajar yang rendah.

E. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan antara lain:

1. “Hubungan Keterampilan Mengelola Kelas dan Mengadakan Variasi

dengan Minat Belajar Siswa Kelas V SD” yang disusun oleh Indri Lestari, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan keterampilan mengelola kelas terhadap prestasi belajar memiliki r sebesar 0.405 dan P<0.05, hubungan keterampilan mengadakan variasi dengan minat belajar memiliki r sebesar 0.464 dan P<0,05. Hal ini berarti bahwa ketiganya memiliki hubungan yang positif dan signifikan.

2. “Keterampilan Mengajar Yang Bervariasi Pengaruhnya Terhadap Hasil

Belajar Mata Pelajaran Pai Di SMA Unggulan Nurul Islami Wonolopo Semarang” yang disusun oleh Endang Astriyani, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri tahun 2008. Diketahui dari perhitungan statistik inferensial bahwa terdapat pengaruh positif antara ketrampilan mengajar yang bervariasi terhadap hasil belajar PAI siswa kelas X dan XI SMA Unggulan Nurul Islami Wonolopo Semarang tahun ajaran 2007/2008. Hal


(59)

ini ditunjukkan dengan nilai Freg = 8,513 > Ftabel baik taraf signifikansi 1% = 7,31 maupun 5% = 4,08. Dengan demikian hasilnya signifikan. Dan koofesien determinasi r2 = 17,6. Hal ini menunjukkan bahwa 17,6% hasil belajar PAI ditentukan oleh ketrampilan mengajar yang bervariasi melalui fungsi taksiran Y = 0,694 + 21,152. Sedangkan 82,4% dipengaruhi oleh faktor yang lain.

F. Kerangka Berpikir

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar merupakan harapan setiap guru. Indikator keberhasilan tersebut dilihat dari prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa yang tinggi menunjukkan seberapa tingkat keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar. Prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi presatsi belajar siswa, diantaranya adalah motivasi, perhatian, dan konsentrasi siswa. Tingginya motivasi, perhatian dan konsentrasi siswa terhadap pelajaran dicapai apabila tidak timbul kebosanan pada siswa saat mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mengatasi kebosanan tersebut maka perlu adanya variasi. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan guru mengadakan variasi untuk mengatasi kebosanan siswa.

Keterampilan guru mengadakan variasi meliputi variasi gaya mengajar, variasi media dan variasi interaksi. Variasi gaya mengajar dapat menciptakan


(60)

variasi suara, variasi gerakan anggota badan, kesenyapan, penekanan dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas sehingga terlihat energik, antusias, bersemangat, maka siswa pun akan bergairah dan termotivasi untuk belajar, siswa akan memberikan perhatiannya dari awal pembelajaran hingga pelajaran selesai. Pemberian variasi gaya juga dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut dapat memberi pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Artinya, siswa akan lebih mudah memahami materi apabila guru mampu menghadirkan media secara konkret dan juga bervariasi. Guru yang mampu menggunakan media yang bervariasi seperti media pandang, dengar dan taktil, akan meningkatkan motivasi dan perhatian siswa selama pembelajaran. Semakin banyak variasi media yang digunakan guru, maka pembelajaran akan semakin menarik bagi siswa. Siswa juga akan semakin mudah memahami materi karena variasi media tersebut memungkinkan siswa menggunakan semua indera yang dimilikinya. Hal tersebut dapat memberi pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.

Pola interaksi yang bervariasi dalam suatu pembelajaran juga akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan penuh semangat. Siswa dapat melakukan komunikasi dan interaksi dengan guru maupun siswa lainnya. Dalam interaksi tersebut, guru dapat memberikan umpan balik sehingga siswa lebih bergairah untuk belajar. Selain itu, siswa juga dapat berkomunikasi dan


(61)

bertukar pikiran dengan siswa lain sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman dalam belajar. Kondisi ini dapat meningktkan motivasi belajar siswa. Hal-hal tersebut dapat memberi pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan paparan tersebut, untuk mengetahui ada tidakmya pengaruh keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar maka akan dilakukan penelitian. Penelitian ini, terdiri dari satu variabel bebas yaitu keterampilan guru mengadakan variasi (X), dengan satu variabel terikat yaitu prestasi belajar (Y). Pengaruh variabel-variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Berpikir Keterangan:

X = Keterampilan guru mengadakan variasi Y = Prestasi belajar

= Pengaruh


(62)

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapatlah dirumuskan hipotesis penelitian adalah:

Ha = ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa SD kelas IV Se-Kecamatan Pandak Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Ho = tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan guru

mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa SD kelas IV Se-Kecamatan Pandak Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

H. Definisi Operasional

1. Keterampilan guru mengadakan variasi

Keterampilan guru mengadakan variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. 2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari proses usaha yang dilakukan sebagai hasil pengalaman atau interaksi dengan lingkungannya yang ditunjukkan melalui nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel lain (Creswell dalam Asmadi Alsa, 2007:13). Jadi, penelitan kuantitatif dalam penelitian ini adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa angka, kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspos fakto. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 17), penelitian expos fakto adalah penelitian tentang variabel yang kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti variabel yang kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian ini dilakukan yaitu keterampilan variasi guru di semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.


(64)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 18 Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2016.

C. Variabel Penelitian

Menurut Burhan Bungin (2005: 59), variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya. Menurut Sugiyono (2014: 2), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian, variabel penelitian adalah faktor atau fenomena tidak tetap atau bervariasi yang ditetapkan peneliti untuk diteliti sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat, yaitu:

a. Variabel bebas (variabel independent) dalam penelitian ini adalah

keterampilan guru mengadakan variasi yang dilambangkan “X”.

b. Variabel terikat (variabel dependent) dalam penelitian ini yaitu, prestasi belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Pandak yang dilambangkan dengan “Y”.


(65)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 61), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek /subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sudjana (2001: 6) menyatakan bahwa totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi. Dengan demikian, populasi merupakan semua obyek/subyek penelitian dengan karakteristik tertentu yang ditentukan peneliti melalui suatu pengukuran untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Pandak Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 541 anak yang tersebar di 18 sekolah. Secara terperinci jumlah populasi di setiap kelas pada ke 18 SDN tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.


(66)

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas IV SD se-Kecamatan Pandak

Siswa kelas IV Jumlah Populasi

Laki-laki Perempuan Jumlah

SD N 1 Pandak 10 9 19

SD N 1 Wijirejo 14 14 28

SD N 2 Wijirejo 48 36 84

SD N Ngentakmangir 11 12 23

SD N Bantulan 20 25 45

SD N Krekah 14 15 29

SD N Bongsren 6 7 13

SD N Jigudan 30 36 66

SD N Gunturan 24 23 47

SD N Ciren 8 3 11

SD N Gumulan 13 12 25

SD N Daleman 13 15 28

SD N Salam 12 13 25

SD N Payungan 24 9 33

SD N Glagahan 5 12 17

SD N Bogo 18 3 21

SD N Tunjungan 3 7 10

SD N Gunting 14 13 27

Jumlah 287 254 541

Sumber: Data dari UPT Pandak

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 62-64), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Selanjutnya dijelakan pula bahwa Proportional Random Sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan proporsional.

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Proportional Random Sampling yaitu mengambil sampel dari anggota populasi secara acak dan proporsional. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan tabel yang dikembangkan oleh Isaac dan


(67)

Michael dengan taraft kesalahan 5%. Dari tabel Isaac dan Michael dengan mempertimbangkan taraf kesalahan sebanyak 5% didapat sampel penelitian sebanyak 213. Sampel tersebut dibagi secara proporsional dengan rumus:

ni =

Keterangan: ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya (Riduwan dan Akdon, 2007: 254)

Adapun rincian sampel penelitian masing-masing Sekolah Dasar Negeri dapat dilihat pada tabel 2 yaitu sebagai berikut.

Tabel 2. Sampel Penelitian

No Sekolah Dasar Populasi Sampel

1. SD N 1 Pandak 19 7

2. SD N 1 Wijirejo 28 11

3. SD N 2 Wijirejo 84 33

4. SD N Ngentakmangir 23 9

5. SD N Bantulan 45 17

6. SD N Krekah 29 11

7. SD N Bongsren 13 5

8. SD N Jigudan 66 26

9. SD N Gunturan 47 18

10. SD N Ciren 11 4

11. SD N Gumulan 25 10

12. SD N Daleman 28 11

13. SD N Salam 25 10

14. SD N Payungan 33 13

15. SD N Glagahan 17 6

16. SD N Bogo 21 8

17. SD N Tunjungan 10 4

18. SD N Gunting 27 10


(68)

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, diperlukan teknik yang mampu mengungkapkan data sesuai dengan pokok permasalahannya. Teknik pengumpulan data, meliputi teknik observasi, teknik komunikasi, teknik pengukuran, teknik sosiometris, dan teknik dokumenter (Nurul Zuriah, 2006: 172-191). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala psikologi dan dokumentasi, yaitu sebagai berikut:

1. Skala Psikologi

Penelitian ini menggunakan skala psikologi untuk mengetahui keterampilan guru mengadakan variasi melalui persepsi siswa. Menurut Saifuddin Azwar (2000: 3), istilah skala dipakai untuk menamakan alat ukur aspek afektif. Skala psikologi selalu mengacu kepada alat ukur aspek atau atribut afektif. Skala psikologi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang keterampilan guru mengadakan variasi kelas IV SDN se- Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta. Skala psikologi untuk mengungkap data variabel keterampilan guru mengadakan variasi ini disediakan empat pilihan jawaban, yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.

Semua metode pengumpulan data pasti memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut dapat diatasi oleh peneliti dengan mengadakan uji coba instrumen sehingga instrumen yang digunakan untuk


(69)

penelitian benar-benar valid dan reliabel. Sedangkan untuk mengatasi persoalan teknis yang berkaitan dengan waktu pengumpulan data dan ketelitian memberikan jawaban, peneliti memberikan petunjuk yang jelas dan memandu serta mengawasi responden selama mengisi instrmen. Pengawasan yang dimaksudkan peneliti adalah untuk menghindari adanya kerjasama yang dilakukan responden dalam pengisian instrument penelitian sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari responden yang diteliti. 2. Dokumentasi

Menurut Nurul Zuriah (2006), teknik dokumenter yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Menurut Riduwan (2004: 77), dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah cara mengumpulkan data langsung dari tempat penelitian berupa peninggalan tertulis yang relevan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa kelas IV yaitu nilai raport semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.


(70)

F. Instrumen Penelitian

1. Pengembangan Instrumen

Menurut Suharimi Arikunto (2010: 134), instrumen penelitian adalah alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Menurut Riduwan (2004: 69), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk mempermudah dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi.

Sebelum menyusun instrumen, peneliti mengadakan identifikai terhadap variabel keterampilan guru mengadakan variasi. Kemudian menjabarkan variabel tersebut menjadi indikator-indikator. Selanjutnya menyusun kisi-kisi instrumen yang dijabarkan ke dalam indikator yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Masing-masing indikator dirumuskan menjadi beberapa butir-butir pernyataan yaitu sebagai berikut.


(71)

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa terhadap Keterampilan Guru Mengadakan Variasi

No Indikator No Item Jumlah

A. Variasi gaya mengajar

1. Penggunaan variasi suara 1, 2, 3 3

2. Pemusatan perhatian siswa 4, 5 2

3. Gerakan badan dan mimik 6,7,8 3

4. Kesenyapan dan kebisuan guru 9,10,11 3 5. Mengadakan kontak pandang dan gerak

guru

12,13 2

B. Variasi Media

1. Penggunaan variasi media pandang 14,15 2 2. Penggunaan variasi media dengar 16,17 2

3. Penggunaan variasi media taktil 18 1

4. Penggunaan variasi media campuran 19,20 2 C. Variasi Interaksi

1. Variasi pola guru-murid 21,22, 23 3

2. Variasi pola guru-murid-guru 24,25 2

3. Variasi pola guru-murid, murid-murid 26,27,28,29, 30

5

Jumlah 30

2. Uji Coba Instrumen

Uji instrumen dilakukan sebelum angket diberikan kepada responden penelitian sebenarnya. Tujuan uji coba instrumen ini adalah untuk menyatakan validitas dan reliabilitas instrumen yang dibuat sehingga skala persepsi siswa terhadap keterampilan guru mengadakan variasi layak digunakan untuk penelitian dan dapat mengumpulkan data yang sesuai dengan apa yang diteliti. Uji coba instrumen telah dilakukan pada 28 responden dengan populasi yang sama di luar sampel penelitian dimana peneliti melakukan pengambilan data penelitian, yaitu di SD N


(72)

a. Uji Validitas Instrumen

Istilah valid atau validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu dimensi atau indikator dikatakan valid apabila indikator tersebut mampu mencapai tujuan pengukuran dari konstruk amatan dengan tepat (Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan, 2009: 282). Menurut Sugiyono (2014: 350), validitas internal instumen yang berupa test harus memenuhi construct validity (validitas konstruk) dan content validity (validitas isi). Sedangkan untuk instrumen yang nontes yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi.

Menurut Sumarna Surapranata (2005: 56), untuk menguji validitas alat ukur dapat digunakan teknik atau rumus korelasi product moment dari karl Pearson. Rumus korelasi product yang dimaksud adalah:

rxy =

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]

Dalam penelitian ini, instrumen keterampilan guru mengadakan variasi menggunakan construct validity (validitas konstruk) karena butir-butir dalam instrumen dikembangkan berdasarkan konstruk teoritik. Dalam hal ini, apabila sudah diperoleh


(1)

135

Lampiran 16. Penetuan Jumlah Sampel dan Populasi tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, dan 10%


(2)

136 Lampiran 17. SURAT IJIN PENELITIAN


(3)

(4)

(5)

(6)