BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
Dalam bagian ini akan dikemukakan kajian kepustakaan tentang hasil penelitian yang relevan, yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini antara lain:
Hughes 2011: 8 menganalisis peranan perempuan sebagai sheriff, hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan adanya pemimpin perempuan dalam lembaga
penegak hukum akan mendapatkan suatu keuntungan, struktur organisasi penegak hukum perlu lebih fleksibel, serta mendefinisikan posisi kepemimpinan untuk tidak memihak salah
satu gender, perempuan dalam penegakkan hukum secara struktural diskriminasi melalui pengobatan yang berbeda.
Kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada bagian kajian perempuan terhadap persamaan kedudukan gender. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian ini lebih fokus kepada nilai pendidikan dan feminisme dalam novel, sedangkan Patrick J. Hughes lebih pada ranah penegak hukum.
Gaus 2011: 175 meneliti tentang faktor yang menghalangi guru perempuan dalam memegang posisi utama di sekolah-sekolah dasar di Makassar, temuan menunjukkan bahwa
kurangnya perwakilan guru perempuan di posisi kepemimpinan di sekilah dasar di Makassar berasal dari masalah baik sosial budaya dan institusional. Diharapkan hasil penelitian ini
dapat membantu untuk menjelaskan tentang representasi kaumperempuan dalam kepemimpinan sekolah dasar di Makassar dan untuk memberikan indikasi dari arah yang bisa
ditempuh untuk mengatasi ketidakseimbangan ini. Hasil juga dapat memberikan indikasi apa langkah tambahan mungkin perlu diambil untuk mengatasi motivasi guru untuk mengejar
commit to user
kepemimpinan mereka. Untuk otoritas hasilnya dapat digunakan untuk revisikebijakan dalam sistem pendidikan Makassar.
Kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada bagian kajian perempuan dan pendidikan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
penelitian ini lebih fokus kepada nilai pendidikan dan feminisme dalam novel dan Nurdiana Gaus memeriksa faktor menghalangi guru perempuan dari memegang posisi utama di
sekolah-sekolah dasar di Makassar. Johnson 2012: 1 berpendapat bahwa mulai tahun 70-an perempuan memiliki tempat dan kedudukan politik yang tinggi. Perbedaan latar belakang
sangat mempengaruhi kehidupan. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama membahas tentang upaya perempuan dalam mencapai persamaan hak dengan kaum laki-laki, dan sama-
sama beraliran feminisme liberal. Perbedaannya terletak pada obyek yang diteliti. Mishra 2012: 1 mengkaji tentang kontribusi perempuan terhadap pekerjaan yang
mulai jalan kembali selama Perang dunia Pertama ketika mereka mewakili dan bekerja bersama laki-laki dan berpartisipasi aktif dalam memberikan layanan mereka ke negara itu.
Perempuan melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati dan mendapat tepuk tangan dari semua orang untuk layanan khusus mereka.
Masuknya perempuan ke dunia profesional dipandang sebagai ancaman sistem patriarki, yang berpendapat bahwa seorang perempuan harus memberikan pelayanan sebagai
istri, ibu atau anak perempuan. Jika mereka terlibat dengan dunia luar dan bekerja di luar rumah, mereka dituduh amoral dan merupakan ancaman akan meninggalkan keluarga yang
ditinggaal di rumah, ini merupakan alasan utama bagi munculnya gerakan feminisme. Hasil yang di dapat dari kajian tersebut adalah bahwa kontribusi perempuan terhadap
dunia usaha telah secara signifikan meningkat dan cukup berhasil untuk mengeksplorasi penyebab feminis. Oleh karena itu dia memiliki penekanan fakta bahwa pemberdayaan
commit to user
perempuan adalah suatu keharusan bagi setiap perempuan, dan perempuan harus berdiri untuk memperjuangkan tujuan mereka dan mereka tidak boleh didiskriminasi atas dasar seks
mereka. Penelitian ini berpendapat bahwa feminisme adalah gerakan yang menganjurkan
untuk menetapkan dan membela hak-hak yang sama bagi perempuan. Hal ini bertujuan untuk menyediakan politik, ekonomi, hak sosial untuk mereka. Para aktivis yang memperjuangkan
hak-hak ini disebut adalah feminis. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perjuangan perempuan untuk memperjuangkan hak-haknya. Perempuan
dapat membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan hidup yang disebabkan oleh kaum laki-laki. Perbedaannya terletak pada kajiannya.
Das dan Hazarika 2014:1 mengkaji tentang feminisme liberal, hasil yang di dapat adalah feminisme liberal menjadi landmark utama dalam sejarah feminisme dan berdampak
jauh dari pertumbuhan dan perkembangan gerakan pembebasan perempuan. Tapi keluhan tertentu diajukan terhadap feminisme liberal di jalan waktu, oleh karena itu, feminisme
radikal, feminisme marxis, feminisme kosong, dan feminisme ketiga dunia dan banyak lagi. Sekolah feminisme muncul sebagai kritik feminisme liberal. Feminisme radikal
menegaskan bahwa feminisme liberal telah gagal untuk membangun sebuah teori yang sistematis tentang perkembangan perempuan. Menurut feminisme radikal, feminisme liberal
gagal untuk memahami bagaimana perempuan tertindas dan diskriminasi dalam sistem patriarki. Di sisi lain, kaum feminis sosialis juga setuju bahwa sekolah feminis liberal
cenderung untuk melestarikan dan melindungi sistem patriarki melalui memperkaya sistem kapitalis.
Meskipun feminisme liberal tidak bebas dari kritik tertentu, peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan gerakan feminis tidak dapat diabaikan. Ini adalah gerakan
commit to user
feminis liberal merupakan jalan baru dan cakrawala perempuan menuju gerakan emansipasi. Ini membuka pintu pemikiran pembebasan perempuan dari segala macam perbudakan dan
pembudakan. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang feminisme liberal.
Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti, penelitian Has dan Hazarika hanya meneliti tentang feminisme liberal. Sedangkan penelitian ini tidak hanya mengkaji feminisme liberal
tetapi juga mengkaji nilai pendidikan yang ada pada novel.
B. Landasan Teori