menginginkan adanya keadilan dalam memandang eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya sastra-karya sastranya. Pengkritik memandang sastra
dengan kesadaran khusus adanya jenis kelamin yang berhubungan dengan sastra, budaya, dan kehidupan.
d. Eksistensi Perempuan
Persoalan eksistensi perempuan, sesungguhnya sama halnya dengan eksistensi manusia secara umum, yakni terkait dengan persoalan-persoalan perempuan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara perempuan menghadapi masalah dalam usaha memunculkan eksistensi dirinya dari masyarakat yang selalu tidak bersahabat atau
bahkan memperlakukannya sebagai objek yang tidak memiliki kebebasan untuk menentukan langkahnya sendiri.
Feminisme adalah suatu gerakan yang memusatkan perhatian pada perjuangan perempuan dalam menempatkan eksistensinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama dan sejajar dengan kedudukan dan derajat laki-laki Djajanegara, 2000: 4.
Eksistensi perempuan pada hakikatnya sama dengan eksistensi manusia secara umum. Eksistensi manusia dibentuk oleh kapasitas nalar yang dimilikinya. Potensi
nalar tersebut sekaligus juga sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Dengan kapasitas nalar ini manusia senantasa manyadari keberadaannya serta
mempertanyakan makna keberadaannya itu. Dengan potensi itu pula manusia dapat membuat pilihan-pilihan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya sebagai
makhluk Tuhan. Hanya dalam situasi seperti itu perempuan dan laki-laki dapat mengembangkan diri Rosemarie Tong, 2006: 18.
commit to user
Eksistensi adalah cara manusia “berada” di dunia ini. Cara manusia “berada” itu berarti merencanakan, berbuat dan menjadi manusia seutuhnya. Eksistensi manusia
bukan eksistensi yang statis, tetapi eksistensi yang dinamis. Hanya dengan berbuat, manusia diakui eksistensinya. Sutrisna 1997: 63 menyatakan bahwa nilai-nilai dari
sebuah karya sastra dapat tergambar melalui tema-tema besar mengenai siapa manusia, keberadaannya di dunia dan di dalam masyarakat, apa itu kebudayaannya
dan proses pendidikannya, semua itu dipigurakan dalam refleksi konkret fenomenal berdasar fenomena eksistensi manusia dan direfleksi sebagai rentangan perjalanan
bereksistensi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa eksistensi perempuan
yang dimaksud dalam penelitian ini terwujud dalam pilihan-pilihan perempuan dalam mencapai cita-citanya meraih persamaan hak dengan kaum laki-laki.
3. Nilai Pendidikan