Pembelajaran dan Model Pembelajaran

Ada beberapa elemen dalam pola pembelajaran kooperatif dan kolaboratif cooperative and collaborative learning yaitu : 1. Positive interpedence, saling ketergantungan positif. 2. Face to face promotive interaction, interaksi yang saling mendorong. 3. Individual accaountability personal responsibility, pertanggung jawaban individu. 4. Interpersonal and small-group skill, keterampilan interpersonal. 5. Group processing, proses kelompok . Menurut Anita Lie ada tiga pilihan model pembelajaran yaitu : kompetisi, individual, dan gotong royong 2007, 23.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dalam pendidikan didasari oleh falsafah homo hominisocio. Berlawanan dengan teori darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, sekolah. Dan tanpa kerja sama maka kehidupan ini sudah punah. Pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat kebanyakan dalam hal ini pengajar enggan menerapakan sistim kerja sama di dalam kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Pada kenyataan masih banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok dan terjadi banyak siswa juga tidak senang disuruh kerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan mereka yang lebih pandai, siswa yang tekun juga merasa temannya yang kurang mampu hanya menikmati saja pada hasil jerih payah mereka. Pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu terjadi dalam kelompok jika pengajar benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif, banyak pengajar hanya membagi siswa dalam kelompok lalu memberi tugas untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenai pembagian tugas dampaknya siswa merasa ditinggal sendiri dan kebingungan apa yang harus dikerjakan akhirnya yang ada kekacauan dan kegaduhan terjadi. Pada model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok terdapat unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal kelompok. Pendidik dalam mengelola kelas dapat efektif jika pada pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan benar sesuai persyaratan yang harus dipenuhi pada model pembelajaran tersebut.

3. Pembelajaran Teknis Make a Match

Dalam pembelajaran kooperatif banyak metode yang bisa digunakan didalam proses pembelajaran, salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran teknis Make a Match yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1994. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan Anita Lie, 2007: 55. Langkah-langkah yang dilaksanakan : 1 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review persiapan menjelang tes atau ujian, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian lainya kartu jawaban. 2 Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3 Tiap siswa memikirkan jawaban soal dari kartu yang dipegangnya. 4 Tiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya soal jawaban. Misalnya, pemegang kartu LIMA akan berpasangan dengan pemegang kartu PERU. Atau pemegang kartu BOEDIONO akan berpasangan dengan pemegang kartu WAKIL PRESIDEN. 5 Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu 3+9 akan membentuk kelompok dengan pemegang kartu 3x4 dan 6x2 Anita Lie, 2007: 56. Senada dengan itu teknis Make a Match dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review persiapan menjelang tes atau ujian, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian lainya kartu jawaban. 2 Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3 Tiap siswa memikirkan jawaban soal dari kartu yang dipegangnya. 4 Tiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya soal jawaban. 5 Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6 Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya dengan kartu temannya tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban akan mendapatkan hukuman yang telah ditetapkan bersama. 7 Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 8 Siswa juga bisa bergabung dengan dua atau tiga siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 9 Demikian seterusnya