Hakikat Metode Cooperative Learning Teknik Kepala Bernomor Terstruktur
15
efektif, diperlukan tingkat kerja sama yang tinggi, sehingga akan memupuk social skills.
Johnson 1994: 4-5 dalam J.C Richards 2001: 196 mendeskripsikan tiga tipe grup pembelajaran kooperatif, antara lain 1 kelompok
cooperative learning formal. Kelompok ini bertahan dari satu jam pelajaran hingga beberapa minggu. Kelompok ini dibentuk untuk tugas
tertentu dan melibatkan peserta didik bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama, 2 kelompok cooperative learning informal.
Ini merupakan kelompok ad-hoc yang bertahan dari beberapa menit hingga satu jam pelajaran dan digunakan untuk memfokuskan perhatian peserta
didik atau untuk memfasilitasi pembelajaran selama pengajaran langsung, 3 kelompok cooperative base dasar. Ini merupakan kelompok dalam
jangka panjang, bertahan hingga satu tahun dan terdiri dari kelompok pembelajaran yang beragamheterogen dengan keanggotaan yang stabil
yang tujuan utamanya adalah agar anggotanya bisa saling memberikan dukungan, bantuan, dorongan, dan bantuan yang mereka butuhkan agar
sukses secara akademis. Metode cooperative learning memiliki banyak teknik yang dapat diterapkan.
Dijelaskan oleh Lie 2003: 55 bahwa teknik belajar-mengajar cooperative leraning terdiri dari 1
Mencari Pasangan , 2
Bertukar Pasangan
, 3 Berpikir-Berpasangan-Berempat
, 4 Berkirim Salam dan
soal , 5
Kepala Bernomor , 6
Kepala Bernomor Terstruktur , 7
Dua
16
Tinggal Dua Tamu , 8
Keliling Kelompok , 9
Kancing Gemerincing , 10
Keliling Kelas , 11
Lingkaran Kecil Lingkaran Besar , 12
Tari Bambu ,
13 Jigsaw
, 14 Bercerita Berpasangan. Teknik-teknik tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran bagi para guru untuk menerapkan metode cooperative learning di kelas, tentunya dengan menyesuaikan kondisi kelas.
Penggunaan metode yang sesuai dengan kondisi kelas juga menjadi salah satu faktor tercapainya keberhasilan kegiatan belajar mengajar, untuk
itu dalam penelitian ini digunakan metode cooperative learning teknik kepala bernomor terstruktur. Kepala bernomor terstruktur merupakan suatu
teknik belajar dimana prosesnya dilakukan dengan memberikan nomor pada setiap peserta didik dalam tiap-tiap kelompok. Selain bekerja secara
kelompok, peserta didik juga dituntut untuk dapat mengerjakan tugas individu dalam suatu kelompok.
Pada dasarnya teknik ini merupakan pengembangan dari metode cooperative learning teknik kepala bernomor. Teknik belajar kepala
bernomor dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Teknik ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan kerjasama mereka Lie, 2004:
59. Perbedaan dari kedua teknik tersebut adalah jika pada teknik kepala
bernomor, presentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh nomor yang
17
dipanggil oleh guru, sedangkan pada teknik kepala bernomor terstruktur, presentasi hasil dilakukan oleh peserta didik yang mendapatkan nomor
terakhir dalam suatu kelompok. Selain itu pada teknik kepala bernomor terstruktur, guru membagi tugas pada tiap-tiap kelompok berdasarkan
nomor, sedangkan pada teknik kepala bernomor tidak ada pembagian tugas oleh guru. Dapat disimpulkan bahwa pada teknik kepala bernomor
terstruktur ada pembagian tugas yang jelas, sehingga seluruh peserta didik dalam tiap kelompok terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan memiliki
tanggung jawab atas tugas masing-masing. Lie 2004: 60 menjelaskan bahwa teknik kepala bernomor
terstruktur ini memudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, peserta didik belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling
keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Dijelaskan pula bagaimana cara menerapkan teknik kepala bernomor terstruktur di dalam kelas.
Pertama, peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang. Setiap peserta didik dalam kelompok akan
mendapat nomor. Setelah itu penugasan diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan nomornya. Misalnya peserta didik nomor 1 bertugas
membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Peserta didik nomor 2 bertugas
mencari penyelesaian soal. Peserta didik nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.
18
Kelebihan dari teknik kepala bernomor terstruktur adalah adanya penugasan yang jelas, sehingga setiap peserta didik memiliki tanggung
jawab individu untuk menyelesaikan tugas dalam kelompoknya. Selain itu teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu akan terjadi kebosanan jika peserta
didik selalu mendapatkan nomor dengan penugasan yang sama pada setiap pertemuan. Oleh karena itu diperlukan variasi dalam penerapannya, yaitu
peserta didik dari tiap kelompok dengan nomor yang sama dapat membentuk kelompok baru. Kelompok baru tersebut kembali diberikan
nomor dan penugasan yang berbeda dengan kelompok pertamanya. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa cooperative
learning merupakan sebuah metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, dimana yang dalam prosesnya menekankan prinsip kerjasama.
Metode cooperative learning teknik kepala bernomor terstruktur merupakan salah satu metode pembelajaran turunan dari kepala bernomor, yang
mengedepankan azas kerjasama antaranggota namun juga tidak melepaskan tanggung jawab individu. Terdapat pembagian tugas yang jelas pada setiap
kelompok, sehingga diharapkan akan terciptanya suasana belajar yang menyenangkan dan terjadinya peningkatan prestasi pada pembelajaran
bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 1 Tempel Sleman.
19