Nilai tersebut masih jauh dari standar minimal nilai rata-rata kemampuan matematika yang ditetapkan TIMMS yaitu 500. Prestasi siswa Indonesia ini
berada dibawah siswa malaysia dan Singapura. Siswa malaysia memperoleh nilai rata-rata 474 dan Singapura memperoleh nilai rata-rata 593. Selain itu juga skala
matematika TIMMS Benchmark International dalam Ina V.S
6
juga menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada tingkat bawah, Malaysia pada
tingkat tengah dan Singapura berada pada tingkat atas. Padahal jam pelajaran matematika Indonesia 136 jam untuk kelas VIII, lebih banyak dibanding Malaysia
hanya 123 jam dan Singapura 124 jam. Berdasarkan data tersebut hasil belajar matematika Indonesia masih jauh
dari standar minimal yang ditetapkan. Padahal jam pelajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan jam pelajaran matematika di Malaysia
dan Singapura yang peringkat hasil belajarnya lebih baik dari pada Indonesia. Dengan demikian hal yang harus diperbaiki dalam kasus ini adalah kegiatan
pembelajaran dikelas. Terutama memperbaiki metode atau strategi pembelajaran yang digunakan guru di kelas, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi
siswa. Guru harus dapat memilih strategi pembelajaran yang memperhatikan
potensi siswa, keaktifan, dan menciptakan interaksi edukatif. Siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan guru berbicara. Dengan
kata lain, pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran tergantung sepenuhnya kepada siswa. Sehingga siswa dituntut aktif dalam pembelajaran.
Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar matematika yang maksimal, karena dalam pembelajaran aktif menuntut keaktifan
siswa dalam mengembangkan pengetahuannya. Selain itu juga adanya umpan balik secara kontinu dan melatih kemampuan kognitif siswa dalam memahami
materi. Ketika peserta didik pasif dalam pembelajaran atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah dipelajari.
6
Ina V.S Mullis dkk, “TIMMS . . . , hal.195 Agustus 2009
Diperlukan teknik pembelajaran yang tepat. Banyak teknik yang dapat digunakan diantaranya information search, the study group, card sort, learning
tournament, the power of two, dan quiz team. Teknik yang digunakan sebaiknya tidak hanya melatih siswa berdiskusi dalam kelompok namun juga dapat melatih
siswa berfikir mandiri dan menimbulkan interaksi antarsiswa. Karena belajar pengetahuan kognitif meliputi mendapatkan informasi dan konsep. Terutama
pada materi bangun ruang, siswa diharapkan tidak hanya menghafal rumus- rumusnya saja, namun dapat mengaitkan informasi dengan konsep-konsep yang
telah dipelajari kemudian menganalisanya. Sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Salah satu alternatif teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tersebut adalah teknik the power of two. Teknik the power of two melibatkan
siswa dalam tugas yang disediakan secara aktif. Sebelum belajar secara berpasangan siswa mengerjakan tugasnya secara mandiri terlebih dahulu. Diawali
dengan guru memberikan pertanyaan, setiap siswa mencoba menganalisis dan menghubungkan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Sehingga setiap siswa
merasakan proses pembelajaran, karena siswa membangun sendiri pengetahuannya. Kemudian dengan menempatkan siswa dalam kelompok
kecilnya yaitu berpasang-pasangan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan idenya dalam memecahkan masalah. Pemahaman siswa akan
lebih mendalam ketika siswa menyampaikan kepada kelompok pasangan lainnya dan membandingkannya.
Dilakukan kelompok kecil secara berpasangan ini agar muncul suatu sinergi yaitu berpikir berdua lebih baik daripada berpikir sendiri.
7
Kelompok kecil ini merupakan suatu aktivitas yang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Seperti yang dikemukakan oleh Sumarno, bahwa salah satu alternatif pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat bebas mengemukakan
pendapatnya serta dapat berinteraksi dengan temannya dalam memperoleh pengetahuan baru atau menyelesaikan masalah adalah melalui pembelajaran
7
Hisyam Zaini, Strategi . . ., h. 52
dengan kelompok kecil.
8
Dengan demikian strategi pembelajaran aktif teknik the power of two diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Sehingga penulis mengangkat judul skripsi ini, yaitu “PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TEKNIK
THE POWER OF TWO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATKA SISWA”
.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang disebutkan dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagia berikut :
1. Pembelajaran matematika masih menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran matematika kurang bermakna bagi siswa.
3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
4. Dalam pembelajaran matematika siswa kurang aktif.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa pertanyaan yang timbul dalam identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada :
1. Objek penelitian adalah siswa-siswi SMPI Al Hikmah kelas VIII.
2. Materi pembahasannya adalah pokok bahasan bangun ruang sisi datar kubus
dan balok. 3. Pembelajarannya menggunakan startegi pembelajaran aktif teknik The Power
Of Two. 4. Hasil belajar matematika pada penelitian ini dibatasi hanya pada ranah kognitif
tahap memahami C
2
, menerapkan C
3
dan menganalisa C
4
.
D. Perumusan Masalah
8
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003, h. 112
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik the power of
two terhadap hasil belajar matematika siswa?
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik the power
of two terhadap hasil belajar matematika siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya:
1. Bagi siswa dapat mengaktifkan dan memberi kesempatan untuk ikut serta
dalam proses belajar mengajar. 2.
Bagi guru diharapkan teknik the power of two dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai salah satu alternatif teknik pembelajaran matematika
yang dapat digunakan untuk memperbaiki hasil belajar matematika siswa. 3.
Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam usaha menyempurnakan pembelajaran matematika disekolah sehingga diharapkan kualitas
pembelajaran matematika siswa menjadi lebih baik. 4.
Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan dan pengalaman peneliti tentang cara belajar matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif
teknik the power of two. 5.
Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu kajian menarik yang perlu diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam.
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sebagaimana tercantum dalam hadist Rasulullah SAW, diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a berkata:
ةﺎ ْﺴ و ْﺴ ﱢ آ ﻰ ﺔﻀْﻳﺮﻓ ْ ا ﺐ ﻃ
“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim”. Hadist diatas memberikan pernyataan bahwa menuntut ilmu atau belajar
merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Selain merupakan kewajiban bagi setiap muslim, belajar merupakan cara yang sangat
efektif untuk memperoleh ilmu pengetauan. Belajar merupakan kegiatan yang ada sejak manusia lahir sampai akhir hayat, berarti belajar dapat dipandang sebagai
proses karena berlangsung terus menerus. Seperti yang dinyatakan oleh M. Sobry Sutikno dalam Pupuh.F bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamamnya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
1
Menurut Witherington dalam Ngalim belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
2
Diperkuat oleh Di Vesta dan Thompson dalam Nana yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil
dari pengalaman.
3
Kemudian Reber dalam Muhibbin membatasi belajar dengan
1
Pupuh Fatturrohman, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Revika Aditama, 2007, h. 5
2
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,2006, h. 84
3
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, h.156
8
9
dua macam definisi. Pertama belajar adalah The process of acquiring knowladge proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah A relatively permanent
change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice suatu kemampuan berinteraksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat.
4
Agus Supriyono
5
mengemukakan 3 prinsip belajar, yaitu: 1.
Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena di dorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
2. Perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-
ciri: a
Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
b Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
c Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
d Positif atau berakumulasi.
e Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
f Permanen atau tetap.
g Bertujuan dan terarah.
h Mencakup keseluruhan potensi
3. Belajar merupakan pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Ausebel dalam Marinis bahwa belajar merupakan proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang.
6
Belajar dalam teori kognitif berarti proses internal yakni aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.
Belajar pengetahuan kognitif meliputi mendapatkan informasi dan konsep. Hal itu dilakukan tidak hanya dengan memahami pelajaran namun juga
4
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h. 66
5
Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, Cet. I, h. 4
6
Marinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Pers, 2004, Cet. II, h. 103