Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Kesimpulan Saran

39 adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera atau dikatakan lain adanya pergeseran aplikasi. Viskositas yang dapat diterima untuk sediaan semisolid membutuhkan pemencetan dari tube adalah sekitar 50 - 100 Poise dengan nilai optimumnya 200 Poise Mahanani, dkk., 2012. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 91. Hasil penentuan viskositas sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.9 bawah ini. Tabel 4.9 Data hasil pengukuran viskositas sediaan krim selama 90 hari 3 bulan Formula Pengamatan Minggu 1 2 3 4 12 F1 135 135 132,5 125 122,5 97,5 F2 125 125 122,5 125 110 97,5 F3 107 107 102,5 100 97,5 87,5 F4 97,5 97,5 95 92,5 90 65 F5 90 90 90 87,5 85 60 F6 87,5 87,5 87,5 85 85 60 Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5, F3: 1 , F4: 2, F5: 3, F6:5.

4.6 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang tipis di bagian bawah lengan dibiarkan selama 24 jam. Tabel 4.10 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan No Pernyataan Sukarelawan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2 Gatal - - - - - - - - - - - - 3 Kemerahan - - - - - - - - - - - - 4 Pengkasaran kulit - - - - - - - - - - - - Keterangan: +: gatal, ++: Kemerahan, +++: pengkasaran kulit, -: Tidak terjadi 40 Berdasarkan data pada Tabel 4.10 pada halaman 39, menunjukkan ternyata terlihat tidak ada efek samping berupa gatal, kemerahan dan pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan krim yang dioleskan ke kulit.

4.7 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan

Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan skin analyzer Aramo, parameter uji meliputi pengukuran kadar air moisture, kehalusan kulit evenness dan besar pori pore, banyaknya noda spot, keriput wrinkle dan kedalaman keriput wrinkle’s depth. Pengukuran efektivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit mata bagian lateral sukarelawan bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh krim ekstrak mesokarp kelapa sawit dalam memulihkan kulit yang mengalami penuaan dini. Contoh hasil pengukuran uji efektivitas anti-aging dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 74. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging dianalisis secara statistik dengan metode ANAVA lalu dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan pada sukarelawan. Pengujian Post Hoc Tukey HSD dilakukan untuk melihat kelompok formula mana yang memiliki efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai terbesar atara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap semua perlakuan dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4.

4.7.1 Kadar air Moisture

Kadar air kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.11 pada halaman 41 dan Gambar 4.3 pada halaman 42 berikut ini. 41 Tabel 4.11 Data hasil pengukuran kadar air moisture pada kulit mata bagian lateral sukarelawan Krim Sukarelawan Persentase kadar air Kondisi Awal Waktu Hari 7 14 21 28 A 1 28 29 29 30 30 2 27 28 29 30 31 3 27 28 29 31 30 27,33 ± 0,58 28,33 ± 0,58 29,00 ± 0,00 30,33 ± 0,58 30,33 ± 0,58 B 1 28 30 30 31 31 2 28 30 31 31 32 3 28 30 31 31 32 28,00 ± 0,00 30,00 ± 0,00 30,67 ± 0,58 31,00 ± 0,00 31,67 ± 0,58 C 1 27 30 30 31 32 2 28 30 31 33 33 3 28 30 32 32 33 27,67 ± 0,58 30,00 ± 0,00 31,00 ± 1,00 32,00 ± 1,00 32,67 ± 0,58 D 1 29 31 31 33 33 2 28 30 30 32 33 3 29 31 31 32 32 28,67 ± 0,58 30,67 ± 0,58 30,67 ± 0,58 32,33 ± 0,58 32,33 ± 0,58 E 1 28 30 31 32 33 2 28 32 32 33 34 3 27 30 30 31 32 27,67 ± 0,58 30,67 ± 1,15 31,00 ± 1,00 32,00 ± 1,00 33,00 ± 1,00 F 1 29 31 33 33 34 2 28 31 32 33 33 3 28 32 32 33 33 28,33 ± 0,58 31,33 ± 0,58 32,33 ± 0,58 33,00 ± 0,00 33,33 ± 0,58 Keterangan: A: Dasar krim blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit B: 0,5, C: 1, D: 2, E: 3, F: 5. Nilai pengukuran: 0 - 29 dehidrasi, 30 - 50 normal, 51 - 100 hidrasi Aramo, 2012. 42 Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kadar air moisture pada kulit mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5 selama 4 minggu. Hasil telah diperoleh pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.3, menunjukkan bahwa kondisi awal kulit mata bagian lateral semua kelompok sukarelawan adalah dehidrasi 0 - 29. Hasil analisa statistik dari data yang diperoleh pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.3, sebelum perawatan tidak terdapat perbedaan yang signifikan p ≥ 0,05 antara kelompok sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan blanko. Perawatan minggu ke-1 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 2; 3 dan 5 dengan blanko. Minggu ke-2 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 1; 3 dan 5 dengan blanko. Minggu ke-3 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 2 dan 5 dengan krim 0,5 dan blanko. Minggu ke-4 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 1; 3 dan 5 dengan blanko. Sediaan krim yang menghasilkan efek terbesar dalam meningkatkan kadar air kulit terlihat pada krim ekstrak serat 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 P ers en ta se k a d a r a ir Minggu Kadar Air Moisture Blanko 0,50 1 2 3 5 D eh id ras i N o rma l 43 mesokarp kelapa sawit 5 28,33 menjadi 33,33, krim yang menghasilkan efek terkecil terlihat pada krim blanko 27,33 menjadi 30,33. Hal ini menunjukkan bahwa krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 yang paling baik dalam meningkatkan kadar air kulit. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 92. Menurut Pasaribu 2004, bahwa minyak sawit mengandung asam lemak tak jenuh, yaitu asam linoleat, asam linolenat, dan asam oleat yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit Mora, dkk., 2013. Asam linoleat dan asam linolenat dapat membentuk lapisan lemak buatan yang tipis di atas permukaan kulit dan berfungsi untuk mengurangi terjadinya penguapan air di kulit Draelos, 2009; Suryanto, dkk., 2012. Oleh karena itu, semakin banyak kandungan ekstrak minyak serat mesokarp kelapa sawit yang terdapat di dalam sediaan krim maka semakin cepat menimbulkan efek dalam meningkatkan kadar air kulit.

4.7.2 Kehalusan Evenness

Kehalusan kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 60x normal lens dengan sensor biru. Tabel 4.12 Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa kondisi awal kulit mata bagian lateral semua kelompok sukarelawan adalah normal 32 - 51. Hasil analisa statistik dari data yang telah diperoleh pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.4, menunjukkan bahwa sebelum dan setelah perawatan di minggu ke-1 tidak terdapat perbedaan yang signifikan p ≥ 0,05 antara kelompok sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan blanko. Hasil pengukuran kehalusan kulit dapat dilihat pada Tabel 4.12 pada halaman 44 dan Gambar 4.4 pada halaman 45 berikut ini. 44 Tabel 4.12 Hasil pengukuran kehalusan evenness pada kulit mata bagian lateral sukarelawan Krim Sukarelawan Kehalusan kulit Kondisi Awal Waktu Hari 7 14 21 28 A 1 37 37 36 35 35 2 35 35 35 34 33 3 36 35 35 34 34 36,00 ± 1,00 35,67 ± 1,15 35,33 ± 0,58 34,33 ± 0,58 34,00 ± 1,00 B 1 36 35 35 34 33 2 36 36 35 34 31 3 34 34 34 33 31 35,33 ± 1,15 35,00 ± 1,00 34,67 ± 0,58 33,67 ± 0,58 31,67 ± 1,15 C 1 35 35 35 34 31 2 37 36 36 35 32 3 35 35 34 33 31 35,67 ± 1,15 35,33 ± 0,58 35,00 ± 1,00 34,00 ± 1,00 31,33 ± 0,58 D 1 36 35 34 31 30 2 36 35 34 34 31 3 35 34 33 32 30 35,67 ± 0,58 34,67 ± 0,58 33,67 ± 0,58 32,33 ± 1,53 30,33 ± 0,58 E 1 34 32 31 30 29 2 35 35 33 31 29 3 36 35 34 31 30 35,00 ± 1,00 34,67 ± 1,73 32,67 ± 1,53 30,67 ± 0,58 29,33 ± 0,58 F 1 35 34 32 31 28 2 34 35 33 31 30 3 33 32 31 33 28 34,00 ± 1,00 33,67 ± 1,53 32,00 ± 1,00 31,67 ± 1,15 28,67 ± 1,15 Keterangan : A: Dasar krim blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit B: 0,5, C: 1, D: 2, E: 3, F: 5. Nilai pengukuran: 0 - 31 halus, 32 - 51 normal, 52 - 100 kasar Aramo, 2012. 45 Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran kehalusan evenness pada kulit mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5 selama 4 minggu. Perawatan minggu ke-2 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan krim 1 dan blanko; dan krim 3 dengan blanko. Minggu ke-3 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 3 dengan 0,5; 1 dan blanko; dan 5 dengan blanko. Minggu ke-4 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 3 dan 5 dengan 0,5; 1 dan blanko; dan krim 1 dan 2 dengan blanko. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 94. Krim yang memberikan efek terbesar dalam menghaluskan kulit terlihat mulai di minggu ke-2 adalah krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 34,00 menjadi 32,00; minggu ke-3 34,00 menjadi 31,67; minggu ke-4 34,00 menjadi 28,67, krim yang memberikan efek terkecil terlihat di minggu ke-4 adalah krim 2 35,67 menjadi 30,33 dan krim 3 35,00 menjadi 28,67. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan ekstrak minyak di dalam 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 K e ha lus a n Minggu Kehalusan Evenness Blanko 0,50 1 2 3 5 H al u s N o rma l 46 sediaan krim maka semakin besar peranannya dalam melembabkan kulit yang dapat mencegah kulit kering dan kasar Sulastomo, 2013.

4.7.3 Pori Pore

Besar pori pada kulit mata bagian lateral sukarelawan yang diukur menggunakan perangkat skin analyzer yang sama dengan pengukuran kehalusan yakni lensa perbesaran 60x normal lens sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar pori ikut terbaca Aramo, 2012. Gambar 4.5 dan Tabel 4.13 memperlihatkan bahwa sebelum perawatan terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara kelompok sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan 0,5; 1; 2 dan blanko; dan krim 3 dengan 0,5 dan blanko. Hasil pengukuran kehalusan dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini dan Tabel 4.13 pada halaman 47. Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran pori pore pada kulit mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5 selama 4 minggu. 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 P o ri Minggu Pori Pore Blanko 0,50 1 2 3 5 K eci l B es ar 47 Tabel 4.13 Hasil pengukuran besar pori pore pada kulit mata bagian lateral sukarelawan Krim Sukarelawan Ukuran pori Kondisi Awal Waktu Hari 7 14 21 28 A 1 34 34 33 34 33 2 36 35 35 34 34 3 35 35 35 31 31 35,00 ± 1,00 34,67 ± 0,58 34,3 ± 1,15 33,00 ± 1,73 32,67 ± 1,53 B 1 35 35 31 31 29 2 34 34 32 31 31 3 35 35 33 32 31 34,67 ± 0,58 34,67 ± 0,58 32,00 ± 1,00 31,33 ± 0,58 30,33 ± 1,15 C 1 35 31 31 29 31 2 34 34 33 31 30 3 31 33 31 29 29 33,33 ± 2,01 32,67 ± 1,53 31,67 ± 1,15 29,67 ± 1,15 30,00 ± 1,00 D 1 31 31 31 31 27 2 31 30 28 31 29 3 31 31 30 29 29 31,00 ± 0,00 30,67 ± 0,58 29,67 ± 1,53 30,33 ± 1,15 28,33 ± 1,15 E 1 31 31 27 27 27 2 29 27 25 25 22 3 27 29 27 25 24 29,00 ± 2,00 29,00 ± 2,00 26,33 ± 1,15 25,67 ± 1,15 24,33 ± 2,52 F 1 24 24 24 22 20 2 24 20 20 16 16 3 29 24 22 20 20 25,67 ± 2,89 22,67 ± 2,31 22,00 ± 2,00 19,33 ± 3,05 18,67 ± 2,31 Keterangan: A: Dasar krim blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit B: 0,5, C: 1, D: 2, E: 3, F: 5. Nilai pengukuran: 0 - 19 kecil, 20 - 39 besar, 40 - 100 sangat besar Aramo, 2012. Perawatan di minggu ke-1 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan blanko; krim 2 dan 3 dengan 0,5 dan blanko. Minggu ke-2 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara krim 48 ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan blanko; krim 3 dengan 0,5; 1 dan blanko; dan krim 2 dengan blanko. Minggu ke-3 dan ke-4 terdapat perbedaan yang siginifikan terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan blanko; dan krim 3 dengan 0,5; 1 dan blanko. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 96. Krim yang dapat memberikan efek terbesar dalam mengecilkan pori-pori kulit adalah krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 terlihat pada minggu ke-4 dari 25,67 menjadi 18,67 yang terdapat di dalam rentang pori-pori kecil, yaitu 0 - 19 Aramo, 2012. Pori-pori dapat membesar apabila terkena sinar matahari, penumpukkan sel kulit mati kotoran sehingga dapat memicu timbulnya jerawat, adanya karoten sebagai pro-vitamin A dapat melepaskan sel kulit mati dan merangsang pembentukan sel baru serta dapat menangkap radikal bebas yang merusak kulit, sehingga dapat mengecilkan pori-pori kulit Muliyawan dan Suriana, 2013.

4.7.4 Noda Spot

Noda pada kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 60x polarizing lens sensor jingga. Tabel 4.14 dan Gambar 4.6 memperlihatkan bahwa kondisi awal kulit mata bagian lateral semua kelompok sukarelawan memiliki beberapa noda di kulit 20 - 39. Hasil analisa statistik dari data yang telah diperoleh Tabel 4.14 pada halaman 49 dan Gambar 4.6 pada halaman 50, menunjukkan bahwa sebelum perawatan tidak 49 terdapat perbedaan yang signifikan p ≥ 0,05 antara kelompok sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan blanko. Tabel 4.14 Hasil pengukuran noda spot pada kulit mata bagian lateral sukarelawan Krim Sukarelawan Total noda Kondisi Awal Waktu Hari 7 14 21 28 A 1 30 30 30 29 30 2 29 29 28 29 27 3 27 27 28 27 26 28,67 ± 1,53 28,67 ± 1,53 28,67 ± 1,15 28,33 ± 1,15 27,67 ± 2,10 B 1 29 29 28 28 27 2 27 27 26 27 26 3 26 26 25 25 24 27,33 ± 1,53 27,33 ± 1,53 26,33 ± 1,53 26,67 ± 1,53 25,67 ± 1,53 C 1 26 25 25 24 23 2 27 27 26 25 25 3 25 25 24 23 22 26,00 ± 1,00 25,67 ± 1,15 25,00 ± 1,00 24,00 ± 1,00 23,33 ± 1,53 D 1 27 26 24 24 24 2 25 25 24 24 23 3 24 24 24 22 21 25,33 ± 1,53 25,00 ± 1,00 24,00 ± 0,00 23,33 ± 1,15 22,67 ± 1,53 E 1 27 24 24 23 23 2 27 27 26 23 20 3 25 25 24 23 21 26,33 ± 1,15 25,33 ± 1,53 24,67 ± 1,15 23,00 ± 0,00 21,33 ± 1,53 F 1 27 24 24 23 20 2 26 25 24 21 20 3 26 26 25 23 20 26,33 ± 0,58 25,00 ± 1,00 24,33 ± 0,58 22,33 ± 1,15 20,00 ± 0,00 Keterangan: A: Dasar krim blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit B: 0,5, C: 1, D: 2, E: 3, F: 5. Nilai pengukuran: 0 - 19 sedikit noda, 20 - 39 beberapa noda, 40 - 100 banyak noda Aramo, 2012. 50 Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran banyak noda spot pada kulit mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5 selama 4 minggu. Perawatan di minggu ke-1 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 2 dan 5 dengan blanko. Minggu ke-2 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 1; 2; 3 dan 5 dengan blanko. Minggu ke-3 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 2; 3 dan 5 dengan krim 0,5 dan blanko; dan krim 1 dengan blanko. Minggu ke-4 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 3 dan 5 dengan krim 0,5 dan blanko; krim 1 dan 2 dengan blanko. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 98. Krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit belum dapat mengurangi noda hingga dikatakan sedikit noda yaitu 0 - 19 Aramo, 2012, namun dapat mengurangi jumlah noda. Krim yang dapat memberikan efek terbesar dalam mengurangi noda kulit terlihat pada minggu ke-4 adalah krim ekstrak serat 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 B an yak n od a Minggu Noda Spot Blanko 0,50 1 2 3 5 S ed ik it B ebe ra pa noda 51 mesokarp kelapa sawit 5 26,33 menjadi 20,00. Hal ini diketahui bahwa semakin banyak kandungan ekstrak serat mesokarp kelapa sawit yang digunakan maka semakin efektif dalam mencegah penggelapan kulit dari paparan sinar matahari. Menurut Rohmatussolihat 2009, Karoten adalah sumber utama pembentuk vitamin A yang berperan dalam melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Semakin lama kulit terpapar sinar matahari, maka pembentukan melanin kulit semakin aktif sehingga dapat menimbulkan bercak-bercak noda coklat pada kulit Sumaryati, 2012.

4.7.5 Keriput Wrinkle

Keriput atau kerutan pada kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 10x sensor biru. Gambar 4.7 di bawah ini dan Tabel 4.15 pada halaman 52 memperlihatkan bahwa kondisi awal kulit mata bagian lateral semua kelompok sukarelawan adalah keriput 20 - 52. Gambar 4.7 Grafik hasil pengukuran banyaknya keriput wrinkle pada kulit mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5 selama 4 minggu. 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 K e r iput Minggu Keriput Wrinkle Blanko 0,50 1 2 3 5 T ida k be rk er iput Be rk eri p u t 52 Tabel 4.15 Hasil pengukuran keriput wrinkle pada kulit mata bagian lateral sukarelawan Krim Sukarelawan Keriput Kondisi Awal Waktu Hari 7 14 21 28 A 1 28 28 27 28 28 2 28 28 28 28 28 3 28 28 28 28 28 28,00 ± 0,00 28,00 ± 0,00 27,67 ± 0,58 28,00 ± 0,00 28 ± 0,00 B 1 28 28 27 28 27 2 29 29 29 28 27 3 27 27 26 26 26 28,00 ± 1,00 28,00 ± 1,00 27,33 ± 1,53 27,33 ± 1,15 26,67 ± 0,58 C 1 27 27 26 26 26 2 28 28 28 27 26 3 29 28 27 28 27 28,00 ± 1,00 27,67 ± 0,58 27,00 ± 1,00 27,00 ± 1,00 26,33 ± 0,58 D 1 28 28 28 27 27 2 28 28 27 27 27 3 27 27 28 27 26 27,67 ± 0,58 27,67 ± 0,58 27,67 ± 0,58 27,00 ± 0,00 26,67 ± 0,58 E 1 28 27 27 26 24 2 27 27 26 26 23 3 26 24 23 21 20 27,00 ± 1,00 26,00 ± 1,73 25,33 ± 2,10 24,33 ± 1,15 22,33 ± 2,10 F 1 27 26 24 22 20 2 27 26 23 20 20 3 27 24 22 20 20 27,00 ± 0,00 25,33 ± 1,15 23,00 ± 1,00 20,67 ± 1,15 20,00 ± 0,00 Keterangan: A: Dasar krim blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit B: 0,5, C: 1, D: 2, E: 3, F: 5. Nilai pengukuran: 0 - 19 tidak berkeriput, 20 - 52 berkeriput, 53 - 100 berkeriput parah Aramo, 2012. Hasil analisa statistik dari data yang telah diperoleh pada Gambar 4.7 pada halaman 51 dan Tabel 4.15 di atas, menunjukkan sebelum dan setelah perawatan di minggu ke-1 tidak terdapat perbedaan yang signifikan p ≥ 0,05 antara kelompok sediaan krim ekstrak mesokarp kelapa sawit dengan blanko. Perawatan 53 di minggu ke-2 dan minggu ke-3 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan krim 0,5; 1; 2 dan blanko. Minggu ke-4 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 3 dan 5 dengan krim 0,5; 1; 2 dan blanko. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 100. Krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit belum dapat mengurangi keriput hingga dikatakan kulit tidak berkeriput 0 - 19, namun dapat mengurangi jumlah keriput walau masih di dalam rentang berkeriput 20 - 52 Aramo, 2012. Krim yang memberikan efek terbesar dalam mengurangi keriput terlihat pada minggu ke-4 adalah krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 27,00 menjadi 20,00. Keriput atau kerutan merupakan akibat menurunnya jumlah kolagen pada kulit, adanya karoten dapat menetralisir radikal bebas dengan cara melindungi kulit dari radiasi sinar UV yang dapat menurunkan sintesis kolagen keriput Ardhie, 2011. Kolagen adalah protein bermolekul besar dan merupakan komponen penyusun kulit yang berperan dalam memelihara kekencangan, elastisitas dan regenerasi sel-sel kulit Sudatri, 2010.

4.7.6 Kedalaman keriput Wrinkle’s Depth

Kedalaman keriput ini merupakan lanjutan dari pengukuran ada atau tidak adanya keriput, dimana jika hasil pengukuran keriput menunjukkan adanya keriput maka dapat diteruskan dengan mengukur beberapa kedalaman keriput tersebut. Hasil analisa statistik dari data yang telah diperoleh pada Tabel 4.16 pada halaman 54 dan Gambar 4.8 pada halaman 55, menunjukkan bahwa sebelum perawatan terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara kelompok sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan krim 1; 2 dan blanko. 54 Hasil pengukuran kedalaman keriput semua kelompok sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.16 di bawah ini dan Gambar 4.8 pada halaman 55. Tabel 4.16 Hasil pengukuran kedalaman keriput wrinkle’s depth pada kulit mata bagian lateral sukarelawan Krim Sukarelawan Kedalaman keriput Kondisi Awal Waktu Hari 7 14 21 28 A 1 44 45 45 44 44 2 43 43 43 44 43 3 45 45 45 45 44 44,00 ± 1,00 44,33 ± 1,15 44,33 ± 1,15 44,33 ± 0,58 43,67 ± 0,58 B 1 43 43 43 42 42 2 42 42 42 41 41 3 40 40 40 39 39 41,67 ± 1,53 41,67 ± 1,53 41,67 ± 1,53 40,67 ± 1,53 40,67 ± 1,53 C 1 45 45 45 44 43 2 43 43 42 42 40 3 43 44 43 42 41 43,67 ± 1,15 44,00 ± 1,00 43,33 ± 1,53 42,67 ± 1,15 41,33 ± 1,53 D 1 45 45 45 44 43 2 46 46 45 43 42 3 43 43 42 42 40 44,67 ± 1,53 44,67 ± 1,53 44,00 ± 1,73 43,00 ± 1,00 41,67 ± 1,53 E 1 43 43 41 40 38 2 40 40 39 39 37 3 40 41 41 40 36 41,00 ± 1,73 41,33 ± 1,53 40,33 ± 1,15 39,67 ± 0,58 37,00 ± 1,00 F 1 38 37 38 35 33 2 40 38 37 36 34 3 38 38 37 34 31 38,67 ± 1,15 37,67 ± 0,58 37,33 ± 0,58 35,00 ± 1,00 32,67 ± 1,53 Keterangan: A: Dasar krim blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit B: 0,5, C: 1, D: 2, E: 3, F: 5. 55 Gambar 4.8 Grafik hasil pengukuran kedalaman keriput wrinkle’s depth pada kulit mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5 selama 4 minggu. Perawatan di minggu ke-1 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan krim 0,5; 1; 2; 3 dan blanko. Minggu ke-2 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan krim 0,5; 1; 2 dan blanko; krim 3 dengan krim 2 dan blanko. Minggu ke-3 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan krim 0,5; 1; 2; 3 dan blanko; krim 3 dengan krim 1; 2 dan blanko; dan krim 0,5 dengan blanko. Minggu ke-4 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 dengan krim 0,5; 1; 2; 3 dan blanko; dan krim 3 dengan krim 0,5; 1; 2 dan blanko. Semakin banyak konsentrasi ekstrak serat mesokarp kelapa sawit di dalam krim yang mengandung karoten, maka semakin mudah untuk mengurangi kedalaman keriput. Kandungan karoten sebagai provitamin A yang terdapat di 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 1 2 3 4 K da la m a n k e r iput Minggu Kedalaman keriput Wrinkles Depth Blanko 0,50 1 2 3 200 ppm 56 dalam krim yang dapat bekerja di lapisan epidermis maupun dermis sehingga membuat kulit tampak lebih bersih, putih, halus, elastis, kenyal dan kencang Lestari, 2004. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 102. 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: a. Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit memiliki nilai IC 50 8,67 ppm dan dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim yang homogen dengan tipe emulsi minyak dalam air, pH 5,5 - 6,3, tidak menimbulkan iritasi kulit dan stabil dalam penyimpanan selama 90 hari dalam suhu kamar. b. Hasil analisa statistik krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan blanko memiliki perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05, dimana krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit mampu memberikan efek sebagai anti-aging dengan kadar air kulit yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori kulit mengecil dan noda, keriput dan kedalaman keriput berkurang. Efektivitas paling baik sebagai anti-aging adalah krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 yang mampu meningkatkan kadar air dari kering menjadi normal 28,33 menjadi 33,33; mengurangi kekasaran kulit dari normal menjadi halus 34,00 menjadi 28,67; mengecilkan pori-pori dari sedang menjadi kecil 25,67 menjadi 18,67; mengurangi noda dari beberapa noda menjadi sedikit noda 26,33 menjadi 20,00; mengurangi keriput 27,00 menjadi 20,00; dan mengurangi kedalaman keriput 38,67 menjadi 32,67. 58

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat membandingkan efektivitas anti-aging krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan krim anti- aging yang mengandung konsentrat β-karoten, vitamin E dan vitamin C. 59 DAFTAR PUSTAKA Amanda, U.D., dan Cartealy, I.C. 2015. Isolasi RNA total dari mesokarp buah kelapa sawit Elaeis guineenssisI Jacq. Var. Tanera.PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. 12: 171-176. Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat. Cetakan Ke-7. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 25. Anderson, P.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 473. Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta: UI Press. Halaman 387 - 388. Aramo. 2012. Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman 1-10. Ardhie, M.A. 2011. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. MEDICINUS. 241: 1, 7, 9. Arisanty, I.P. 2013. Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 3. Ayustaningwarno, F. 2012. Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit Merah pada Indutri Pangan. Vitasphere. 2: 1 - 11. Basyar, H.A. 1999. Perkebunan Besar Kelapa Sawit. Cetakan I. Jakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 4. Bonnie, T.Y and Choo, Y.M. 2000. Valuable Minor Constituent of Commercial Red Palm Olein: Carotenoids, Vitamin E, Ubiquinones and Sterol. J Oil Palm Research. 121:14 - 24. Budiani, A., Kustaman, E., dan Wardah, A.Z. 2008. Isolasi Fragmen Gen Penyand i β-ketoasil-ACP Sintase II dari Mesokarp Kelapa Sawit. Institut Pertanian Bogor-IPB. 11: 2. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 33. Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 29, 103, 356 - 357. Draelos, Z.D. 2009. An Evaluation of Prescription Device Moisturizers. Journal of Cosmetic Dermatology. 81: 40-43. 60 Elisabeth, J., dan Ginting, S.P. 2003. Pemanfaatan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong. Lokakarya Sisten Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. 11: 110 - 111. Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. 2012. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 60, 115. Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satryawibawa, I., dan Paeru, R.H. 2014. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 195 - 197. Husril, R. 2011. Analisa Usaha Tani Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Swadaya di Kenagarian Kenali Kabupaten Pasaman Barat. Agribisnis Universitas Andalas. 11: 2. Jinno, M., Hirosi, T., dan Yoshikazu, Y. 2012. Anti-aging Medicine and Reproductive Health. Anti-aging Medicine. 91: 6 - 13 Jusoh, M.J., Norizzah, A.R., dan Zaliha, O. 2013. Effect of Sterilization Process on Deterioration of Bleachability Index DOBI of Crude Palm Oil CPO Extracted from Different Degree of Oil Palm Ripeness. International Journal of Bioscience, Biochemistry and Bioinformatics. 34: 322. Jusuf, K.N. 2005. Kulit Menua. Majalah Kedokteran Nusantara. 382: 184. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi I. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 250. Kresnawaty, I., Budiani, A., Panji, T., dan Suharyanto. 2012. Isolasi dan Mikroenkapsulasi vitamin E dari crude palm oil sebagai sumber antioksidan bahan pangan. Menara Perkebunan. 802: 68 - 76. Kunto, Y.S. 2007. Analisis Pasar Pelanggan Pria Produk Facial Wash di Kota Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran. 21: 21-30. Lalitha, P., dan Jayanthi, P. 2014. Antiaging Activity of the Skin Cream containing Ethyl Acetate Extract of Eichhornia crassipes Mart. SOLMS. International Journal of PharmTech Research. CODEN USA: IJPRIF ISSN: 0974-4304. 61: 29 - 34. Lestari, S. 2004. Kesehatan dan Kecantikan Perempuan dari Masa ke Masa serta Kesehatan Alat Kelamin. e-UNAND Repository. Mahanani, Z., Lusia, O., dan Lidya, A. 2012. Optimasi Komposisi Asam Laktat dan Zink Oksida Dalam Krim Tabir Surya Kombinasi Benzophenone-3 dan Octyl Methoxycinnamate dengan Desain Faktorial. Unej-Repository. 201 : 6. 61 Mardawati, E., Achyar, C.S., dan Marta, H. 2008. Kajian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Manggis Garcinia mangostana L. dalam Rangka Pemanfaatan Limbah Kulit Manggis di Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Laporan Akhir Penelitian. Bandung: Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran. Halaman 17. Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A. 2009. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 1095 - 1096. Mishra, A.P., Saklani, S., Milella, I., dan Tiwari, P. 2014. Formulation and Evaluation of Herbal Antioxidant Face Cream of Nardostachys jantamansi Collected from Indian Himalayan Region. Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine. 42: 672 - 682. Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl DPPH for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal Science Technology. 262: 211 - 219. Mora, E., Emrizal., dan Selpas, N. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Asam Oleat dari Kulit Buah Kelapa Sawit Elais guinensis Jacq.. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 12: 47 - 51. Mujdalipah, S., Dohong, S., Suryani, A., dan Fitria, A. 2014. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Produksi Biogas Menggunakan Digester Dua Tahap Pada Bebagai Konsentrasi Palm Oil-Mill Effluent dan Lumpur Aktif. Agritech. 341: 56 - 64. Muliyawan, D., dan Suriana, N. 2013. A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 138 - 289. Mustafa, A. B. 1988. The Use of Palm Kernel Cake as Animal Feed Part.l. FAO Regional Office Bangkok. 132: 1-5. Nasution, Y.D. 2004. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit yang Berasal dari Kolam Akhir Final Pond dengan Proses Koagulasi Melalui Elektrolisis. Unniversitas Sumatera Utara. Jurnal Sains Kimia. 82: 38- 40. National Health Surveillance Agency. 2005. Cosmetic Products Stability. Guide Brazil: ANVISA. Halaman 19. Noormindhawati, L. 2013. Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: Kompas Gramedia. Halaman 2, 11, 24, 84. 62 Oddos, T., Romain, S., James., L., Valérie, B., dan Christiane, B. 2012. A Placebo-Controlled Study Demonstrates the Long-Lasting Anti-Aging Benefits of a Cream Containing Retinol, DihydroxyMethylChromone DMC and Hyaluronic Acid. Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and Applications. 21: 51 - 59. Panjaitan, D.T., Budi, P., dan Leenawaty, L. 2008. Peranan Karotenoid Alami Dalam Menangkal Radikal Bebas di Dalam Tubuh. e-USU Repository. Pangkahila, W. 2014. Pelatihan Fisik Seimbang Meningkatkan Aktivitas Stem Cell Endogen Untuk Anti Penuaan. Sport and Fitness Journal. 21: 1 - 9. Pasaribu, N. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. e-USU Repository. PORIM. 1995. PORIM Test Methods. Palm Oil Research Institute of Malaysia. Ministry of Primary Industries. Malaysia. Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories-Analytical Progress. 192: 1 - 4. Prianto, J. 2014. Cantik: Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 145 - 148. Putro, D.S. 1997. Agar Awet Muda. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Halaman 2 - 23. Rawlins, E.A. 2003. Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18 th edition. London: Bailierre Tindall. Halaman 22,355. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 222. Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. BioTrends. 41: 5. Rosi, A. 2012. Cantik dan Bugar Sepanjang Usia. Jogjakarta: Andi Jogjakarta. Halaman 4. Silaban, R., Freddy, T.M.P., Eka, I.S.S., Nurjanah., dan Timotius, A.S. 2013. Analisa Hubungan Antar Parameter Mutu Minyak Industri Oleokimia. Medan: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan. Halaman 2. SNI 01-2901-2006. Minyak Kelapa Sawit Mentah Crude palm oil. Badan Standarisasi Nasional. ICS 67.200.10. Sudatri, N.W. 2010. Kadar Kolagen Kulit Dan Tulang Pada Tikus Betina Usia Enam Dan 12 Bulan Yang Disuplementasi Dengan Somatotropin. Jurnal Biologi. 141: 10-14. 63 Sulastomo, E. 2013. Kulit Cantik dan Sehat: Mengenal dan dan Merawat Kulit. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Halaman 173. Sumaryati, E. 2012. Senam Kecantikan dan Anti Penuaan. Yogyakarta: Citra Media. Halaman 34-36. Suryanto., Purba, D., dan Husna, N. 2012. Efek Pelembab Minyak Biji Bunga Matahari Dalam Sediaan Krim Tangan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology. 11: 63 - 69. Tranggono, R.L., dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 7, 21. Washington, N., Washington, C., dan Wilson, C.G. 2003. Physiological Pharmaceutics: Barriers to Drug Absorption. Edisi kedua. New York: Taylor and Francis. Halaman 183. Wetipo, Y.S., Mangimbulude, J.C., dan Rondonuwu, F.S. 2013. Produksi ROS Akibat Akumulasi Ion Logam Berat dan Mekanisme Penangkal Dengan Antioksidan. Jurnal FKIP UNS. 101: 1 - 7. Winarsi, H., Alice, Y., dan Agus, P. 2013. Deteksi Aging pada Perempuan Berdasarkan Status Antioksidan. MKB. 453: 142. Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 59 - 63, 111 - 112. Young, A. 1972. Practical Cosmetic Science. London: Mills Boon Limited. Halaman 51. Zelfis, F. 2012. Kunci Awet Muda. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Laksana. Halaman 23. 64 Lampiran 1. Bagan proses ekstraksi serat mesokarp kelapa sawit - dimasukkan ke dalam wadah gelap - diekstraksi dengan pelarut n-heksan sebanyak 80 L dengan perbandingan 1:4 - ditutup dengan penutup wadah dan diselotip kemudian didiamkan selama 2×24 jam - disaring dengan kain kemudian dimasukkan ke dalam jerigen - ampas serat kemudian dimaserasi kembali selama 2×24 jam sebanyak 2 kali - digabung semua hasil maserat - Diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu ±40°C - disentrifuge untuk mengendapkan asam lemak bebas Keterangan: Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit kental tersebut kemudia diuji kadar air, asam lemak bebas ALB, nilai bilangan DOBI, kadar karoten dan diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH 1,1 diphenyl-2-picryl-hidrazyl. 20 kg serat Ekstrak n-heksan serat mesokarp kelapa sawit Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit kental 65 Lampiran 2. Bagan pembuatan sediaan krim - ditimbang 12 gram asam stearat - 5 gram sorbitol - ditimbang 0,5 gram setil alkohol - 3 gram propilen glikol - dimasukkan kedalam cawan - 1 gram trietanolamin penguap - 0,2 gram metil paraben - dilebur di atas penangas air pada - dilarutkan dalam air panas bersuhu 70°C yang telah ditakar - direndam lumpang dan alu dengan air panas dengan suhu 70ºC selama 10 menit - dikeringkan lumpang dan dimasukkan fase minyak ke dalam lumpang, kemudian ditambahkan fase air - digerus konstan di dalam lumpang sampai hampir terbentuk massa krim - ditambahkan ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan variasi konsentrasi pada masing-masing formula krim dan 3 tetes oleum citri - dihomogenkan sampai terbentuk krim Fase air Fase minyak Fase minyak + fase air Krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 66 Lampiran 3. Gambar proses penghasilan serat mesokarp kelapa sawit Keterangan: A: Buah kelapa sawit yang akan direbus, B: Alat perebus, C: Alat pengempa buah kelapa sawit, D: Proses penyaringan minyak mentah, E: Tanki minyak mentah, F: Serat mesokarp kelapa sawit dalam mesin, G: serat mesokarp kelapa sawit setelah pengeringan A B C D E F G 67 Lampiran 4. Gambar alat-alat penelitian Keterangan: H: Wadah maserasi, I: Rotary evaporator vacuum BUCHI, J: Jerigen maserat, K: Sentrifuge, L: Timbangan analitik kg, M: Timbangan analitik SATORUS, N: Spektrofotometer UV-Visible Shimadzu 1700 H I J K L M N 68 Lampiran 4. Lanjutan Keterangan: A: Mikropipet Socorex, B: Labu ukur 10 ml, C: pH meter Hanna Instrumen, D: Moisturizer checker Aramo, E: Skin analyzer Aramo, F: Viskometer Brookfield, G: Spidel 64 A D C E D F G 69 Lampiran 5. Gambar ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 70 Lampiran 6. Gambar sediaan krim blanko dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit setelah dibuat sampai 90 hari dalam suhu kamar - Setelah dibuat di dalam lumpang Dasar krim blanko Krim 0,5 Krim 1 Krim 2 Krim 3 Krim 5 71 Lampiran 6. Lanjutan - Setelah dibuat dalam wadah - Setelah 7 hari - Setelah 14 hari F1 F2 F3 F4 F5 F6 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F1 F2 F3 F4 F5 F6 72 Lampiran 6. Lanjutan - Setelah 21 hari - Setelah 28 hari - Setelah 90 hari Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5, F3: 1, F4: 2, F5: 3, F6: 5 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F1 F2 F3 F4 F5 F6 73 Lampiran 7. Gambar hasil uji tipe emulsi dan homogenitas sediaan krim