Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Krim Ekstrak Serat Mesokarp Kelapa Sawit

(1)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING

KRIM EKSTRAK SERAT MESOKARP KELAPA

SAWIT

SKRIPSI

OLEH:

ROISYAM AZMAL

NIM 101501045

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING

KRIM EKSTRAK SERAT MESOKARP KELAPA

SAWIT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ROISYAM AZMAL

NIM 101501045

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI DAN UJI EFEK

ANTI-AGING

KRIM EKSTRAK SERAT MESOKARP KELAPA SAWIT

OLEH: ROISYAM AZMAL

NIM 101501045

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 1 Juni 2015 Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195504241983031003 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. NIP 195504241983031003

Dr. Ir. Donald Siahaan Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001 Medan, Juni 2015

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan anugerah dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging Krim Ekstrak Serat Mesokarp Kelapa Sawit. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt., dan Dr. Ir. Donald Siahaan selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama masa penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Drs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini serta kepada ,T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing selama masa pendidikan. Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan. Bapak kepala dan Bapak penanggungjawab Laboratorium Oleo Pangan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, serta Ibu kepala Laboratorium Kosmetologi dan Bapak kepala


(5)

v

Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada Ayahanda Drs. Agustrisno, M.SP., dan Ibunda Rima Mulianawati yang tiada hentinya mendoakan, memberikan semangat, dukungan dan berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis, kepada Bapak Ahmad Gazali Sofyan Sinaga, M.Si., Apt. dan kepada teman-teman asisten di Laboratorium Biofarmasetika dan Farmakokinetika, Laboratorium Kosmetologi Fakultas Farmasi dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dorongan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaannya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi dan berguna bagi alam semesta.

Medan, Juni 2015

Penulis,

Roisyam Azmal NIM 101501045


(6)

vi

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING

KRIM EKSTRAK SERAT MESOKARP KELAPA SAWIT

ABSTRAK

Karoten adalah sumber utama pembentuk vitamin A untuk melindungi kulit dari bahaya sinar matahari dan merupakan kelompok pigmen yang mengandung antioksidan sebagai pendeaktivasi radikal bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan formulasi dan uji efek anti-aging krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit terhadap kulit mata bagian lateral sukarelawan.

Serat mesokarp kelapa sawit diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut n-heksan dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ±40°C, kemudian ekstrak dikarakterisasi dan diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1,1 diphenyl-2-picryl-hidrazyl). Selanjutnya, ekstrak dibuat menjadi sediaan krim tipe emulsi minyak dalam air dengan variasi konsentrasi 0,5; 1; 2; 3 dan 5%, kemudian dilakukan uji homogenitas, tipe emulsi, iritasi kulit, pH, viskositas, stabilitas penyimpanan dalam suhu kamar selama 90 hari dan uji efek anti-aging menggunakan skin analyzer dan moisturizer checker selama empat minggu.

Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit memiliki rendemen sebesar 7,65% dengan nilai IC50 8,67 ppm; kadar air 2,19%; kadar asam lemak bebas 9,46%; nilai kepucatan karoten 3,63; serta kadar karoten sebesar 3835 ppm dan ekstrak dapat diformulasi menjadi sediaan krim yang homogen dengan tipe emulsi minyak dalam air, pH 5,5 - 6,3, tidak menimbulkan iritasi kulit dan stabil dalam penyimpanan selama 90 hari. Hasil analisa statistik krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan blanko memiliki perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05), dimana krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit mampu memberikan efek sebagai anti-aging dengan kadar air kulit yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori kulit mengecil dan noda, keriput dan kedalaman keriput berkurang. Efektivitas paling baik sebagai anti-aging adalah krim ekstrak 5% yang mampu meningkatkan kadar air dari kering menjadi normal (28,33 menjadi 33,33); mengurangi kekasaran kulit dari normal menjadi halus (34,00 menjadi 28,67); mengecilkan pori-pori dari sedang menjadi kecil (25,67 menjadi 18,67); mengurangi noda dari beberapa noda menjadi sedikit noda (26,33 menjadi 20,00); mengurangi keriput (27,00 menjadi 20,00); dan mengurangi kedalaman keriput (38,67 menjadi 32,67). Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air dan ekstrak dapat memberikan aktivitas anti-aging.


(7)

vii

FORMULATION AND TEST THE EFFECT OF ANTI-AGING OF OIL PALM MESOCARP FIBER EXTRACT CREAM

ABSTRACT

Carotene is the main source of vitamin A to protect the forming skin from the harmful rays of the sun and a pigment component containing antioxidants as deactivator of free radicals. This research was to formulate an anti-aging cream and tested the effect of anti-aging cream of extract oil palm mesocarp fiber on the lateral portion of volunteers eye skin.

Oil palm mesocarp fiber was extracted by maceration using n-hexane and was concentrated by rotary evaporator at ±40ºC, then extract was characterized and was tested the antioxidant activity using DPPH (1,1 diphenyl-2-picryl-hidrazyl). The extract was made into a cream preparation of oil in water emulsion type with various concentration of 0.5; 1; 2; 3 and 5%, then the homogenity test, the type of emulsion, skin irritation, pH, viscosity, storage stability at room temperature for 90 days were conducted and was tested the effect of anti-aging using a skin analyzer and moisturizer checker for four weeks.

Extract oil palm mesocarp fiber had a yield of 7.65% with IC50 value 8.67 ppm, water content was 2.19%; free fatty acid content was 9.46%; the value of carotene paleness was 3.63; the carotene content was 3835 ppm; and extract could be formulated into homogeneous cream preparation with oil in water emulsion type, pH was 5.5 - 6.3; did not cause skin irritation and it was stable during storage at room temperature for 90 days. Statistical analysis showed that a extract cream and blank cream had a significant difference on anti-aging effectiveness (p ≤ 0.05), where the cream with extract oil palm mesocarp fiber could be able to provide an anti-aging effects on skin moisture, more delicate skin, smaller pores and blemishes, wrinkle and wrinkle’s depth was reduced. The most effective as an anti-aging cream was 5% extract, which was able to increase the moisture of dehydration into normal (28.33 into 33.33); normal evenness into smooth (34.00 into 28.67); moderate pore into small (25.67 into 18.67); much spot into little spot (26.33 into 20.00); wrinkle was reduced (27.00 into 20.00); and wrinkle’s depth was reduced (38.67 into 32.67). Based on this study it could be concluded that extract oil palm mesocarp fiber can be formulated into cream preparation with oil in water emulsion type and the has extract gives anti-aging activity.


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kelapa Sawit ... 6

2.1.1 Limbah serat mesokarp kelapa sawit ... 7

2.1.2 Minyak serat mesokarp kelapa sawit ... 7

2.2 Penuaan Dini ... 8


(9)

ix

2.2.2 Tanda-tanda penuaan dini ... 10

2.3 Kulit ... 10

2.3.1 Fungsi kulit ... 11

2.3.2 Anatomi dan fisiologis kulit ... 12

2.3.3 Jenis-jenis kulit ... 14

2.4 Anti-aging ... 15

2.5 Krim ... 16

2.6 Skin Analyzer ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Alat dan Bahan ... 18

3.1.1 Alat-alat ... 18

3.1.2 Bahan-bahan ... 19

3.2 Sukarelawan ... 19

3.3 Pembuatan Ekstrak ... 19

3.4 Karakterisasi Serat dan Ekstrak Serat Mesokarp Kelapa Sawit 20

3.4.1 Penetapan kadar air serat mesokarp kelapa sawit ... 20

3.4.2 Penetapan kadar air ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ... 20

3.4.3 Penetapan asam lemak bebas ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ... 21

3.4.4 Penetapan bilangan DOBI (Deterioration of Bleachability Index) ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ... 21

3.4.5 Penetapan kadar karoten ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ... 22

3.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan ... 22 3.5.1 Prinsip metode pemerangkapan radikal bebas DPPH . 22


(10)

x

3.5.2 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum .... 22

3.5.3 Pembuatan larutan induk baku ekstrak (LIB ekstrak) . 23 3.5.4 Penentuan aktivitas antioksidan sampel uji ... 23

3.5.5 Penentuan nilai IC50 ... 23

3.6 Formulasi Sediaan Krim ... 24

3.6.1 Formula standar krim (Young, 1972) ... 24

3.6.2 Formula modifikasi ... 24

3.6.3 Pembuatan sediaan krim ... 25

3.7 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim ... 25

3.7.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan krim ... 25

3.7.2 Penentuan tipe emulsi sediaan krim ... 26

3.7.3 Pengukuran pH sediaan krim ... 26

3.7.4 Pengamatan stabilitas sediaan krim ... 26

3.8 Penentuan Viskositas Sediaan Krim ... 26

3.9 Pengujian Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 27

3.10 Pengujian Efektifitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan ... 27

3.11 Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Hasil Ekstraksi Serat Mesokarp Kelapa Sawit ... 30

4.2 Hasil Karakterisasi ... 30

4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan ... 31

4.3.1 Hasil penentuan panjang gelombang serapan maksimum ... 31

4.3.2 Hasil analisis persen peredaman DPPH oleh sampel uji ... 32


(11)

xi

4.3.3 Nilai IC50 ... 33

4.4 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim ... 34

4.4.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan krim ... 34

4.4.2 Pemeriksaan tipe emulsi sediaan krim ... 35

4.4.3 Hasil pengukuran pH sediaan krim ... 36

4.4.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan krim ... 37

4.5 Hasil Viskositas Sediaan Krim ... 38

4.6 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 39

4.7 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-Aging Terhadap Sukarelawan ... 40

4.7.1 Kadar air (Moisture) ... 40

4.7.2 Kehalusan (Evenness) ... 43

4.7.3 Pori (Pore) ... 46

4.7.4 Noda (Spot) ... 48

4.7.5 Keriput (Wrinkle) ... 51

4.7.6 Kedalaman Keriput (Wrinkle’s Depth) ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 17

Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim ... 25

Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serat dan ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ... 30

Tabel 4.2 Hasil penurunan absorbansi dan persen peredaman DPPH oleh ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ... 33

Tabel 4.3 Hasil persamaan regresi linier dan hasil analisis IC50 yang diperoleh dari ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ... 34

Tabel 4.4 Data pengamatan homogenitas sediaan krim ... 35

Tabel 4.5 Data kelarutan metil biru dalam sediaan krim ... 35

Tabel 4.6 Data pengukuran pH sediaan krim ... 36

Tabel 4.7 Data organoleptis sediaan krim yang dibuat ... 37

Tabel 4.8 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari ... 37

Tabel 4.9 Data hasil pengukuran viskositas sediaan krim selama 90 hari (3 bulan) ... 39

Tabel 4.10 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan) ... 39

Tabel 4.11 Hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit mata bagian lateral sukarelawan ... 41

Tabel 4.12 Hasil pengukuran kehalusan (Evenness) pada kulit mata bagian lateral sukarelawan ... 44

Tabel 4.13 Hasil pengukuran besar pori (Pore) pada kulit mata bagian lateral sukarelawan ... 47

Tabel 4.14 Hsail pengukuran noda (Spot) pada kulit mata bagian lateral sukarelawan ... 49

Tabel 4.15 Hasil pengukuran keriput (Wrinkle) pada kulit mata bagian lateral sukarelawan ... 52


(13)

xiii

Tabel 4.16 Hasil pengukuran kedalaman keriput (Wrinkle’s Depth) pada kulit mata bagian lateral sukarelawan ... 54


(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian ... 5 Gambar 2.1 Penampang struktur kulit ... 12 Gambar 4.1 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam

metanol secara spektrofotometri visible ... 31 Gambar 4.2 Hubungan konsentrasi dengan persen peredaman radikal

bebas DPPH oleh ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ... 33 Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit

mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5% selama 4 minggu ... 42 Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran kehalusan (Evenness) pada kulit

mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5% selama 4 minggu ... 45 Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran besar pori (Pore) pada kulit mata

bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5% selama 4 minggu ... 46 Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran banyak noda (Spot) pada kulit

mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5% selama 4 minggu ... 50 Gambar 4.7 Grafik hasil pengukuran keriput (Wrinkle) pada kulit mata

bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5% selama 4 minggu ... 51 Gambar 4.8 Grafik hasil pengukuran kedalaman keriput (Wrinkle’s

Depth) pada kulit mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5% selama 4 minggu ... 55


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan proses ekstraksi serat mesokarp kelapa sawit ... 64 Lampiran 2. Bagan pembuatan sediaan krim ... 65 Lampiran 3. Gambar proses penghasilan serat mesokarp kelapa sawit .... 66 Lampiran 4. Gambar alat-alat penelitian ... 67 Lampiran 5. Gambar ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ... 69 Lampiran 6. Gambar sediaan krim blanko dan krim ekstrak serat

mesokarp kelapa sawit setelah dibuat sampai 90 hari dalam suhu kamar ... 70 Lampiran 7. Gambar hasil uji tipe emulsi dan homogenitas sediaan krim 73 Lampiran 8. Salah satu contoh hasil uji efektivitas anti-aging pada kulit

mata bagian lateral sukarelawan ... 74 Lampiran 9. Perhitungan hasil uji karakterisasi serat dan ekstrak serat

mesokarp kelapa sawit ... 84 Lampiran 10. Perhitungan IC50 ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ... 88 Lampiran 11. Perhitungan variasi dosis berdasarkan IC50 untuk sediaan

krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit sebagai anti-aging ... 90 Lampiran 12. Contoh perhitungan viskositas sediaan krim ekstrak serat

mesokarp kelapa sawit ... 91 Lampiran 13. Hasil variansi (ANAVA) dan Tukey untuk pemulihan kulit

mata bagian lateral sukarelawan selama 4 minggu minggu . 92 Lampiran 14. Contoh surat pernyataan sukarelawan yang ikut serta dalam

penelitian ... 104


(16)

vi

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING

KRIM EKSTRAK SERAT MESOKARP KELAPA SAWIT

ABSTRAK

Karoten adalah sumber utama pembentuk vitamin A untuk melindungi kulit dari bahaya sinar matahari dan merupakan kelompok pigmen yang mengandung antioksidan sebagai pendeaktivasi radikal bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan formulasi dan uji efek anti-aging krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit terhadap kulit mata bagian lateral sukarelawan.

Serat mesokarp kelapa sawit diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut n-heksan dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ±40°C, kemudian ekstrak dikarakterisasi dan diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1,1 diphenyl-2-picryl-hidrazyl). Selanjutnya, ekstrak dibuat menjadi sediaan krim tipe emulsi minyak dalam air dengan variasi konsentrasi 0,5; 1; 2; 3 dan 5%, kemudian dilakukan uji homogenitas, tipe emulsi, iritasi kulit, pH, viskositas, stabilitas penyimpanan dalam suhu kamar selama 90 hari dan uji efek anti-aging menggunakan skin analyzer dan moisturizer checker selama empat minggu.

Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit memiliki rendemen sebesar 7,65% dengan nilai IC50 8,67 ppm; kadar air 2,19%; kadar asam lemak bebas 9,46%; nilai kepucatan karoten 3,63; serta kadar karoten sebesar 3835 ppm dan ekstrak dapat diformulasi menjadi sediaan krim yang homogen dengan tipe emulsi minyak dalam air, pH 5,5 - 6,3, tidak menimbulkan iritasi kulit dan stabil dalam penyimpanan selama 90 hari. Hasil analisa statistik krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan blanko memiliki perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05), dimana krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit mampu memberikan efek sebagai anti-aging dengan kadar air kulit yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori kulit mengecil dan noda, keriput dan kedalaman keriput berkurang. Efektivitas paling baik sebagai anti-aging adalah krim ekstrak 5% yang mampu meningkatkan kadar air dari kering menjadi normal (28,33 menjadi 33,33); mengurangi kekasaran kulit dari normal menjadi halus (34,00 menjadi 28,67); mengecilkan pori-pori dari sedang menjadi kecil (25,67 menjadi 18,67); mengurangi noda dari beberapa noda menjadi sedikit noda (26,33 menjadi 20,00); mengurangi keriput (27,00 menjadi 20,00); dan mengurangi kedalaman keriput (38,67 menjadi 32,67). Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air dan ekstrak dapat memberikan aktivitas anti-aging.


(17)

vii

FORMULATION AND TEST THE EFFECT OF ANTI-AGING OF OIL PALM MESOCARP FIBER EXTRACT CREAM

ABSTRACT

Carotene is the main source of vitamin A to protect the forming skin from the harmful rays of the sun and a pigment component containing antioxidants as deactivator of free radicals. This research was to formulate an anti-aging cream and tested the effect of anti-aging cream of extract oil palm mesocarp fiber on the lateral portion of volunteers eye skin.

Oil palm mesocarp fiber was extracted by maceration using n-hexane and was concentrated by rotary evaporator at ±40ºC, then extract was characterized and was tested the antioxidant activity using DPPH (1,1 diphenyl-2-picryl-hidrazyl). The extract was made into a cream preparation of oil in water emulsion type with various concentration of 0.5; 1; 2; 3 and 5%, then the homogenity test, the type of emulsion, skin irritation, pH, viscosity, storage stability at room temperature for 90 days were conducted and was tested the effect of anti-aging using a skin analyzer and moisturizer checker for four weeks.

Extract oil palm mesocarp fiber had a yield of 7.65% with IC50 value 8.67 ppm, water content was 2.19%; free fatty acid content was 9.46%; the value of carotene paleness was 3.63; the carotene content was 3835 ppm; and extract could be formulated into homogeneous cream preparation with oil in water emulsion type, pH was 5.5 - 6.3; did not cause skin irritation and it was stable during storage at room temperature for 90 days. Statistical analysis showed that a extract cream and blank cream had a significant difference on anti-aging effectiveness (p ≤ 0.05), where the cream with extract oil palm mesocarp fiber could be able to provide an anti-aging effects on skin moisture, more delicate skin, smaller pores and blemishes, wrinkle and wrinkle’s depth was reduced. The most effective as an anti-aging cream was 5% extract, which was able to increase the moisture of dehydration into normal (28.33 into 33.33); normal evenness into smooth (34.00 into 28.67); moderate pore into small (25.67 into 18.67); much spot into little spot (26.33 into 20.00); wrinkle was reduced (27.00 into 20.00); and wrinkle’s depth was reduced (38.67 into 32.67). Based on this study it could be concluded that extract oil palm mesocarp fiber can be formulated into cream preparation with oil in water emulsion type and the has extract gives anti-aging activity.


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan (aging) merupakan proses hilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk mempertahankan struktur maupun fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan kerusakan yang dialami (Pangkahila, 2014). Proses menua ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh makhluk hidup termasuk kulit (Jusuf, 2005). Secara klinis, penuaan kulit terutama kulit wajah ditandai dengan beberapa tanda termasuk keriput, bintik-bintik hiperpigmentasi dan hilang kekencangannya (Oddos, et al., 2012).

Sinar matahari merupakan faktor utama penyebab proses menua pada kulit, begitu juga dengan kelembaban udara yang rendah menyebabkan kulit menjadi kering sehingga mempercepat proses menua pada kulit (Jusuf, 2005). Indonesia beriklim tropis dengan sinar matahari yang melimpah dapat menyebabkan risiko tinggi terhadap kerusakan kulit atau penuaan dini (Fauzi dan Nurmalina, 2012). Hal ini dapat memicu pembentukan radikal bebas pada kulit yang menyebabkan berbagai penyakit kulit terutama keriput dan menua, karena kulit adalah organ terbesar pada tubuh kita dan mempunyai peran penting, seperti penghalang fisik terhadap faktor mekanis, kimia, panas dan mikroba yang dapat mempengaruhi fisiologis tubuh (Lalitha dan Jayanthi, 2014).

Kaum wanita tidak lepas dari tuntuntan untuk tampil cantik dan menarik, begitu juga pada kaum pria dituntut untuk menjaga penampilannya (Kunto, 2007), dengan demikian untuk menghambat proses penuaan penting mengendalikan


(19)

2

pembentukan radikal bebas yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status dengan antioksidan selular (Winarsi, dkk., 2013). Zat antioksidan yang mampu menghambat oksidasi sebagai pertahanan terhadap kerusakan oksidatif pada kulit, sehingga sel harus dilengkapi dengan berbagai jenis antioksidan yang akan bekerja melawan molekul oksidan tersebut (Ardhie, 2011). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi (Panjaitan, dkk., 2008). Terapi anti-aging akan lebih baik dilakukan sedini mungkin di saat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Kemajuan teknologi dan ilmu kosmetika dapat digunakan untuk menurunkan dan penghambatan penuaan, sehingga kulit dapat terlihat lebih muda (Fauzi dan Nurmalina, 2012). Anti-aging memiliki kategori obat pencegahan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup (Jinno, et al., 2012).

Krim anti-aging dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini dengan cara menyamarkan noda atau flek hitam di wajah dan menghilangkan kerutan di bawah mata, dengan demikian krim anti-aging dapat memperlambat penuaan pada kulit (Fauzi dan Nurmalina, 2012). Krim adalah emulsi setengah padat yang mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1985).

Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai antioksidan adalah kelapa sawit yang merupakan salah satu tanaman penghasil minyak yang mengandung komponen utama trigliserida (94%), asam lemak, karotenoid (Mora, dkk., 2013). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar (pericarp), lapisan pulp (mesokarp) dan lapisan yang paling dalam (endocarp). Lapisan pulp yaitu mesokarp yang banyak mengandung minyak dengan nilai rata-rata 56%


(20)

3

(Pasaribu, 2004), polisakarida, polifenol dan minyak yang cukup tinggi berisi pigmen karotenoid (Amanda dan Cartealy, 2015). Karotenoid adalah sumber utama pembentuk vitamin A untuk melindungi kulit dari bahaya sinar matahari (Rohmatussolihat, 2009), dan juga merupakan kelompok pigmen dan antioksidan alami yang dapat meredam oksigen singlet serta pendeaktivasi radikal bebas (Panjaitan, dkk., 2008).

Berdasarkan hal di atas peneliti ingin membuat sediaan krim anti-aging dari ekstrak serat mesokarp kelapa sawit.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini:

a. Apakah ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dapat diformulasikan sebagai sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air.

b. Apakah krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit mampu memberikan efek

anti-aging pada kulit mata bagian lateral sukarelawan.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

a. Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dapat diformulasikan sebagai sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air.

b. Krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit mampu memberikan efek anti-aging pada kulit mata bagian lateral sukarelawan.


(21)

4 1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air.

b. Untuk mengetahui apakah krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit mampu memberikan efek anti-aging pada kulit mata bagian lateral sukarelawan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan hasil pengolahan pabrik yang akan dibuang (limbah), tetapi masih memiliki nilai ekonomis tinggi dengan kandungan senyawa pencegah radikal bebas (antioksidan) dan dapat meminimalkan pencemaran lingkungan.


(22)

5 1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

- Kadar air serat Serat

Serat mesokarp kelapa sawit

- Kadar air

- Asam lemak bebas - Nilai pemucatan

karoten (DOBI) - Kadar karoten Ekstrak

Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit

Formulasi krim ekstrak serat mesokarp kelapa

sawit

Uji efek anti-aging

dengan skin analyzer dan

moisture checker

(Aramo-Huvis)

- Kadar air - Kehalusan - Pori - Noda - Keriput

- Kedalaman keriput Pemeriksaan

sediaan krim

- Homogenitas - Tipe emulsi - pH


(23)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa yunani Elaoin atau minyak sedangkan nama species guineensis berasal dari kata

Guinea, yaitu tempat di mana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Tanaman Elaeis guineensis Jacq ini juga dikenal dengan nama: kelapa sawit (Melayu), kelapa sewu (Jawa) (Mora, dkk., 2013).

Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan Indonesia, yang mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia (Husril, 2011). Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan dua jenis minyak, yakni minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang diekstraksi dari mesokarp buah kelapa sawit, dan minyak ini kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO) diekstraksi dari inti sawit (Ketaren, 1986). Buah kelapa sawit teridiri atas pericarp

yang terbungkus dari exocarp (kulit), mesokarp (daging), dan endokarp

(cangkang) yang membungkus 1 - 4 inti/kernel dan inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan sebuah embrio. Mesokarp buah kelapa sawit memiliki kadar minyak mencapai 55% (Budiani, dkk., 2008). Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit, minyak serat ini mengandung sedikit air dan serat halus berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semisolid pada


(24)

7

suhu ruangan yang disebabkan oleh kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. Air dan serat halus menyebabkan minyak kelapa sawit mentah tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan maupun non pangan (Basyar, 1999).

2.1.1 Limbah serat mesokarp kelapa sawit

Industri kelapa sawit menyebabkan permasalahan lingkungan antara lain adalah serat mesokarp, tempurung, tandan kosong kelapa sawit dan limbah cair (Mudjalipah, dkk., 2014). Serat mesokarp kelapa sawit menghasilkan serat sekitar 13%, biasanya dibakar sebagai bahan bakar untuk produksi di pabrik kelapa sawit dan juga dijadikan sebagai pakan ternak yang dapat digunakan sebagai kebutuhan energi dan protein (Elisabeth dan Ginting, 2003), karena limbah padat seperti serat mesokarp, tempurung dan tandan kosong mempunyai ciri khas yang komposisinya antara lain adalah selulosa dan komponen lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa, dan lignin (Fauzi, dkk., 2014).

2.1.2 Minyak serat mesokarp kelapa sawit

Buah kelapa sawit menghasilkan minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) berwarna merah dan dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau

Crude Palm Oil (CPO). Minyak yang berasal dari mesokarp kelapa sawit memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk farmaseutikal dan nutraseutikal, karena memiliki kandungan vitamin E (Kresnawaty, dkk., 2012), dan mengandung karotenoid yang tinggi yang bermanfaat untuk kesehatan manusia, antara lain α-, β-, γ-karoten dan likopen, lutein, sterol, asam lemak tidak jenuh dan ubiquinone (Ayustaningwarno, 2012).


(25)

8 2.2 Penuaan Dini

Penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversibel yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit. Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara langsung akan memperlihatkan proses penuaan (Putro, 1997). Penuaan bisa terjadi saat memasuki umur 20-30 tahun (Noormindhawati, 2013). Penuaan ini tidak dapat dihindari, namun dengan merawat kulit sebelum terjadi penuaan dapat memperlambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Rosi, 2012).

2.2.1 Penyebab penuaan dini

Faktor yang menyebabkan terjadinya penuaan dini terbagi 2, yaitu: a. Faktor internal

Pada umumnya disebabkan oleh gangguan dari dalam tubuh, misalnya sakit yang berkepanjangan, kurangnya asupan gizi, ras dan faktor genetik juga memegang peranan dalam terjadinya penuaan (Noormindhawati, 2013).

b. Faktor eksternal

Sinar matahari merupakan faktor eksternal yang memberikan pengaruh terbesar terhadap terjadinya pengaruh penuaan dini (Putro, 1997). Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolitis yang akan memecahkan kolagen kulit (Zelfis, 2012). Menurut Prianto (2014), sinar matahari dapat menimbulkan kerusakan struktur kulit pada lapisan kolagen dan elastin. Rusaknya kedua serat yang sangat berperan terhadap pembentukan tekstur dan elastisitas kulit menyebabkan pembentukan keriput yang lebih cepat dari semestinya.


(26)

9

Radikal bebas berupa hasil dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung saat bernafas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan, dan air yang terkontaminasi bahan-bahan kimia yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan kolagen. Radikal bebas adalah molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan dan bersifat tidak stabil serta reaktif sehingga elektron ini selalu berusaha mencari pasangan sehingga mudah mengoksidasi senyawa lain (Noormindhawati, 2013). Radikal bebas akan mengubah enzim superoksida-dismutase (SOD) yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi sel. Dengan demikian, fungsi sel akan menurun dan rusak termasuk di dalamnya adalah kolagen (Putro, 1997).

Kelembaban udara yang rendah, musim dingin, udara pegunungan dan arus angin akan mempercepat penguapan air dari kulit, akibatnya kelembaban kulit juga menurun dan akhirnya kulit menjadi kering (Putro, 1997). Kelembaban udara yang rendah ini dapat mempercepat proses menua pada kulit (Jusuf, 2005).

Penyebab penuaan dini lainnya adalah stress yang akan memicu produksi hormon kortisol, hormon ini dapat merusak kolagen dan elastin. Kurang tidur yang akan menggangu proses regenerasi kulit. Perawatan produk kosmetik yang tidak tepat berkontribusi menyebabkan penuaan dini. Beberapa gaya hidup juga dapat memicu terbentuknya kerutan pada wajah di antaranya adalah konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kulit terdehidrasi sehingga mempermudah munculnya kerutan. Merokok dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada kulit, racunnya membuat proses pengangkutan oksigen ke kulit menjadi terhambat, akibatnya kulit menjadi keabu-abuan dan penuaan dini (Noormindhawati, 2013).


(27)

10 2.2.2Tanda-tanda penuaan dini

Tanda-tanda penuaan dini lebih sering terlihat pada kulit, terutama kulit wajah, yaitu kering dan tipis, muncul garis-garis atau kerutan halus pada kulit, muncul pigmentasi kulit (age spot), kulit terlihat tidak kencang, dan kusam serta tidak segar (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Menurut Prianto (2014), tanda-tanda awal proses penuaan, yaitu:

a. Adanya keriput pada kulit yang dapat terlihat dengan jelas tanpa ekspresi karena menipisnya lapisan kolagen dan elastin di dalam lapisan dermis kulit.

b. Terdapat garis-garis yang jelas dan masuk ke dalam kulit di ekspresi wajah akibat bertambahnya umur dan berkurangnya elastisitas kulit, garis ekspresi wajah akan tampak dengan jelas dan menjadi garis permanen sekaligus wajah tidak berekspresi.

Terlihat kulit yang berlebihan dan menggantung pada bagian sekitar mata, leher, dan tangan. Pada saat ini umumnya proses penuaan pada kulit sangat terlihat jelas karena tidak hanya keriput yang kita dapati tetapi proses kemunduran dari elastisitas kulit itu sendiri juga mempengaruhi.

2.3 Kulit

Kulit merupakan bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang terluas, yaitu antara 1,5 - 2,0 m2 dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05 - 0,5 kg (Putro, 1997).


(28)

11 2.3.1 Fungsi kulit

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik serta mekanik, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kimiawi, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus, gangguan panas atau dingin. Gangguan fisik serta mekanik dicegah oleh adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit atau mantel asam kulit dengan pH 4,5 - 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007). Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sekitar 5 - 10% dari sinar tersebut (Wasitaatmadja, 1997).

Melanin dibentuk dari asam amino tirosin dengan bantuan enzim oksidase tirosinase yang mengandung tembaga. Melanosit merupakan sel yang memproduksi melanosom dan tirosinase. Melanosit mengeluarkan melanosom yang merupakan organela berbentuk bulat panjang dan mengandung pigmen melanin. Melanin juga bertanggung jawab terhadap warna kulit (Putro, 1997). Paparan sinar matahari akan mengaktifkan melanosit dan meningkatkan produksi melanin, kemudian disebarkan ke lapisan atas epidermis melalui dendrit-dendrit pada melanosit. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sekitar 5 - 10% sinar tersebut (Wasitaatmadja, 1997).

Fungsi kulit lainnya adalah menjaga keseimbangan temperatur tubuh, organ sekresi, menerima rangsangan, absorpsi dan status emosional (Muliyawan dan Suriana, 2013). Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, kelembaban udara, metabolisme dan jenis zat yang menempel di kulit (Wasitaatmadja, 1997).


(29)

12 2.3.2 Anatomi dan fisiologi kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan berturut-turut mulai dari yang paling luar adalah sebagai berikut:

a. Lapisan epidermis b. Lapisan dermis

c. Lapisan subkutan (hipodermis) (Martin, dkk., 2009).

Gambar 2.1 Penampang struktur kulit (Arisanty, 2013). 1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan pelindung terluar dari kulit sebagai penghalang untuk mencegah hilangnya air, elektrolit dan nutrisi dari dalam tubuh, serta membatasi masuknya zat-zat dari lingkungan ke dalam tubuh (Washington, et al., 2003).

Menurut Anderson (1996), lapisan epidermis tersusun dari 5 lapisan, yaitu: a. Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisan


(30)

13

pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering dan bersisik.

b. Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan transparan dan di bawahnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki. c. Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari 2 sampai

3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Lapisan ini mengandung granul keratohyalin yang menyebabkan sel berbentuk granul. d. Lapisan spinosum (stratum spinosum), lapisan spinosum merupakan lapisan

yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin.

e. Lapisan basal (stratum basale), lapisan basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru yang menyusun epidermis. Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan ini.

2. Dermis

Dermis adalah lapisan kulit yang berada di bawah epidermis. Lapisan ini bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit. Selain itu, lapisan dermis juga berperan menyuplai nutrisi bagi epidermis. Ibarat mesin, epidermis merupakan cover atau dinding tempat berlindungnya berbagai jenis peralatan mesin, sementara dermis adalah peralatan mesin tersebut. Dalam dermis, terdapat akar rambut, saluran keringat, kelenjar sebasea (kelenjar minyak), otot penggerak


(31)

14

rambut, ujung pembuluh darah, ujung saraf, serta serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

3. Lapisan subkutan (hipodermis)

Lapisan ini terletak di bawah dermis dan mengandung sel-sel lemak yang dapat melindungi bagian dalam organ dari trauma mekanik dan juga sebagai pelindung tubuh terhadap udara dingin, serta sebagai pengaturan suhu tubuh (Prianto, 2014). Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah, dan sel-sel penyimpanan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lain. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi atau kalori yang banyak maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Putro, 1997).

2.3.3 Jenis-jenis kulit

a. Kulit Normal: memiliki pH normal; kadar air dan kadar minyak seimbang; tekstur kulit kenyal, halus dan lembut; pori-pori kulit kecil. b. Kulit Berminyak: kadar minyak berlebihan, bahkan bisa mencapai 60%;

kulit wajah tampak mengkilap; memiliki pori-pori besar; cenderung mudah berjerawat.

c. Kulit Kering: kulit kasar dan kusam, mudah bersisik.

d. Kulit Kombinasi: merupakan kombonasi antara kulit wajah kering dan berminyak, pada area T cenderung berminyak, sedangkan area pipi berkulit kering.

e. Kulit Sensitif: mudah iritasi, kulit wajah lebih tipis, sangat sensitif (Noormindhawati, 2013).


(32)

15 2.4 Anti-aging

Anti berarti menahan atau melawan, sementara aging berarti umur/penuaan, maka bila diartikan secara harfiahnya anti-aging adalah menahan atau melawan penuaan. Anti-aging adalah sebuah proses yang berguna untuk mencegah, memperlambat atau membalikkan efek penuaan agar dapat membantu siapa saja hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih bahagia (Fauzi dan Nurmalina, 2012). Penuaan dini dapat dicegah dengan cara menghindari radikal bebas, menggunakan tabir surya, mengonsumsi air putih, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, istirahat yang cukup dan menghindari stress (Noormindhawati, 2013).

Menurut Muliyawan dan Suriana (2013), produk anti-aging memiliki tujuan untuk membantu tubuh agar tetap sehat dan awet muda bahkan bisa terlihat jauh lebih mudah dari usia sesungguhnya. Produk ini digunakan untuk menghambat proses penuaan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit.

Kosmetika anti-aging pada umumnya berupa bahan aktif yang mengandung antioksidan untuk melindungi kulit dari efek radikal bebas. Antioksidan adalah bahan kimia yang dapat memberikan sebutir elektron yang sangat diperlukan oleh radikal bebas agar tidak menjadi berbahaya (Putro, 1997). Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Karotenoid adalah salah satu sumber antioksidan alami yang dibutuhkan oleh tubuh kita guna sebagai penangkal radikal bebas (Wetipo, dkk., 2013), dan menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai (Putro, 1997), dan merupakan sumber utama pembentuk vitamin A untuk melindungi kulit dari


(33)

16

bahaya sinar matahari (Rohmatussolihat, 2009), serta meredam oksigen singlet serta pendeaktivasi radikal bebas (Panjaitan, dkk., 2008).

2.5 Sediaan Krim

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1979). Menurut Farmakope Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Ditjen POM, 1995). Krim dapat diformulasikan dalam 2 tipe yaitu tipe m/a emulsi minyak dalam air dan tipe a/m atau air dalam minyak. Kedua fase yang berbeda dalam krim distabilkan dengan penambahan surfaktan (Ansel, 1989). Krim tipe emulsi minyak dalam air lebih disukai konsumen karena tidak memberikan kesan lengket dan berminyak serta lebih mudah dibersihkan dibandingkan krim tipe emulsi air dalam minyak (Mishra, et al., 2014).

2.6 Skin Analyzer

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasan pada skin analyzer

menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter dari masing-masing pengukuran yang


(34)

17

telah diatur sedemikian rupa pada alat tersebut. Ketika hasil pengukuran muncul dalam bentuk angka, maka secara bersamaan kriteria hasil pengukuran akan keluar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh pengguna yang memeriksa ataupun pasien. Parameter hasil pengukuran skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer Pengukuran Parameter

Moisture

(kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51- 100

Evenness

(Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100

Pore

(Pori)

Kecil Besar Sangat besar

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput

0 – 19 20 – 52 53 – 100


(35)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, meliputi pembuatan ekstrak, karakterisasi dan pengukuran kadar antioksidan ekstrak serat mesokarp kelapa sawit di Laboratorium Oleo Pangan, Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, formulasi sediaan krim serta pengukuran efektivitas anti-aging di Laboratorium Kosmetologi dan stabilitas fisik sediaan krim di Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Serat mesokarp kelapa sawit diambil dari hasil pengepressan buah kelapa sawit di pabrik kelapa sawit (PKS) Pabatu, PT. Perkebunan Nusantara IV di Serdang Badagai, Sumatera Utara. Dosis krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit diperoleh dari hasil pengukuran kadar antioksidan ekstrak dengan variasi konsentrasi 0,5; 1; 2; 3 dan 5%. Pemeriksaan terhadap sediaan krim meliputi uji homogenitas, tipe emulsi, iritasi kulit, pH, viskositas, stabilitas penyimpanan selama 90 hari dalam suhu kamar dan pembuktian kemampuan sediaan krim sebagai anti-aging selama 4 minggu.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium, lumpang porselen, stamfer, cawan porselen, spatula, sudip, pot plastik, pipet tetes, penangas air, oven, timbangan analitis (Satorius), rotary evaporator vacuum (BUCHI), Sentrifugator, pH meter (Hanna Instrumen), skin analyzer dan moisture checker (Aramo Huvis), viskometer (Brookfield) dan spektrofotometer UV-Vis farmaspek 1700 (Shimadzu).


(36)

19 3.1.2 Bahan-bahan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat mesokarp kelapa sawit. Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah n-heksan teknis (PT. MAP), n-heksan p.a merck), kloroform p.a merck), metanol p.a (E-merck), DPPH (1,1 diphenyl-2-picryl-hidrazyl), alkohol 95%, indikator phenolphthalein (PP) 1%, kalium hidroksida teknis dan kalium hidroksida 0,1 N, asam stearat, setil alkohol, sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben, air suling dan oleum citri.

3.2 Sukarelawan

Pemilihan sukarelawan dilakukan di Fakultas Farmasi USU berdasarkan kriteria inklusi antara lain wanita berusia sekitar 20 - 30 tahun, diperiksa dalam keadaan rileks menggunakan alat skin analyzer, memiliki tanda-tanda penuaan dini, tidak memiliki riwayat alergi pada kulit dan telah dikondisikan tidak menggunakan krim lain selama 4 minggu untuk terapi anti-aging. Sukarelawan bersedia mengikuti penelitian sampai selesai dan bersedia dilakukan uji iritasi dan uji efektivitas sediaan krim sebagai anti-aging selama penelitian berlangsung. Sukarelawan bersedia menandatangani surat pernyataan yang menyatakan ”setuju untuk ikut serta dalam penelitian”. Contoh surat pernyataan sukarelawan yang ikut serta dalam penelitian pada Lampiran 14 halaman 104.

3.3 Pembuatan Ekstrak

Serat mesokarp kelapa sawit diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut n-heksan. Ditimbang sebanyak 20 kg serat mesokarp sawit dimasukkan ke dalam sebuah wadah gelap, kemudian diekstraksi dengan pelarut n-heksan


(37)

20

sebanyak 80 L (1:4) sampai seluruh serat terendam, ditutup dan disimpan selama 2×24 jam terlindung dari cahaya dan kedap udara sambil sering diaduk, kemudian disaring hingga didapat maserat. Ampas serat dimaserasi kembali selama 2×24 jam sebanyak 2 kali menggunakan prosedur yang sama. Kemudian, seluruh hasil maserasi digabung, diserkai, dan dienap tuangkan. Dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ±40°C hingga diperoleh ekstrak kental (minyak). Ekstrak kental tersebut kemudian disentrifuge untuk mengendapkan asam lemak bebas dan filtratnya diambil sebagai sampel untuk melakukan formulasi sediaan krim.

3.4 Karakterisasi Serat dan Ekstrak Serat Mesokarp Kelapa Sawit 3.4.1 Penetapan kadar air serat mesokarp kelapa sawit

Ditimbang serat di dalam cawan yang sudah dikeringkan sebanyak 10 g. Selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada suhu 110°C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang setiap 30 menit pada periode pengeringan sampai diperoleh berat konstan.

Rumus:

% Kadar air= W 1 − W 2 W 1

×

100

Keterangan: W1 = Berat serat sebelum dikeringkan W2 = Berat serat setelah dikeringkan

3.4.2 Penetapan kadar air ekstrak serat mesokarp kelapa sawit

Sebanyak 10 gram ekstrak yang sudah dilelehkan tersebut ke dalam wadah kering. Keringkan di dalam oven pada suhu 130°±2°C selama 30 menit, kemudian segera masukkan ke dalam desikator, dinginkan selama 15 menit, lalu timbang. Ulangi pengeringan dalam oven selama 30 menit, pendinginan dalam desikator


(38)

21

dan penimbangan beberapa kali, sampai selisih berat antara 2 penimbangan berturut-turut tidak melebihi 0,02% dari berat sampel (SNI 01-2901-2006).

Rumus:

% Kadar air= W 1 − W 2 W 1

×

100

Keterangan: W1 = Berat ekstrak sebelum dikeringkan W2 = Berat ekstrak setelah dikeringkan

3.4.3 Penetapan asam lemak bebas ekstrak serat mesokarp kelapa sawit Ekstrak dalam keadaan cair sebelumnya dipanaskan tidak boleh lebih dari 10°C diatas titik leleh. Ditimbang sampel dalam botol sampel atau erlenmeyer 250 ml sebanyak 1 g. Selanjutnya ditambahkan alkohol yang telah dinetralisasi sebanyak 50 ml kemudian ditambahkan 1 - 2 tetes indikator phenolphthalein (PP). Kemudian dititrasi dengan kalium hidroksida yang telah distandarisasi sampai terbentuk warna merah muda (merah jambu) yang stabil untuk minimal selama 30 detik (SNI 01-2901-2006).

Rumus:

% ALB= VT × N ×BM asam palmitat

BS ×1000

× 100

Keterangan: N = Normalitas KOH

BM asam palmitat = 256 g/mol BS = Berat sampel

VT = Volum titrasi

3.4.4 Penetapan bilangan DOBI (Deterioration of Bleachability Index) ekstrak serat mesokarp kelapa sawit

Ditimbang 0,1 g ekstrak dimasukkan ke dalam labu ukuran 10 ml. Kemudian ditambahkan n-heksan sampai garis tanda. Dibaca absorbansi di spektrofotometer UV-Vis pada λ = 269 nm dan λ = 446 nm.

Rumus:

DOBI = Absorbansi λ=446 nm


(39)

22

3.4.5 Penetapan kadar karoten ekstrak serat mesokarp kelapa sawit

Dilelehkan ekstrak dibawah titik leleh. Kemudian ditimbang 0,0445 g sampel dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Lalu ditambahkan n-heksan sampai garis tanda (LIB) dihomogenkan dan diambil 100 µl dari LIB kemudian diencerkan di labu tentukur 10 ml dengan n-heksan sampai garis tanda. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang (λ) = 446 nm (PORIM, 1998).

Rumus:

Total karotenoid (ppm) =

B

BMKaroten

Abs

V

×

×

Keterangan: V = Volume pengenceran Abs = Absorbansi

BM Karoten = 383 g/mol

B = Berat sampel yang ditimbang

3.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan

3.5.1 Prinsip metode peredaman radikal bebas DPPH

Pengukuran peredaman radikal DPPH (1,1 diphenyl-2-picryl-hidrazyl) oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

3.5.2 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Sebanyak 19,7 mg DPPH dilarutkan dalam metanol hingga volume 100 ml untuk mendapatkan larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm). Dipipet sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 40 ppm). Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 400 - 800 nm (Rohman, 2007).


(40)

23

3.5.3 Pembuatan larutan induk baku ekstrak (LIB ekstrak)

Sebanyak 25 mg ekstrak serat mesokarp kelapa sawit ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dilarutkan dengan 3 ml kloroform lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 1000 ppm).

3.5.4 Penentuan aktivitas antioksidan sampel uji

Larutan induk baku ekstrak dipipet sebanyak 0,13 ml; 0,52 ml; 1 ml; 2,1 ml; 2,6 ml; 3,13 ml dan 3,9 ml ke dalam labu tentukur 10 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 0,5 ppm; 2 ppm; 4 ppm; 8 ppm; 10 ppm; 12 ppm dan 15 ppm, ditambahkan 2 ml kloroform, lalu dikocok. Setelah itu, ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0,5 mM (40 ppm) ke dalam masing-masing labu tentukur lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Pengukuran dilakukan setelah didiamkan selama 60 menit menggunakan spektrofotometer UV-visible pada panjang gelombang 516 nm.

3.5.5 Penentuan nilai IC50

Nilai IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji (µg/ml) yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50% (mampu menghambat/meredam proses oksidasi sebesar 50%). Nilai 0% berarti tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100% berarti peredaman total dan pengujian perlu dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai % peredaman (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu Y). Nilai IC50 (konsentrasi sample uji yang mampu memerangkap radikal bebas sebesar 50%) digunakan


(41)

24

sebagai parameter untuk menentkan aktivitas antioksidan sample uji (Prakash, 2001).

3.6 Formulasi Sediaan Krim

3.6.1 Formula standar krim (Young, 1972) R/ Asam stearat 12 g

Setil alkohol 0,5 g Sorbitol 5 g Propilen glikol 3 g Trietanolamin 1 g Gliserin 1-5 tetes

Metil paraben 1 sendok spatula Parfum 1-3 tetes

Akuades ad 100 3.6.2 Formula modifikasi

Formula krim yang digunakan dimodifikasi tanpa gliserin, karena fungsinya sama dengan propilen glikol dan sorbitol sebagai humektan.

R/ Asam stearat 12 Setil alkohol 0,5

Sorbitol 5

Propilen glikol 3

Trietanolamin 1

Nipagin q.s

Parfum 1-3 tetes

Air suling ad 100

Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging dengan variasi konsentrasi 0,5; 1; 2; 3 dan 5%. Perhitungan dosis dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 90. Formulasi dasar krim tanpa ekstrak dibuat sebagai blanko. Rancangan formulasi dapat dilihat pada Tabel 3.1 di halaman 25 berikut ini.


(42)

25 Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim

Bahan Konsentrasi (%) b/b

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Basis Krim 100 99,5 99 98 97 95

Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit - 0,5 1 2 3 5

Oleum citri (tetes) 3 3 3 3 3 3

Keterangan: F: Formula, F1: Dasar krim (blanko), Krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5%, F3: 1%, F4: 2%, F5: 3%, F6: 5%

3.6.3 Pembuatan sediaan krim

Asam stearat, setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air pada suhu 70°C (massa I). Sorbitol, propilen glikol, Trietanolamin, metil paraben dilarutkan di dalam air panas bersuhu 70°C yang telah ditakar (massa II). Direndam lumpang porselen dan alu dalam air panas yang suhunya 70°C selama 10 menit. Kemudian keringkan lumpang dan alu, masukkan massa I ke dalam lumpang, kemudian massa II digerus konstan sampai hampir terbentuk massa krim ditambah ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan variasi konsentrasi pada masing-masing formula, kemudian gerus kembali dan ditambahkan 3 tetes oleum citri, dihomogenkan sampai terbentuk krim. Bagan pembuatan sediaan krim dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 65.

3.7 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim 3.7.1 Homogenitas sediaan krim

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).


(43)

26 3.7.2 Tipe emulsi sediaan krim

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke dalam sediaan, jika homogen dalam fase luar sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah tipe minyak dalam air (m/a), tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi air dalam minyak (a/m) (Ditjen POM, 1985).

3.7.3 Pengukuran pH sediaan krim

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu di timbang 1 gram sediaan dan diencerkan hingga 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada hari ke 0, 7, 14, 21, 28 dan 90 (Rawlins, 2003).

3.7.4 Pengamatan stabilitas sediaan krim

Masing-masing formula krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna dan pH di evaluasi selama penyimpanan 90 hari dengan interval pengamatan 0, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari (National Health Surveillance Agency, 2005).

3.8 Penentuan Viskositas Sediaan Krim

Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer Brookfield. Caranya: sediaan dimasukkan kedalam gelas sampai mencapai volume 100 ml,


(44)

27

lalu spindel 64 diturunakan hingga spindel tercelup ke dalam formulasi. Selanjutnya alat dihidupkan dengan menekan tombol ON. Kecepata spindel diatur 12 rpm, kemudian dibaca skalanya (dial reading) dimana jarum merah yang bergerak telah stabil. Nilai viskositas (ɳ) dalam sentipoise (cps) diperoleh dari hasil perkalian skala baca (dial reading) dengan faktor koreksi (f) khusus untuk masing- masing kecepatan spindel. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada hari ke 0, 7, 14, 21, 28 dan 90.

3.9Pengujian Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan gatal, kemerahan dan pengkasaran pada kulit.

Cara: Kosmetika dioleskan di belakang telinga atau di bagian lengan bawah, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa gatal, kemerahan dan pengkasaran pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).

3.10 Pengujian Efektivitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan

Pengujian efektivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan sebanyak 9 orang yang dipakai kulit mata kanan dan kiri bagian lateral (menyamping) dan dibagi menjadi 6 kelompok. Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi awal kulit mata bagian lateral atau pada area uji yang telah ditandai dengan berbagai pameter uji, seperti: kadar air (moisture), kehalusan (evenness), besar pori (pore), banyaknya noda (spot), keriput (wrinkle) dan kedalaman keriput (wrinkle’s depth) dengan menggunakan alat skin analyzer dan moisture checker. Perawatan mulai dilakukan dengan membagikan sediaan krim sesuai konsentrasi


(45)

28

yang telah ditetapkan di atas untuk dipakai dirumah. Pemakaian krim mulai dilakukan dengan pengolesan hingga merata setiap dua kali sehari yaitu pada malam dan pagi hari setiap hari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan alat skin analyzer dan

moisture checker, terdiri dari beberapa kelompok, yaitu: a. 3 sukarelawan pertama

kelompok I : 3 kulit pada mata kanan bagian lateral untuk formula blanko (krim tanpa ekstrak serat mesokarp kelapa sawit)

kelompok II : 3 kulit pada mata kiri bagian lateral untuk formula dengan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit konsentrasi 0,5%

b. 3 sukarelawan kedua

kelompok III : 3 kulit mata kanan bagian lateral untuk formula dengan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit konsentrasi 1%

kelompok IV : 3 kulit mata kiri bagian lateral untuk formula dengan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit konsentrasi 2%

c. 3 sukarelawan ketiga

kelompok V : 3 kulit mata kanan bagian lateral untuk formula dengan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit konsentrasi 3%

kelompok VI : 3 kulit mata kiri bagian lateral untuk formula dengan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit konsentrasi 5%.

3.11 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Smirnov) 17. Pertama data dianalisis menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas dan


(46)

29

normalitasnya. Kemudian dilanjutkan dianalisis menggunakan metode One Way

ANAVA untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.


(47)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Serat Mesokarp Kelapa Sawit

Hasil ekstraksi dari 20 kg serat mesokarp kelapa sawit dengan menggunakan pelarut n-heksan 80 L, kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ±40°C sampai diperoleh ekstrak berupa minyak sebanyak 1,53 kg (7,65%). Gambar ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 69.

4.2 Hasil Karakterisasi

Hasil karakterisasi serat dan ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 84. Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serat dan ekstrak mesokarp kelapa sawit

No Pemeriksaan Kadar

1 Kadar air serat 4,31%

2 Kadar air ekstrak 2,19%

3 Kadar asam lemak bebas ekstrak 9,46%

4 Nilai DOBI (Deterioration of Bleachability Index) ekstrak 3,63

5 Kadar karotenoid ekstrak 3835 ppm

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1 di atas, mutu ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas, karena jika kadar asam lemak bebas tinggi akan dapat menimbulkan ketidakstabilan pada sediaan krim berupa warna, bau dan timbulnya jamur. Kadar air dapat mengakibatkan naiknya kadar asam lemak bebas, karena air menyebabkan hidrolisa pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase di dalam minyak tersebut (Silaban, dkk., 2013). Hasil penetapan nilai DOBI dari ekstrak serat mesokarp kelapa sawit adalah 3,63. Menurut SNI 01-2901-2006, tentang hubungan DOBI dengan kualitas yang baik


(48)

31

adalah 2,93-3,23. Hal ini diketahui bahwa ekstrak memiliki kualitas yang baik karena di atas rentang dari nilai tersebut dan tingkat oksidasi ekstrak mesokarp kelapa sawit ini lebih baik dari Crude Palm Oil (CPO), warnanya tidak pucat sehingga masih kaya dengan karoten. DOBI dilakukan untuk menentukan tingkat oksidasi minyak (ekstrak) (Jusoh, et al., 2013).

4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan

Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan metode peredaman radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl) secara spektrofotometri.

4.3.1 Hasil penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel. Data hasil pengukuran panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol secara spektrofotometri visible

Hasil pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel menunjukkan bahwa larutan DPPH dalam metanol menghasilkan serapan maksimum sebesar 1,0361 ppm pada


(49)

32

panjang gelombang 516 nm dan termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak (400 nm - 800 nm) (Rohman, 2007).

4.3.2 Hasil analisis persen peredaman DPPH oleh sample uji

Aktivitas antioksidan ekstrak serat mesokarp kelapa sawit diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi DPPH pada menit ke-60 dengan adanya penambahan larutan uji dengan konsentrasi 0,5 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm dan 15 ppm yang dibandingkan dengan kontrol DPPH (tanpa penambahan larutan uji). Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dapat dilihat adanya penurunan nilai absorbansi DPPH yang diberi larutan uji terhadap kontrol pada setiap kenaikan konsentrasi. Penurunan nilai absorbansi menunjukkan aktivitas antioksidan yang semakin besar. Penurunan nilai yang terjadi terhadap DPPH karena adanya transfer elektron atom hidrogen antioksidan kepada DPPH, sehingga interaksi ini akan menetralkan radikal bebas dari DPPH. Elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan ditandai dengan warna larutan yang berubah dari ungu tua menjadi kuning terang (Molyneux, 2004). Penurunan absorbansi dan persen peredaman DPPH dengan penambahan ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.2. Perhitungan persen peredaman dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 88. dan hubungan antara konsentrasi dengan persen peredaman radikal bebas DPPH oleh ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dapat dilihat Gambar 4.2 pada halaman 33 berikut ini.


(50)

33

Tabel 4.2 Hasil penurunan absorbansi dan persen peredaman DPPH oleh ekstrak serat mesokarp kelapa sawit

Larutan uji Konsentrasi (ppm)

Absorbansi % Peredaman % Peredaman

Rata-rata

I II I II

ekstrak serat mesokarp kelapa sawit

DPPH 1,01001 1,11523 0 0 0

0,5 ppm 0,95215 1,00623 5,72 9,77 7,75

2 ppm 0,81274 0,97241 19,53 12,80 16,17

4 ppm 0,65039 0,70581 35,60 36,71 36,16

8 ppm 0,4426 0,46826 56,17 58,01 57,1

10 ppm 0,40955 0,44531 60,64 60,07 60,36

12 ppm 0,3501 0,37915 65,33 66,00 65,67

15 ppm 0,30298 0,31946 70,00 71,35 70,68

Gambar 4.2 Hubungan konsentrasi dengan persen peredaman radikal bebas DPPH oleh ekstrak serat mesokarp kelapa sawit.

4.3.3 Nilai IC50

Nilai IC50 diperoleh berdasarkan perhitungan persamaan regresi linier yang diperoleh dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman DPPH sebagai parameter aktivitas antioksidan, dimana konsentrasi sampel (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai % pemerangkapan sebagai ordinat (sumbu Y). Nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang mampu memerangkap radikal bebas sebesar 50%) digunakan sebagai parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan sampel uji (Prakash, 2001). Hasil nilai korelasi (r2) yang didapat

0 20 40 60 80 100

DPPH 0,5 2 4 8 10 12 15

% P er ed am an


(51)

34

adalah 0,9323, dimana hasil regresi ini tidak sempurna akibat tidak dilakukannya

operating time dari DPPH, dan sulitnya mencampurkan 2 larutan yang memiliki perbedaan kepolaran antara pelarut n-heksan untuk ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dan pelarut metanol untuk DPPH, serta kekeliruan dalam memipet suatu larutan sehingga melewati batas kestabilan absorbansi dari campuran larutan yang diukur di spektrofotometer UV-Visible. Persamaan regresi dan hasil analisis IC50 dari ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Persamaan regresi dan hasil analisis IC50 yang diperoleh dari ekstrak

serat mesokarp kelapa sawit

Larutan Uji Persamaan regresi IC50 (ppm)

Ekstrak serat mesokarp kelapa sawit Y= 4,82 X + 8,19 8,67

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa aktivitas antioksidan ekstrak serat mesokarp kelapa sawit termasuk dalam kategori sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 5,26 ppm. Senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 bernilai 50 - 100 ppm, sedang jika IC50 bernilai 100 - 150 ppm dan lemah jika IC50 bernilai 151 - 200 ppm (Mardawati, dkk., 2008).

4.4 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim 4.4.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan krim

Hasil pengamatan homogenitas dari semua sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dan blanko dapat dilihat pada Tabel 4.4 di Halaman 35 dan gambarnya pada Lampiran 7 halaman 73. Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui bahan-bahan sediaan krim apakah terdistribusi secara merata.


(52)

35

Tabel 4.4 Data pengamatan homogenitas sediaan krim Formula Lama Pengamatan (Minggu)

0 1 2 3 4 12

F1 - - - -

F2 - - - -

F3 - - - -

F4 - - - -

F5 - - - -

F6 - - - -

Keterangan: F: Formula, F1: blanko (tanpa ekstrak) dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5%, F3: 1 %, F4: 2%, F5: 3%, F6:5%, √: ada butiran kasar, -: homogen

Berdasarkan hasil pengamatan homogenitas krim pada Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat tidak terdapat butiran kasar pada gelas objek, maka semua sediaan krim dikatakan homogen.

4.4.2 Pemeriksaan tipe emulsi sediaan krim

Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Lampiran 7 halaman 73.

Tabel 4.5 Data kelarutan metil biru pada sediaan krim

No Formula Kelarutan Biru Metil pada Sediaan

Ya Tidak

1 F1 -

2 F2 -

3 F3 -

4 F4 -

5 F5 -

6 F6 -

Keterangan: F: Formula, F1: blanko (tanpa ekstrak) dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5%, F3: 1 %, F4: 2%, F5: 3%, F6:5% Hasil tipe emulsi sediaan krim pada tabel di atas, untuk semua sediaan krim menunjukkan warna biru metil dapat homogen atau tersebar merata di dalam krim sehingga dapat dibuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe


(53)

36

emulsi minyak dalam air (m/a) (Ditjen POM, 1985). Tipe emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih mudah menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan adanya pencucian.

4.4.3 Hasil pengukuran pH sediaan

Hasil pengukuran pH sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan pH meter. Tabel 4.6 di bawah ini, memperlihatkan bahwa semakin banyak konsentrasi ekstrak serat mesokarp kelapa sawit yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka pH semakin menurun atau semakin asam. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya kandungan asam lemak yang terdapat di dalam ekstrak dan adanya air juga dapat mempengaruhi pH menjadi asam karena terjadi hidrolisa pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase di dalam minyak tersebut (Silaban, dkk., 2013). Penurunan pH ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu 4,5 – 6,5 dan masih aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007).

Tabel 4.6 Data pengukuran pH sediaan krim Formula Lama Pengamatan (Minggu)

0 1 2 3 4 12

F1 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,0

F2 6,3 6,3 6,3 6,2 6,1 5,9

F3 6,2 6,3 6,2 6,2 6,1 5,9

F4 6,2 6,2 6,2 6,1 6,0 5,8

F5 6,2 6,2 6,2 6,0 5,9 5,6

F6 6,1 6,2 6,2 6,0 5,9 5,5

Keterangan: F: Formula, F1: blanko (tanpa ekstrak) dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5%, F3: 1 %, F4: 2%, F5: 3%, F6:5% Asam lemak bebas (trigliserida) yang tinggi dalam sediaan krim menyebabkan pH asam, walaupun bersifat asam, dalam bidang kesehatan asam


(54)

37

oleat bermanfaat untuk kesehatan kulit yaitu sebagai kelembaban kulit (Mora, dkk., 2013).

4.4.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan krim

Hasil organoleptis sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit yang dibuat dengan berbagai variasi konsentrasi ekstrak dan blanko memiliki perbedaan kecerahan warna dari masing-masing sediaan, data organoleptis dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan data hasil pengamatan stabilitas selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.7 Data organoleptis sediaan krim yang dibuat Formula Penampilan

Warna Bau Konsistensi

F1 Putih Jeruk semi padat

F2 Putih kekuningan Jeruk semi padat

F3 Putih kekuningan Jeruk semi padat

F4 Putih kekuningan Jeruk semi padat

F5 Kuning Jeruk semi padat

F6 Oranye Jeruk semi padat

Keterangan: F: Formula, F1: blanko (tanpa ekstrak) dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5%, F3: 1 %, F4: 2%, F5: 3%, F6:5% Tabel 4.8 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat

sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari

No Formula Pengamatan (Hari) Selesai

dibuat

7 hari 14 hari 21 hari 28 hari 90 hari

X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z

1 F1 - - - -

2 F2 - - - -

3 F3 - - - -

4 F4 - - - -

5 F5 - - - -

6 F6 - - - -

Keterangan: F: Formula, F1: blanko (tanpa ekstrak) dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5%, F3: 1 %, F4: 2%, F5: 3%, F6:5%, X: perubahan warna, Y: perubahan bau, Z: pecahnya emulsi, dan - : tidak terjadi


(55)

38

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 90 hari memberikan hasil yang baik yaitu tidak mengalami perubahan warna, bau dan pemisahan pada fase emulsinya. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi penampilan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit stabil dalam penyimpanan selama 90 hari. Gambar sediaan krim yang telah dibuat disimpan selama 90 hari di dalam suhu kamar dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 70.

Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan warna, bau dan pH selama penyimpanan. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi jika bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan tersebut teroksidasi. Sediaan emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami creaming dan inversi. Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana lapisan yang satu mengandung butir-butir tetesan (fase terdispersi) lebih banyak daripada lapisan yang lain (Martin, dkk., 2009). Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi dari tipe minyak dalam air (m/a) menjadi air dalam minyak (a/m) atau sebaliknya (Anief, 2000).

4.5 Hasil Viskositas Sediaan Krim

Hasil penentuan viskositas sediaan krim dilakukan menggunakan viskometer Brookfield pada semua sediaan krim yang telah dibuat. Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa viskositas sediaan krim adalah menurun, hal tersebut merupakan sifat aliran tiksotropik yang merupakan suatu sifat yang diharapkan dalam suatu sediaan farmasetika, yaitu mempunyai kosistensi yang tinggi dalam wadah namun dapat dituang dan tersebar dengan mudah, sehingga pola sifat aliran ini dikehendaki untuk krim (Martin, dkk., 2009). Hal ini disebabkan karena


(56)

39

adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera atau dikatakan lain adanya pergeseran aplikasi.

Viskositas yang dapat diterima untuk sediaan semisolid membutuhkan pemencetan dari tube adalah sekitar 50 - 100 Poise dengan nilai optimumnya 200 Poise (Mahanani, dkk., 2012). Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 91. Hasil penentuan viskositas sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.9 bawah ini.

Tabel 4.9 Data hasil pengukuran viskositas sediaan krim selama 90 hari (3 bulan) Formula Pengamatan (Minggu)

0 1 2 3 4 12

F1 135 135 132,5 125 122,5 97,5

F2 125 125 122,5 125 110 97,5

F3 107 107 102,5 100 97,5 87,5

F4 97,5 97,5 95 92,5 90 65

F5 90 90 90 87,5 85 60

F6 87,5 87,5 87,5 85 85 60

Keterangan: F: Formula, F1: blanko (tanpa ekstrak) dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5%, F3: 1 %, F4: 2%, F5: 3%, F6:5%. 4.6 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang tipis di bagian bawah lengan dibiarkan selama 24 jam.

Tabel 4.10 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan No Pernyataan Sukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2 Gatal - - - -

3 Kemerahan - - - - 4 Pengkasaran kulit - - - - Keterangan: +: gatal, ++: Kemerahan, +++: pengkasaran kulit, -: Tidak terjadi


(57)

40

Berdasarkan data pada Tabel 4.10 pada halaman 39, menunjukkan ternyata terlihat tidak ada efek samping berupa gatal, kemerahan dan pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan krim yang dioleskan ke kulit.

4.7 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan

Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan skin analyzer Aramo, parameter uji meliputi pengukuran kadar air (moisture), kehalusan kulit (evenness) dan besar pori (pore), banyaknya noda (spot), keriput (wrinkle) dan kedalaman keriput (wrinkle’s depth). Pengukuran efektivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit mata bagian lateral sukarelawan bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh krim ekstrak mesokarp kelapa sawit dalam memulihkan kulit yang mengalami penuaan dini. Contoh hasil pengukuran uji efektivitas anti-aging dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 74. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging dianalisis secara statistik dengan metode ANAVA lalu dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan pada sukarelawan. Pengujian Post Hoc Tukey HSD dilakukan untuk melihat kelompok formula mana yang memiliki efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai terbesar atara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap semua perlakuan dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4.

4.7.1 Kadar air (Moisture)

Kadar air kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur menggunakan alat

moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.11 pada halaman 41 dan Gambar 4.3 pada halaman 42 berikut ini.


(1)

99

MingguII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Tukey HSDa Krim 5% 3 24,33

Krim 3% 3 24,67

Krim 2% 3 24,00

Krim 1% 3 25,00

Krim 0,5% 3 26,33 26,33

Krim Blanko 3 28,67

Sig. ,129 ,129

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguIII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Tukey HSDa Krim 5% 3 22,33

Krim 3% 3 23,00

Krim 2% 3 23,33

Krim 1% 3 24,00 24,00

Krim 0,5% 3 26,67 26,67

Krim Blanko 3 28,33

Sig. ,475 ,098 ,475

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguIV

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Tukey HSDa Krim 5% 3 20,00

Krim 3% 3 21,33

Krim 2% 3 22,67 22,67

Krim 1% 3 22,33 22,33

Krim 0,5% 3 25,67 25,67

Krim Blanko 3 27,67

Sig. ,145 ,219 ,600

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.


(2)

100

ANOVA

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. Sebelum Between Groups 3,611 5 ,722 1,300 ,327

Within Groups 6,667 12 ,556

Total 10,278 17

MingguI Between Groups 19,778 5 3,956 3,956 ,058 Within Groups 12,000 12 1,000

Total 31,778 17

MingguII Between Groups 51,333 5 10,267 6,600 ,004 Within Groups 18,667 12 1,556

Total 70,000 17

MingguIII Between Groups 115,611 5 23,122 11,561 ,000 Within Groups 24,000 12 2,000

Total 139,611 17

MingguIV Between Groups 145,333 5 29,067 32,700 ,000 Within Groups 10,667 12 ,889

Total 156,000 17

Sebelum

PEMULIHAN

N

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSDa

Krim 5% 3 27,00

Krim 3% 3 27,00

Krim 2% 3 27,67

Krim 1% 3 28,00

Krim 0,5% 3 28,00

Krim Blanko 3 28,00

Sig. ,589

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguI

PEMULIHAN

N

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSDa

Krim 5% 3 25,33

Krim 3% 3 26,00

Krim 2% 3 27,67

Krim 1% 3 27,67

Krim 0,5% 3 28,00

Krim Blanko 3 28,00

Sig. ,058

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.


(3)

101

MingguII

PEMULIHAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Tukey HSDa

Krim 5% 3 23,00

Krim 3% 3 25,33 25,33

Krim 1% 3 27,00

Krim 0,5% 3 27,33

Krim Blanko 3 27,67

Krim 2% 3 27,67

Sig. ,269 ,269

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguIII

PEMULIHAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Tukey HSDa

Krim 5% 3 20,67

Krim 3% 3 24,33 24,33

Krim 2% 3 27,00

Krim 1% 3 27,00

Krim 0,5% 3 27,33

Krim Blanko 3 28,00

Sig. ,068 ,068

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguIV

PEMULIHAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Tukey HSDa

Krim 5% 3 20,00

Krim 3% 3 22,33

Krim 2% 3 26,67

Krim 1% 3 26,33

Krim 0,5% 3 26,67

Krim Blanko 3 28,00

Sig. ,086 ,320

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.


(4)

102

ANOVA

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. Sebelum Between Groups 76,944 5 15,389 8,147 ,001

Within Groups 22,667 12 1,889

Total 99,611 17

MingguI Between Groups 106,278 5 21,256 13,193 ,000 Within Groups 19,333 12 1,611

Total 125,611 17

MingguII Between Groups 107,167 5 21,433 12,056 ,000 Within Groups 21,333 12 1,778

Total 128,500 17

MingguIII Between Groups 167,111 5 33,422 31,663 ,000 Within Groups 12,667 12 1,056

Total 179,778 17

MingguIV Between Groups 239,167 5 47,833 26,906 ,000 Within Groups 21,333 12 1,778

Total 260,500 17

Sebelum

Tukey HSDa PEMULIHAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Krim 5% 3 38,67

Krim 3% 3 41,00 41,00

Krim 0,5% 3 41,67 41,67

Krim 1% 3 43,67

Krim Blanko 3 44,00

Krim 2% 3 44,67

Sig. ,152 ,058

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguI

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Tukey HSDa Krim 5% 3 37,67

Krim 3% 3 41,33

Krim 0,5% 3 41,67

Krim 1% 3 44,00

Krim Blanko 3 44,33

Krim 2% 3 44,67

Sig. 1,000 ,063

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.


(5)

103

MingguII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Tukey HSDa Krim 5% 3 37,33

Krim 3% 3 40,33 40,33

Krim 0,5% 3 41,67 41,67

Krim 1% 3 43,33 43,33

Krim 2% 3 44,00

Krim Blanko 3 44,33

Sig. ,134 ,134 ,214

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguIII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Tukey HSDa Krim 5% 3 35,00

Krim 3% 3 39,67

Krim 0,5% 3 40,67 40,67

Krim 1% 3 42,67 42,67

Krim 2% 3 43,00 43,00

Krim Blanko 3 44,33

Sig. 1,000 ,833 ,129 ,402

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguIV

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Tukey HSDa Krim 5% 3 32,67

Krim 3% 3 37,00

Krim 0,5% 3 40,67

Krim 1% 3 41,33

Krim 2% 3 41,67

Krim Blanko 3 43,67

Sig. 1,000 1,000 ,134

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.


(6)