Hasil pengukuran pH sediaan Kadar air Moisture

36 emulsi minyak dalam air ma Ditjen POM, 1985. Tipe emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih mudah menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan adanya pencucian.

4.4.3 Hasil pengukuran pH sediaan

Hasil pengukuran pH sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan pH meter. Tabel 4.6 di bawah ini, memperlihatkan bahwa semakin banyak konsentrasi ekstrak serat mesokarp kelapa sawit yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka pH semakin menurun atau semakin asam. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya kandungan asam lemak yang terdapat di dalam ekstrak dan adanya air juga dapat mempengaruhi pH menjadi asam karena terjadi hidrolisa pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase di dalam minyak tersebut Silaban, dkk., 2013. Penurunan pH ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu 4,5 – 6,5 dan masih aman untuk digunakan Tranggono dan Latifah, 2007. Tabel 4.6 Data pengukuran pH sediaan krim Formula Lama Pengamatan Minggu 1 2 3 4 12 F1 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,0 F2 6,3 6,3 6,3 6,2 6,1 5,9 F3 6,2 6,3 6,2 6,2 6,1 5,9 F4 6,2 6,2 6,2 6,1 6,0 5,8 F5 6,2 6,2 6,2 6,0 5,9 5,6 F6 6,1 6,2 6,2 6,0 5,9 5,5 Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5, F3: 1 , F4: 2, F5: 3, F6:5 Asam lemak bebas trigliserida yang tinggi dalam sediaan krim menyebabkan pH asam, walaupun bersifat asam, dalam bidang kesehatan asam 37 oleat bermanfaat untuk kesehatan kulit yaitu sebagai kelembaban kulit Mora, dkk., 2013.

4.4.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan krim

Hasil organoleptis sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit yang dibuat dengan berbagai variasi konsentrasi ekstrak dan blanko memiliki perbedaan kecerahan warna dari masing-masing sediaan, data organoleptis dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan data hasil pengamatan stabilitas selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 4.7 Data organoleptis sediaan krim yang dibuat Formula Penampilan Warna Bau Konsistensi F1 Putih Jeruk semi padat F2 Putih kekuningan Jeruk semi padat F3 Putih kekuningan Jeruk semi padat F4 Putih kekuningan Jeruk semi padat F5 Kuning Jeruk semi padat F6 Oranye Jeruk semi padat Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5, F3: 1 , F4: 2, F5: 3, F6:5 Tabel 4.8 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari No Formula Pengamatan Hari Selesai dibuat 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari 90 hari X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z 1 F1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 F2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 F3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 F4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 5 F5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 F6 - - - - - - - - - - - - - - - - - - Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5, F3: 1 , F4: 2, F5: 3, F6:5,

X: perubahan warna, Y: perubahan bau, Z: pecahnya emulsi, dan - : tidak terjadi

38 Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 90 hari memberikan hasil yang baik yaitu tidak mengalami perubahan warna, bau dan pemisahan pada fase emulsinya. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi penampilan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit stabil dalam penyimpanan selama 90 hari. Gambar sediaan krim yang telah dibuat disimpan selama 90 hari di dalam suhu kamar dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 70. Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan warna, bau dan pH selama penyimpanan. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi jika bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan tersebut teroksidasi. Sediaan emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami creaming dan inversi. Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana lapisan yang satu mengandung butir-butir tetesan fase terdispersi lebih banyak daripada lapisan yang lain Martin, dkk., 2009. Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi dari tipe minyak dalam air ma menjadi air dalam minyak am atau sebaliknya Anief, 2000.

4.5 Hasil Viskositas Sediaan Krim

Hasil penentuan viskositas sediaan krim dilakukan menggunakan viskometer Brookfield pada semua sediaan krim yang telah dibuat. Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa viskositas sediaan krim adalah menurun, hal tersebut merupakan sifat aliran tiksotropik yang merupakan suatu sifat yang diharapkan dalam suatu sediaan farmasetika, yaitu mempunyai kosistensi yang tinggi dalam wadah namun dapat dituang dan tersebar dengan mudah, sehingga pola sifat aliran ini dikehendaki untuk krim Martin, dkk., 2009. Hal ini disebabkan karena 39 adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera atau dikatakan lain adanya pergeseran aplikasi. Viskositas yang dapat diterima untuk sediaan semisolid membutuhkan pemencetan dari tube adalah sekitar 50 - 100 Poise dengan nilai optimumnya 200 Poise Mahanani, dkk., 2012. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 91. Hasil penentuan viskositas sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.9 bawah ini. Tabel 4.9 Data hasil pengukuran viskositas sediaan krim selama 90 hari 3 bulan Formula Pengamatan Minggu 1 2 3 4 12 F1 135 135 132,5 125 122,5 97,5 F2 125 125 122,5 125 110 97,5 F3 107 107 102,5 100 97,5 87,5 F4 97,5 97,5 95 92,5 90 65 F5 90 90 90 87,5 85 60 F6 87,5 87,5 87,5 85 85 60 Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit F2: 0,5, F3: 1 , F4: 2, F5: 3, F6:5.

4.6 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang tipis di bagian bawah lengan dibiarkan selama 24 jam. Tabel 4.10 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan No Pernyataan Sukarelawan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2 Gatal - - - - - - - - - - - - 3 Kemerahan - - - - - - - - - - - - 4 Pengkasaran kulit - - - - - - - - - - - - Keterangan: +: gatal, ++: Kemerahan, +++: pengkasaran kulit, -: Tidak terjadi 40 Berdasarkan data pada Tabel 4.10 pada halaman 39, menunjukkan ternyata terlihat tidak ada efek samping berupa gatal, kemerahan dan pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan krim yang dioleskan ke kulit.

4.7 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan

Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan skin analyzer Aramo, parameter uji meliputi pengukuran kadar air moisture, kehalusan kulit evenness dan besar pori pore, banyaknya noda spot, keriput wrinkle dan kedalaman keriput wrinkle’s depth. Pengukuran efektivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit mata bagian lateral sukarelawan bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh krim ekstrak mesokarp kelapa sawit dalam memulihkan kulit yang mengalami penuaan dini. Contoh hasil pengukuran uji efektivitas anti-aging dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 74. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging dianalisis secara statistik dengan metode ANAVA lalu dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan pada sukarelawan. Pengujian Post Hoc Tukey HSD dilakukan untuk melihat kelompok formula mana yang memiliki efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai terbesar atara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap semua perlakuan dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4.

4.7.1 Kadar air Moisture

Kadar air kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.11 pada halaman 41 dan Gambar 4.3 pada halaman 42 berikut ini. 41 Tabel 4.11 Data hasil pengukuran kadar air moisture pada kulit mata bagian lateral sukarelawan Krim Sukarelawan Persentase kadar air Kondisi Awal Waktu Hari 7 14 21 28 A 1 28 29 29 30 30 2 27 28 29 30 31 3 27 28 29 31 30 27,33 ± 0,58 28,33 ± 0,58 29,00 ± 0,00 30,33 ± 0,58 30,33 ± 0,58 B 1 28 30 30 31 31 2 28 30 31 31 32 3 28 30 31 31 32 28,00 ± 0,00 30,00 ± 0,00 30,67 ± 0,58 31,00 ± 0,00 31,67 ± 0,58 C 1 27 30 30 31 32 2 28 30 31 33 33 3 28 30 32 32 33 27,67 ± 0,58 30,00 ± 0,00 31,00 ± 1,00 32,00 ± 1,00 32,67 ± 0,58 D 1 29 31 31 33 33 2 28 30 30 32 33 3 29 31 31 32 32 28,67 ± 0,58 30,67 ± 0,58 30,67 ± 0,58 32,33 ± 0,58 32,33 ± 0,58 E 1 28 30 31 32 33 2 28 32 32 33 34 3 27 30 30 31 32 27,67 ± 0,58 30,67 ± 1,15 31,00 ± 1,00 32,00 ± 1,00 33,00 ± 1,00 F 1 29 31 33 33 34 2 28 31 32 33 33 3 28 32 32 33 33 28,33 ± 0,58 31,33 ± 0,58 32,33 ± 0,58 33,00 ± 0,00 33,33 ± 0,58 Keterangan: A: Dasar krim blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit B: 0,5, C: 1, D: 2, E: 3, F: 5. Nilai pengukuran: 0 - 29 dehidrasi, 30 - 50 normal, 51 - 100 hidrasi Aramo, 2012. 42 Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kadar air moisture pada kulit mata bagian lateral sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 0,5; 1; 2; 3 dan 5 selama 4 minggu. Hasil telah diperoleh pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.3, menunjukkan bahwa kondisi awal kulit mata bagian lateral semua kelompok sukarelawan adalah dehidrasi 0 - 29. Hasil analisa statistik dari data yang diperoleh pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.3, sebelum perawatan tidak terdapat perbedaan yang signifikan p ≥ 0,05 antara kelompok sediaan krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit dengan blanko. Perawatan minggu ke-1 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 2; 3 dan 5 dengan blanko. Minggu ke-2 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 1; 3 dan 5 dengan blanko. Minggu ke-3 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 2 dan 5 dengan krim 0,5 dan blanko. Minggu ke-4 terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 terlihat pada krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 1; 3 dan 5 dengan blanko. Sediaan krim yang menghasilkan efek terbesar dalam meningkatkan kadar air kulit terlihat pada krim ekstrak serat 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 P ers en ta se k a d a r a ir Minggu Kadar Air Moisture Blanko 0,50 1 2 3 5 D eh id ras i N o rma l 43 mesokarp kelapa sawit 5 28,33 menjadi 33,33, krim yang menghasilkan efek terkecil terlihat pada krim blanko 27,33 menjadi 30,33. Hal ini menunjukkan bahwa krim ekstrak serat mesokarp kelapa sawit 5 yang paling baik dalam meningkatkan kadar air kulit. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 92. Menurut Pasaribu 2004, bahwa minyak sawit mengandung asam lemak tak jenuh, yaitu asam linoleat, asam linolenat, dan asam oleat yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit Mora, dkk., 2013. Asam linoleat dan asam linolenat dapat membentuk lapisan lemak buatan yang tipis di atas permukaan kulit dan berfungsi untuk mengurangi terjadinya penguapan air di kulit Draelos, 2009; Suryanto, dkk., 2012. Oleh karena itu, semakin banyak kandungan ekstrak minyak serat mesokarp kelapa sawit yang terdapat di dalam sediaan krim maka semakin cepat menimbulkan efek dalam meningkatkan kadar air kulit.

4.7.2 Kehalusan Evenness