g. Mensintesa dan menguji informasi baru serta membuat laporan diskusi.
Kelompok membuat sintesis; menggabungkan dan mengkombinasikan hal- hal yang relevan. Kemudian, kelompok membuat laporan diskusi yang sudah
ditinjau ulang informasi informasi didalamnya. Menurut Rusman 2014: 243 langkah-langkah PBL adalah sebagai
berikut: Tabel 2.1 Langkah-langkah PBL
Fase Indikator
Tingkah Laku Guru 1
Orientasi siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa
untuk belajar Membantu
siswa mengidentifikasi
dan mengorhanisasikan
tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing pengalaman
individualkelompok Membantu siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu siswa untuk berbagi tugas dengan
temannya
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
yang mereka gunakan
Berdasarkan pendapat ahli mengenai langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning tersebut, maka penelitian ini
menggunakan langkah-langkah PBL menurut Rusman 2014: 243.
2.1.10 Media Pembelajaran
Media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber kepada peserta didik
yang bertujuan merngsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Media, selain digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan
pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi. Uno, 2009: 114. Menurut Hamdani 2011: 243 media adalah komponen sumber belajar
atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah
media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.
Menurut Sanjaya 2011: 169-172 secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan untuk :
a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film, atau direkam melalui video atau audio kemudian peristwa
itu dapat disimpan dan dapat digunakan mana kala diperlukan untuk pembelajaran.
b. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat
menghilangkan verbalisme. Selain itu, media pembelajaran juga bisa membantu menampikan objek yang terlalu besar yang tidak mungkin dapat
ditampilkan di dalam kelas, atau menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat dengan menggunakan mata telanjang.
c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar iswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.
Sanjaya 2011: 173-174 mengungkapkan agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip
yang harus diperhatikan, diantaranya : a.
Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak semata-mata digunakan sebagai alat
hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar
dengan tujuan yang ingin dicapai. b.
Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pembelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan. Media yang akan
digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran. c.
Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Setiap siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda. Guru perlu
memerhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut. d.
Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien. Media yang memerlukan peralatan mahal belum tentu efektif untuk mencapai
tujuan tertentu. Demikian juga media yang sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memerhatikan
efektivitas penggunanya.
e. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoperasikannya. Media secanggih apapun tidak akan bisa menolong
tanpa kemampuan teknis mengoperasikannya.
Berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan penggunaan media pembelajaran tersebut, penelitian ini menggunakan komik sebagai media pembelajaran. Hasil
refleksi awal ditemukan bahwa siswa kelas VB SD Labschool Unnes gemar membaca komik dengan alasan gambar dan alur cerita dalam komik itu
menghibur. Sehingga peneliti memilih media komik sebagai media pembelajaran dalam penelitian ini karena disesuaikan dengan minat, kebutuhan, dan kondisi
siswa. Komik yang disusun tidak hanya bersifat menghibur, akan tetapi isi komik berupa materi-materi pembelajaran. Sehingga siswa termotivasi untuk membaca
materi yag akan dipelajari melalui komik tersebut.
Media komik merupakan salah satu jenis media grafis. Menurut pendapat Sudjana dan Rifai 2013: 68 media grafis sebagai media yang mengkombinasikan
fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata, dan gambar-gambar. Media grafis menurut Daryanto 2013: 19 adalah
suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar- gambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk
mengikhtisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data, atau kejadian. Fungsi umum media grafis adalah untuk menyalurkan pesan dari sumber ke
penerima pesan. Sedangkan fungsi khususnya adalah untuk menarik perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
dilupakan bila tidak digrafiskan. Unsur-unsur media grafis terdiri dari titik, garis,
bidang, bentuk, ruang, warna, dan tekstur. Jenis-jenis media grafis menurut Sudjana dan Rifai 2013: 27 terdiri atas 1 bagan, 2 diagram, 3 grafik, 4
poster, 5 kartun, 6 komik.
Menurut Sudjana dan Rifai 2013: 69 komik adalah bentuk kartun dimana perwatakan sama membentuk suatu cerita dalam urutan gambar-gambar yang
berhubungan erat yang dirancang untuk menghibur para pembacanya. Komik dirancang dengan ilustrasi berwarna, alur cerita yang ringkas, dan perwatakan
orangnya yang realistik menarik siswa untuk membaca. Komik sebagai penyampai pesan pembelajaran dengan media visual yang dikemas semenarik
mungkin agar siswa atau peserta didik lebih tertarik untuk belajar. Kadang peserta didik merasa kurang termotivasi dalam belajar atau dalam memperhatikan guru
menyampaikan materi pelajaran, karena pesan atau materi pelajaran tidak dikemas semenarik mungkin bahkan hanya melalui ceramah, tulisan-tulisan di papan tulis
dan dengan cara yang tidak efisien lainnya. Hal ini komik dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan dapat mendukung tercapainya tujuan belajar
yang efektif. Sebagai suatu media pembelajaran, komik memiliki beberapa keunggulan.
Menurut pendapat Smith dalam Putri, 2014: 65-66, diketahui bahwa komik memiliki keunggulan sebagai berikut:
a. Melalui kombinasi teks dan ilustrasi, komik merupakan media yang tepat
bagi siswa dengan karakter belajar visual yang baik dan memiliki kemampuan fokus rendah.
b. Mampu mendukung perkembangan imajinasi siswa dalam pembelajaran
sehingga siswa tidak hanya terfokus dengan belajar menghafal rote learning. c.
Penggunaan ilustrasi dalam komik dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa terhadap suatu literatur dan menemukan informasi yang terdapat
didalamnya. d.
Mengarahkan siswa untuk belajar mandiri dengan membaca dan memahami informasi yang ada didalam komik.
Kelebihan komik yang lainya menurut Susilana dan Riyana 2009:188 adalah penyajiannya mengandung unsur visual dan cerita yang kuat. Ekspresi
yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga membuat pembaca untuk membacanya hingga selesai. Hal ini yang juga
menginspirasi komik yang isinya materi-materi pelajaran. Secara nyata siswa cenderung lebih menyukai buku yang bergambar, yang penuh warna dan
divisualisasikan dalam bentuk realistik maupun kartun. Komik pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk membaca sehingga pada
akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 2.1.11
Teori yang Mendasari Model PBL Problem Based Learning dengan Media Komik
Dalam merancang pembelajaran, seorang guru harus menguasai sejumlah teori tentang belajar. Penguasaan teori itu dimaksudkan agar guru mampu
mempertanggungjawabkan secara ilmiah perilakunya dalam mengajar, dan apa yang akan diajarkannya pada siswa. Dalam penelitian ini teori yang mendukung
model PBL dengan media komik adalah:
2.1.11.1 Teori Belajar Kontruktivisme
Kontruktivisme menurut Cahyo 2013: 33 adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri.
Lorsbach dan Tobin dalam Siregar dan Nara, 2014: 39 mengemukakan bahwa pengetahuan ada dalam diri seseorang yang mengetahui, pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari otak seseorang kepada yang lain. Pengetahuan merupakan suatu proses yang berkembang secara terus menerus yang harus
diinterprestasikan sendiri oleh setiap individu. Keaktifan seseorang sangat mempengaruhi dalam perkembangan pengetahuannya. Jadi peserta didik harus
aktif untuk mendapatkan pengetahuan. Peran guru dalam pembelajaran hanyalah sebagai fasilitator yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran,
bimbingan, dan bantuan ketika peserta didik mengalami kesulitan belajar, atau meyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa
termotivasi dan tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna, hingga akhirnya peserta didik tersebut mampu mengonstruksi sendiri
pengetahuannya. 2.1.11.2
Teori Belajar Bermakna Menurut Rusman 2014:244 belajar bermakna merupakan proses belajar
dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Kebermaknaan timbul dari proses belajar
yang berkaitan dengan struktur kognitif siswa serta melalui pengalaman siswa, bukan melalui menghafal. Kaitan teori ini dengan PBL yaitu sama-sama
mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
2.1.11.3 Teori Belajar Vigotsky
Rusman 2014: 244 mengemukakan bahwa perkembangan intelektual terjadi saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta
ketikan meraka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Kaitan dengan PBL adalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain.
2.1.11.4 Teori belajar Jerome S. Bruner
Rusman 2014: 244 menyatakan bahwa siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Siswa berusaha sendiri
mencari pemecahan masalah dengan didukung oleh pengetahuan yang dimilikinya akan menghasil pengetahuan yang bermakna.
2.1.12 Penerapan Model PBL dengan Media Komik