2.1.9 Teori-teori Belajar yang Mendukung
Rusman 2011:244 menyatakan bahwa beberapa teori belajar yang melandasi PjBL dan permainan dalam pembelajaran, diantaranya adalah
teori belajar konstruktivisme Piaget, teori belajar bermakna Ausubel, teori belajar Vigotsky, dan teori belajar Bruner. Sedangkan teori yang
mendasari pembelajaran geometri adalah teori Van-Hiele. Menurut Piaget dalam Supinah, 2010:19, anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan
secara terus menerus berusaha memahami dunia di sekitarnya. Rasa ingin tahu itu memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan dalam
otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. Pada semua tahap perkembangan, anak perlu memahami lingkungan mereka, memotivasi
mereka untuk menyelidiki dan membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu.
Empat tingkat perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Woolfolk, 2004:66 adalah sensorimotor, pra-operasional, operasional
konkret, dan operasional formal. Dalam teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna,
sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain Sardiman, 2012:37. Jadi, belajar merupakan proses membentuk
pengetahuan dan membangun atau mengkonstruksi makna yang berasal dari pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh individu di setiap
tahap perkembangan kognitifnya.
Vigotsky dalam Widjajanti, 2011:4 menyatakan bahwa interaksi sosial dengan orang lain akan memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa. Sedangkan, teori belajar penemuan Bruner dalam Rusman, 2011:244 menyatakan bahwa siswa
menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Model belajar Bruner didasarkan pada asumsi bahwa perolehan
pengetahuan merupakan suatu proses interaktif, dimana orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan
informasi yang tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya dalam Winataputra, 2007:3.17.
Teori Van-Hiele adalah teori belajar yang khusu membahas dalam pembelajaran konsep-konsep geometri dengan beberapa tahap dan fase.
Van-Hiele dalam Budhayanti, 2008: 4-9 menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu: tahap Pengenalan, analisis, pengurutan,
deduksi, dan keakuratan. Menurut Van-Hiele, terdapat tiga unsur utama dalam pengajaran geometri, yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode
pengajaran. Yang ketiganya apabila dikelola akan meningkatkan kemampuan berpikir anak lebih tinggi. Kegiatan belajar siswa harus
disesuaikan dengan tahap berpikir siswa, dan pengurutan topic-topik geometri harus disesuaikan tingkat kesukarannya.
Sedangkan fase-fase pengajaran geometri menurut Van-Hiele, meliputi:
1 Fase informasi
Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya- jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap
berpikir siswa. Dalam hal ini objek yang dipelajari adalah sifat komponen dan hubungan antar komponen dan hubungan antar
komponen bangun-bangun segi empat. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambill melakukan observasi. Tujuan dari
kegiatan ini adalah: 1 guru mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topic yang dibahas; 2 guru mempelajari
petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil.
2 Fase orientasi
Siswa menggali topic yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat telah disiapkan guru. Aktivitas ini akan berangsur-
angsur menampakkan kepada siswa struktur yang memberi ciri-ciri sifat komponen dan hubungan antar komponen suatu bangun segi
empat. Alat atau pun bahan dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan respon khusus.
3 Fase eksplisitasi
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di
samping itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan sesedikit mungkin. Hal
tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir mulai tampak nyata.
4 Fase orientasi bebas
Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi
dengan banyak cara, dan tugas yang open-ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri,
maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi di antara para siswa dala bidang investigasi, banyak hubungan antar
objek menjadi jelas. 5
Fase integrase Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah
dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survey secara global terhadap apa yang telah
dipelajari. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru. Pada akhir fase kelima ini siswa
mencapai tahap berpikir yang baru. Siswa siap untuk mengulangi fase-fase belajar pada tahap sebelumnya.
Berdasarkan teori-teori belajar yang mendasari PjBL dan pembelajaran geometri, dapat disimpulkan bahwa dalam PjBL siswa
difasilitasi untuk mengkonstruksi konsep-konsep pengetahuan mereka sendiri melalui penemuan ide atau solusi atas permasalahan yang mereka
hadapi,yang kemudian menghasilkan suatu produk atau karya yang
dikelola baik secara individu maupun kerjasama dalam kelompok, sehingga diharapkan kebermaknaan dalam belajar dapat tercapai melalui
pengalaman-pengalaman belajar
yang mereka
peroleh selama
pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
2.1.10 Materi Bangun Ruang dan Bangun Datar Sederhana Geometri Kelas