Loyalitas Konsumen Kerangka Pemikiran Teoritis

menghubungi pelanggan yang berhenti melakukan pembelian dan berpindah ke merek pesaing. Hal ini sangat penting bagi perusahaan untuk memantau tingkat kehilangan konsumen.

3.1.5. Loyalitas Konsumen

Mengacu pada Kelana 2007, Griffin menyatakan bahwa “loyalty us defined as non random purchase expressed over time by some decision making unit”. Berdasar definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan yang dipilih. Griffin mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila mempunyai pelanggan yang loyal, yaitu : a. Mengurangi biaya pemasaran, karena biaya untuk menarik pelanggan baru lebih mahal. b. Mengurangi biaya transaksi, seperti biaya negoisasi kontrak dan pemrosesan pesanan. c. Mengurangi biaya turn over pelanggan, karena pergantian pelanggan sedikit. d. Meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. e. Word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal berarti mereka puas. f. Mengurangi biaya kegagalan, seperti biaya pergantian. Untuk itu, pelanggan yang loyal merupakan aset tak ternilai harganya bagi perusahaan. Akan lebih mudah bagi perusahaan untuk memasarkan produknya kepada pelanggan yang loyal dengan perusahaan tersebut. Adapun karakteristik pelanggan yang loyal menurut Griffin 2005 antara lain : a. Melakukan pembelian secara teratur b. Membeli di luar lini produk atau jasa c. Mereferensikan produk ke orang lain d. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing tingkatan Menurut studi yang dilakukan MARS SWA, 2005, ada lima faktor yang menyebabkan konsumen menjadi loyal terhadap merek yang digunakan. Faktor- faktor tersebut yaitu : 1. Nilai merek brand value, yaitu persepsi konsumen yang membandingkan antar biaya atau harga yang harus ditanggung dan manfaat yang diterimanya. 2. Karakteristik pelanggan customer characteristic, yaitu karakter konsumen dalam menggunakan merek. Kenyataannya, sikap individu memiliki karakteristik berbeda dari individu lainnya. 3. Hambatan pindah switching barrier, yaitu hambatan-hambatan biaya yang harus ditanggung konsumen bila konsumen akan pindah dari satu merek ke merek lain. 4. Kepuasan pelanggan customer satisfaction, yaitu berkaitan dengan pengalaman pelanggan ketika melakukan kontak dengan merek yang digunakannya. Faktor ini sangat penting, tetapi kepuasan pelanggan saja tidak cukup menyebabkan seorang pelanggan tetap setia terhadap suatu merek. 5. Lingkungan yang kompetitif competitive environment, yaitu menyangkut sejauh mana kompetisi yang terjadi antar merek dalam ketegori produk. Loyalitas konsumen dapat dilihat dari piramida. Piramida ini menggambarkan kategori persentase switcherprice buyer , liking the brand , satisfied buyer , habitual buyer , committed buyer dari responden suatu merek. Piramida yang berbentuk terbalik semakin ke atas semakin melebar menggambarkan konsumen yang loyal terhadap merek tersebut, begitu sebaliknya. Gambar 4. Piramida Loyalitas Konsumen Sumber : Durianto, dkk dalam Sitompul 2007 Keterangan : A = committed buyer B = liking the brand C = satisfied buyer D = habitual buyer E = switcherprice buyer A B C D E Berdasarkan piramida loyalitas, dapat dijelaskan bahwa : 1. SwitcherPrice Buyer Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama sekali tidak tertarik pada merek. Pembeli ini adalah konsumen yang sering berganti merek minyak goreng dari satu merek ke merek yang lain. Konsumen yang termasuk dalam kriteria ini adalah konsumen yang sensitif terhadap harga. Faktor harga menjadi pertimbangan yang cukup penting. Bila ada produk lain yang harganya lebih murah, mungkin saja responden berpindah merek. 2. Habitual Buyer Habitual buyer adalah pembeli yang membeli minyak goreng kemasan bermerek Bimoli karena faktor kebiasaan. Tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup untu menstimulasi suatu peralihan merek terutama jika peralihan tersebut membutuhkan usaha. Perusahaan mungkin dapat melakuan suatu usaha untuk menciptakan ekuitas merek dan menyebabkan sesorang beralih ke merek lain, namun pembeli golongan ini mungkin juga sulit dirangkul karena tidak ada alasan bagi konsumen untuk memperhitungkan berbagai alternatif. 3. Satisfied Buyer Satisfied buyer adalah pembeli yang merasa puas ketika mengkonsumsi minyak goreng kemasan Bimoli. Meskipun demikian, mungkin saja konsumen memindahkan pembeliannya ke merek minyak goreng kemasan yang lain dengan menanggung switching cost biaya peralihan yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan konsumen beralih ke merek lain. Kelompook ini disebut pelanggan yang loyal terhadap biaya peralihan. 4. Liking The Brand Konsumen ini adalah pembeli yang benar-benar menyukai merek minyak goreng kemasan bermerek Bimoli. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka membeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya yang baik dialami pribadi maupun kerabatnya ataupun disebabkan oleh persepsi kualitas yang tinggi. Adakalanya rasa suka tersebut hanya sekedar karena adanya hubungan dalam waktu yang lama, sehingga dapat menciptakan suatu pengaruh 5. Committed Buyer Golongan ini adalah konsumen yang setia. Konsumen memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek bahkan merek tersebut menjadi sangat penting. Pada tingkatan ini salah satu aktualisasi loyalitas konsumen ditujukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain. Nilai dari konsumen yang berkomitmen tersebut tidaklah begitu besar pada perusahaan, tetapi lebih pada dampak terhadap orang lain dan pasar itu sendiri.

3.1.6. Sensitivitas Harga