= �� −
ℎ =
4 − 1
4 = 0,75
4.4.7. Analisis Sensitivitas Harga
Metode analisis yang digunakan untuk mengukur sensitivitas harga adalah menggunakan deskriptif analitik, yaitu memberikan kuesioner kepada konsumen
minyak goreng kemasan bermerek Bimoli dalam bentuk pertanyaan singkat dan sederhana, mentabulasi semua jawaban, kemudian melakukan analisis terhadap
hasil. Pengolahan data menggunakan software Microsoft Excel 2007. Dalam riset harga akan diperoleh limit harga dan kisaran harga yang dapat
diterima oleh konsumen dimana konsumen menilai batas harga sangat murah, murah, mahal, dan sangat mahal yang dikaitkan dengan kualitas produk.
Kemudian pada pentabulasian data kelompok harga, akan dibuat kurva berdasar persentase kumulatif. Dari kurva tersebut, akan dibuat pula kelompok harga tidak
murah dan tidak mahal, dengan rumus:
Persentase kumulatif “tidak murah” = 100 - persentase kumulatif “murah” Persentase kumulatif “tidak mahal” = 100 - persentase kumulatif “mahal”
Riset ekspektasi harga merupakan teknik penetapan harga suatu produk tanpa membandingkan dengan harga produk pesaing. Hasilnya diolah dan
disajikan dalam bentuk grafik yang terdiri atas lima titik harga yang diharapkan konsumen dan kisaran harga yang normal menurut konsumen. Limit-limit harga
akan membentuk kurva. Kurva yang terbentuk akan saling berpotongan pada titik- titik antara lain :
a. Perpotongan antara kurva Sangat Murah dan Tidak Murah akan membentuk
titik yang jika ditarik ke sumbu X harga maka akan diperoleh titik PMC Price of Marginal Cheapness
b. Perpotongan antara kurva Sangat Mahal dengan kurva Tidak Mahal akan
membentuk titik yang jika ditarik ke sumbu X harga akan diperoleh titik PME Price of Marginal Expensive.
c. Perpotongan antara kurva Murah dengan kurva Mahal akan diperoleh titik IPP
Indifferent of Pricing Point, yaitu titik dimana pada tinfkat harga ini konsumen tidak merassakan perbedaan antara murah dengan mahal.
d. Perpotongan antara kurva Sangat Mahal akan diperoleh titik OPP Optimum
Pricing Point. Pada tingkat harga ini jumlah konsumen yang menilai produk Sangat Mahal sama dengan jumlah konsumen yang menilai produk Sangat
Murah, sehingga tingkat harga ini dinilai merupakan tingkat harga yang optimum bagi konsumen.
Daerah antara titik PMC dan PME sering disebut sebagai RAP Range of Acceptable Prices yaitu merupakan daerah kisaran harga yang dapat diterima
konsumen. Daerah titik OPP dan IPP merupakan daerah yang ideal bagi perusahaan untuk menetapkan harga produk Westerndrop dalam Yulianti, 2007.
Jenis ukuran minyak goreng kemasan bermerek Bimoli dalam penelitian sensitivitas harga ini adalah Bimoli Special refill ukuran 2 liter. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, jenis ukuran tersebut dipilih karena merupakan ukuran yang paling banyak dibeli oleh konsumen rumah tangga. Hal ini dikarenakan
umumnya konsumen membeli produk untuk pertama kali dalam kemasan botol,
sehingga untuk pembelian selanjutnya konsumen membeli dengan ukuran isi ulang refill.
Sebaran nilai rentang harga Price Sensitivity Metres antara Rp 23.000,00 – Rp 28.500,00. Nilai terendah yaitu Rp 23.000,00 ditentukan berdasarkan harga
minyak goreng Bimoli yang berlaku sekarang, yakni Rp 25.850,00 seperti yang tertera pada Tabel 5, dimana nilai Rp 23.000,00 merupakan 10 harga dibawah
harga berlaku. Pengambilan penurunan 10 dikarenakan angka ini cukup dapat menunjukkan adanya perbedaan harga yang signifikan bagi konsumen minyak
goreng yang sensitif terhadap harga harga psikologi. Sedangkan nilai maksimum diperoleh dari pembulatan kenaikan 5 dari harga tertinggi kompetitor, yakni
Tropical sebesar Rp 26.950,00.
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Perusahaan 5.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
PT Intiboga Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak goreng kelapa sawit yang tergabung dalam Salim
Group. Perusahaan ini merupakan gabungan dari beberapa perusahaan yang sebelumnya telah berdiri. Adapun sejarah awal berdirinya PT Intiboga Sejahtera
bermula dari sebuah perusahaan yang berdiri pada tanggal 17 Maret 1953 dengan nama NV Perusahaan Dagang, Perkebunan dan Penggilingan Beras Sajang
Heulang, dimana pada saat itu perusahaan bergerak dalam bidang penggilingan beras dan pengolahan kopra menjadi minyak goreng kelapa. Sejak tanggan 29
Juni 1979 perusahaan dibeli oleh Salim Group dan berganti nama menjadi PT Sajang Heulang. Perusahaan ini tidak lagi memproduksi beras, tetapi
memproduksi minyak kelapa. Dengan berubahnya nama perusahaan menjadi PT Sajang Heulang dan
atas anjuran pemerintah untuk menggalakkan penggunaan kelapa sawit sebagai bahan baku minyak goreng, maka pada tahun 1979 perusahaan mulai
memproduksi minyak goreng kelapa sawit. Minyak goreng kelapa sawit diperuntukkan bagi kebutuhan dalam negeri. Untuk produksi minyak goreng
kelapa difokuskan untuk kebutuhan luar negeri. Dengan semakin meningkatnya persaingan dalam industri minyak goreng
dan keinginan perusahaan untuk mencapai target pasar yang lebih luas, maka pada