semua minyak goreng bermerek adalah sama, dan pilihan terhadap merek minyak goreng juga banyak dipengaruhi oleh harga.
Hasil Piramida Loyalitas dilihat pula dari nilai rata-rata tiap tingkatan loyalitas. Nilai SwitcherPrice Buyer memiliki nilai rata-rata 2,43 yang termasuk
dalam kategori buruk. Buruk untuk tingkatan ini berarti konsumen tidak terlalu memperhatikan faktor yang terkait dengan harga sehingga menyebabkan
konsumen berpindah merek. Pada tingakatan Habitual Buyer sampai pada tingkatan Liking the Brand termasuk dalam kategori baik, yaitu loyalitas pada
tingkatan tersebut baik. Namun nilai Committed Buyer termasuk dalam kategori buruk dengan nilai rata-rata 2,46, yang berarti konsumen yang kurang loyal pada
tingkatan ini sehingga hanya sedikit yang memrekomendasikan produk kepada orang lain.
Tabel 17. Nilai Rata-rata Tingkatan Piramida Loyalitas Bimoli
Tingkatan Loyalitas Nilai Rata-rata
Kategori Penilaian SwitcherPrice Buyer
2,43 Buruk
Habitual Buyer 2,79
Baik Satisfied Buyer
3,01 Baik
Liking the Brand 2,99
Baik Committed Buyer
2,46 Buruk
6.3. Analisis Sensitivitas Harga
Dari data tabulasi Sensitivitas Harga pada Lampiran 3 dibuat kurva untuk masing-masing kelompok harga sangat murah, murah, mahal, dan sangat mahal.
Selain itu, dibuat pula kurva untuk kelompok harga tidak murah dan tidak mahal. Kurva-kurva yang terbentuk berada dalam satu grafik. Dari grafik yang terbentuk,
maka akan diperoleh titik PMC, PME, OPP, dan IPP terhadap responden minyak goreng kemasan bermerek Bimoli.
Hasil pengolahan software Microsoft Excel 2007 didapat kurva-kurva dan titik-titik di atas. Titik PMC diperoleh dari perpotongan antara kurva Sangat
Murah dengan Tidak Murah jika ditarik ke sumbu X harga. Berdasarkan grafik hasil analisis sensitivitas harga, titik PMC berada pada harga Rp. 24.000,00 ketika
titik perpotongan ditarik ke sumbu X. Titik PME yang merupakan perpotongan antara kurva Sangat Mahal dengan Tidak Mahal. Dapat dilihat pada grafik bahwa
titik PME berada pada level harga pertengahan antara Rp 26.500,00 – Rp 27.000,
yakni Rp 26.750,00.
Dengan demikian didapat daerah RAP Range of Acceptable Prices yang merupakan daerah antara titik PMC dan titik PME, yaitu rentang harga Rp
24.000,00 – Rp 26.750,00. Rentang harga ini adalah rentang harga yang dapat
diterima oleh konsumen. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan tidak menetapkan harga minyak goreng kemasan merek Bimoli ukuran 2L Refill di bawah Rp
24.000,00 karena konsumen akan meragukan kualitasnya. Bila perusahaan menetapkan harga di atas Rp 26.750,00 sebagian konsumen tidak mau
membelinya karena harga terlalu mahal. Seperti yang tertera pada Tabel 4 Daftar Harga Merek Minyak Goreng, harga minyak goreng Bimoli Special kemasan 2 L
Refill adalah Rp 25.850,00, masih berada pada rentang yang dapat diterima konsumen. Hasil ini juga mendukung hasil dari analisis IPA dimana atribut harga
sesuai kualitas mempunyai nilai kinerja yang dianggap baik oleh konsumen nilai kinerja rata-rata 3,029, walaupun nilai tersebut masih berada di bawah nilai rata-
rata kepentingan. Hal ini menunjukkan harga minyak goreng Bimoli masih dapat diterima oleh konsumen walaupun tidak dianggap berharga murah.
Titik IPP diperoleh dari perpotongan antara kurva Murah dan Mahal. Berdasarkan grafik sensitivitas harga, titik IPP berada pada level harga Rp
25.500,00. Titik OPP diperoleh dari perpotongan kurva Sangat Murah dengan Sangat Mahal. Titik ini merupakan tingkat harga yang optimum bagi perusahaan.
Berdasarkan grafik sensitivitas harga, nilai OPP berada pada range harga Rp 25.000,00
– Rp 25.500,00. Daerah antara titik IPP dengan titik OPP merupakan daerah harga yang ideal bagi perusahaan untuk menetapkan harga. Dengan
demikian harga minyak goreng kemasan Bimoli Spesial ukuran 2L Refill Rp 25.850,00 berada di luar rentang harga ideal, sehingga dinilai kurang ideal untuk
diterapkan harga tersebut.
Gambar 20. Kurva Sensitivitas Harga Minyak Goreng Kemasan Merek Bimoli Spesial Ukuran 2 Liter Isi Ulang
Refill
20 40
60 80
100 120
sangat murah murah
mahal sangat mahal
tidak murah tidak mahal
PMC PME
IPP OPP
HARGA Rp
P E
R S
E N
T A
S E
VII. STRATEGI BAURAN PEMASARAN
Bauran pemasaran menurut Tjiptono dalam Kelana 2007 adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Dalam penelitian ini bauran pemasaran dirumuskan berdasarkan hasil analisis kepuasan, loyalitas konsumen,
dan sensitivitas harga yang telah dilakukan terhadap 70 konsumen responden, yang selanjutnya digunakan sebagai alternatif perusahaan untuk meningkatkan
kepuasan dan loyalitas pelanggan. Bauran pemasaran ini disesuaikan pula dengan life cycle produk, dimana produk Bimoli berada pada tahap mature dewasa.
Dalam penelitian ini, rumusan bauran pemasaran mencakup konsep 4P Product, Price, Place, Promotion. Atribut-atribut yang diteliti digolongkan
berdasarkan bauran masing-masing. Adapun variabel strategi pemasaran dan indikatornya dapat dilihat pada Lampiran 4.
a. Bauran Produk
Berdasarkan atribut yang diteliti, atribut yang termasuk dalam bauran ini adalah atribut merek, tidak mudah berbusa, kejernihan, kemampuan membuat
renyah, ketengikan, cepat panas, cepat tiris, variasi ukuran produk, tanggal kadaluarsa, serta informasi gizi dan jaminan halal.
Atribut tanggal kadaluarsa perlu ditingkatkan lagi kinerjanya oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan atribut ini dinilai sangat penting oleh konsumen,
namun kinerjanya dinilai masih kurang oleh konsumen. PT Intiboga Sejahtera perlu melakukan perbaikan sehingga performance atribut berada di kuadran yang
meningkat. Untuk atribut tanggal kadaluarsa sebaiknya ditempatkan pada tempat