Peningkatan Frekuensi Konflik Rumusan Masalah .1 Orde Baru, Krisis Ekonomi, dan Desentralisasi

7 yang bisa dijual dan dimakan. Media pun banyak memberitakan pembajakan yang sering terjadi di rute-rute tertentu terhadap angkutan bahan makanan dan komoditi lainnya Down To Earth, 1999.

1.2.2 Peningkatan Frekuensi Konflik

Berdasarkan hasil observasi terhadap artikel media massa nasional, 359 peristiwa konflik di sektor kehutanan telah terjadi dari Januari 1997 sampai dengan Juni 2003. Dari tahun 1997 sampai dengan tahun 1999 konflik di sektor kehutanan cenderung meningkat cukup tajam. Jumlah konflik meningkat hampir empat kali lipat pada tahun 1999 dibandingkan dengan tahun 1997. Pada tahun 2000 jumlah konflik melonjak drastis sampai 153 kejadian. Angka ini mengalami penurunan kembali pada tahun 2001 dan 2002. Namun berdasarkan data sampai dengan bulan Juni 2003, jumlah konflik cenderung meningkat kembali Wulan, et al., 2004. Lebih lanjut Wulan, et al. 2004 menemukan juga bahwa dari 359 kasus konffik yang berhasil dicatat, 39 persen diantaranva terjadi di areal HIT, 34 persen di KK termasuk hutan lindung dan taman nasional, dan 27 persen di areal HPH. Diketahu pula bahwa frekuensi konflik meningkat drastis pada awal pelaksanaan desentralisasi tahun 2000. Pada masa Orde Baru dan masa Transisi, konflik di areal HTI lebih sering terjadi dibandingkan dengan konflik di HPH dan kawasan konservasi, sedangkan di masa Desentralisasi, konflik di kawasan konservasi dan areal HTI lebih banyak dibandingkan dengan konflik di areal HPH. Faktor penyebab konflik yang paling sering terjadi di berbagai kawasan 36 persen adalah ketidakjelasan tata batas hutan bagi masyarakat di sekitarnya. Pada tahun 2002, Forest Watch Indonesia FWI menerbitkan laporan Potret Keadaan Hutan Indonesia yang banyak mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan FWI dan GFW, 2001. Sebagaimana dipaparkan dalam laporan tersebut, konflik pengelolaan sumberdaya hutan telah berlangsung lama, sejalan dengan kebijakan HPH pada tahun 1970-an. Sejak itu, berbagai konflik antara perusahaan 8 HPH dan masyarakat sering bermunculan. Penyebabnya antara lain karena masyarakat lokal merasakan ketidakadilan yang terkait dengan sistem pengelolaan hutan skala besar yang menyebabkan akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan menjadi terbatas. Konflik semacam ini tidak hanya terjadi di areal HPH, tetapi juga sering ditemukan di kawasan HTI, perkebunan dan kawasan lindung seperti taman nasional. Pembatasan akses terhadap sumber daya tersebut menyebabkan berkurangnya jaminan sosial dalam masyarakat.

1.2.3 Penataan Kebijakan Pemerintah secara Terpusat

Dokumen yang terkait

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat Desa Studi Kasus di Dua Desa di Kabupaten DT II Bogor Propinsi Jawa-Barat

0 5 164

Deindustrialisasi Pedesaan (Studi Kasus Desa Curug Bintang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 28 142

Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove (Studi Kasus di Desa Karangsong, Kecarnatan Indrarnayu, Kabupaten Indrarnayu, Propinsi Jawa Barat)

0 7 155

Peranan hutan dalam kehidupan rumah tangga masyarakat desa hutan (Studi kasus kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 15 98

Strategi nafkah rumahtangga desa sekitar hutan (studi kasus desa peserta phbm (pengelolaan hutan bersama masyarakat) di kabupaten kuningan, provinsi jawa barat)

1 29 446

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Struktur Agraria Masyarakat Desa Hutan Dan Implikasinya Terhadap Pola Pemanfaatan Sumberdaya Agraria (Studi Kasus: Masyarakat Kampung Pel Cianten, Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 5 108

Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

0 3 41