Penentuan Kasus dan Pengambilan Subjek Penelitian Teknik Pengumpulan Data

31

3.2.2 Penentuan Kasus dan Pengambilan Subjek Penelitian

1 Studi kasus yang dipilih adalah studi kasus intrinsik, dimana peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kasus khusus. Alasan pemilihan atas kasus tersebut bukan karena ia mewakili kasus-kasus lain atau karena ia menggambarkan suatu sifat atau masalah khusus, melainkan karena dengan segala kekhususan dan kebersahajaannya sendiri Stake, 1994 dalam Sitorus, 1998. Kasus konflik pengelolaan sumberdaya alam di Kawasan Ekosistem Halimun, Desa Curugbitung merupakan gejala sosial yang menarik untuk diteliti, karena berhubungan dengan kehidupan nyata masyarakat dalam mempertahankan hidup dengan bergantung pada pemanfaatan lahan kosong perusahaan Hevindo, walaupun tidak diijinkan oleh direksi, dan segala konsekuensi yang diterimanya.

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, laporan-laporan penelitian sebelumnya dan studi dokumen yang ada pada pihak-pihak terkait, seperti RMI, Pemerintahan Desa, serta Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bogor. Pengumpulan data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara mendalam dengan informan di lapangan. Informan diperoleh dengan teknik bola salju. Teknik ini dilakukan dengan menanyai beberapa informan kunci dan meminta mereka untuk merekomendasikan informan lain. Penjabaran teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Gambar 2. di halaman berikutnya. 1 Istilah yang digunakan untuk responden dalam penelitian kualitatif Agusta, 1998 32 Gambar 2. Teknik Pengumpulan Data Masalah Data yang Diperlukan Sumber Data Profil Kawasan Penelitian • Sejarah, administrasi, geografis dan topologi desa • Karekteristik penduduk • Orientasi nilai dan sosial budaya masyarakat • Kelembagaan masyarakat • Potensi Agraria • Data monografi desa • Observasi lapang • Wawancara mendalam • Informan Deskripsi konflik pengelolaan sumberdaya alam pada masyarakat desa sekitar hutan • Sejarah konflik • Bentuk konflik • Deskripsi area sengketakonflik • Luas area konflik • Riwayat area konflik • Status hak area • Dasar status hak • Fungsi area konflik • Pengklaim • Observasi lapang • Wawancara mendalam • Informan • Studi literatur, Dokumen • Diskusi Lembaga Karakteristik Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik pengelolaan sumberdaya alam pada masyarakat desa sekitar hutan • Pihak-pihak yang bersengketa • Pihak-pihak lain yang terlibat dalam konflik • Intervensi pihak luar • Yang hendak diperoleh oleh masing-masing pihak • Kekuatan, legitimasi, dan keinginan masing- masing pihak • Wujud dan level konflik yang terjadi • Persepsi masing-masing pihak terhadap konflik dan • Persepsi masing-masing pihak terhadap pihak lain yang terlibat konflik • Observasi lapang • Wawancara mendalam • Informan • Studi Literatur, Dokumen • Diskusi Lembaga Karakteristik konflik pengelolaan sumberdaya hutan pada masyarakat desa sekitar hutan • Pokok persolaan konflik • Penyebab terjadinya konflik • Kebijakan pemerintah • Pihak luar yang masuk kawasan • Tata Batas area pengelolaan SDA • Kepentingan masing-masing pihak • Akses masyarakat terhadap SDA • Pemeretaan hasil pengelolaan SDA • Keterpurukan ekonomi masyarakat • Kerusakan lingkungan • Wawancara mendalam • Informan • Studi Literatur, Dokumen • Diskusi Lembaga Upaya-upaya yang pernah atau telah di tempuh, dalam pengelolaan konflik sumberdaya alam di Desa Curugbitung • Pendekatan politis, administrasi, pendekatan hukum, pendekatan akomodasi, pendekatan Alternatif Penyelesaian Konflik APK • Upaya penanganan konflik oleh masyarakat, perusahaan, dan pihak-pihak yang terlibat konflik • Hasil akhir pengelolaan konflik • Wawancara mendalam • Informan • Studi Literatur, Dokumen • Diskusi Lembaga Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan diskusi dengan pihak RMI mengenai hal-hal yang sudah dilakukan dalam pendampingan termasuk penanganan konflik yang ada di Desa Curugbitung. Selain itu juga mengenai 33 berbagai strategi advokasi dan pembelajaran terhadap petani di desa tersebut. Setelah dari diskusi tersebut peneliti mendapatkan beberapa informasi tentang siapa-siapa saja pihak yang bisa dihubungi untuk dimintai keterangan mengenai kasus konflik tersebut, yang kemudian nama tersebut peneliti jadikan subjek penelitian, yang sebagian besar dijadikan informan 2 dalam penelitian ini. Sesampai di lokasi bertemu dengan salah satu relawan RMI yang sudah akrab sejak sama-sama menjadi relawan RMI dalam program yang sama, kemudian peneliti diajak bertemu salah satu tokoh agama di desa, dan sehari setelahnya bertemu kepala desa di kantor desa. Informan kunci dibagi dalam dua kategori, dengan maksud agar data yang didapatkan tidak tercampur dan memudahkan peneliti untuk menganalisa data dari masing-masing pihak. Kategori pertama, informan dari pihak masyarakat dan pemerintahan desa dan kategori kedua berasal dari pihak perusahaan dan pemerintahan kabupaten. Informan pertama berasal dari staf fasilitator RMI yang sedang konsen menangani kasus konflik kehutanan, kemudian diperoleh informan dari kategori satu, diantaranya ketua KPC, dan 5 anggota kelompok petani penggarap di areal perkebunan yang terkena aksi pencabutan dan pelarangan tanaman dari perusahaan, kepala desa, sekdes, 2 orang kepala dusun, dan 2 orang RW, selain itu juga ada 2 orang pekerja batu bata yang lokasi pembuatannya berada dalam kawasan konflik, dan 1 orang dari RMI. Karena selama ini menurut beberapa informan kategori pertama, menyebutkan kalau pihak perusahaan sangat tertutup, maka peneliti berinisiatif untuk meminta rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor agar peneliti dapat melakukan wawancara dengan pihak perusahaan. Setelah itu, peneliti menetapkan salah satu staf dinas tersebut untuk menjadi informan tentang perusahaan PT. Hevindo dan meminta data tentang perusahaan tersebut. 2 Pada waktu pelaksanaan penelitian di lapang, sebagian besar subjek penelitian ditanyai tentang kehidupan diri mereka sendiri, keluarga dan lingkungannya. 34 Walaupun menggunakan rekomendasi, pimpinan perusahaan tetap menolak untuk menunjukkan beberapa data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, meski sebelumnya peneliti telah melakukan wawancara dengan manager kebun dan 2 orang kepala divisi perusahaan. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini akhirnya diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, dan beberapa data sekunder dari hasil penelitian sebelumnya tentang perusahaan tersebut. Pada saat melakukan wawancara mendalam, peneliti berusaha untuk melakukan pendekatan informal lebih dahulu terhadap para informan dan juga masyarakat desa. Pendekatan informal dilakukan dengan lebih membaurkan diri dalam kegiatan masyarakat, seperti pengajian, kegiatan kursus, rapat-rapat kecil KPC, ombrolan santai sekaligus memperkenalkan diri dan maksud kedatangan kepada mereka, dan makan bersama keluarga salah satu RW. Setiap akhir wawancara peneliti selalu menekankan bahwa kedatangan peneliti kali ini ke Desa Curugbitung untuk melakukan penelitian, bukan sebagai relawan RMI, terutama pada informan KPC. Setelah hubungan informal terjalin, peneliti mulai mengarah pada hal serius tentang topik penelitian. Kadang kala peneliti menggunakan alat perekam sebagai dokumentasi penelitian untuk wawancara yang dilakukan dalam jumlah 4-6 orang sekaligus dan catatan saku dengan sebelumnya meminta izin kepada informan sebelum dimulai wawancara, karena dengan begitu mereka merasa dihargai. Hasil wawancara dengan informan dan observasi, peneliti berusaha untuk langsung menuliskannya ke dalam catatan harian. Hal ini dilakukan sesegera mungkin begitu peneliti tiba dari wawancara dengan informan, sehingga memudahakan peneliti mengingat kembali data-data yang diperoleh selama wawancara. Sebelum pencatatan selesai, sedapat mungkin peneliti menghindari pembicaraan dengan orang lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerancuan dalam mengingat data. Ketertutupan pihak perusahaan, ”ketakutan” pihak-pihak 35 yang berkonflik terutama bagi masyarakat sendiri, menjadi salah satu hambatan dalam pencarian informasi yang lebih dalam.

3.3 Teknik Analisa Data

Dokumen yang terkait

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat Desa Studi Kasus di Dua Desa di Kabupaten DT II Bogor Propinsi Jawa-Barat

0 5 164

Deindustrialisasi Pedesaan (Studi Kasus Desa Curug Bintang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 28 142

Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove (Studi Kasus di Desa Karangsong, Kecarnatan Indrarnayu, Kabupaten Indrarnayu, Propinsi Jawa Barat)

0 7 155

Peranan hutan dalam kehidupan rumah tangga masyarakat desa hutan (Studi kasus kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 15 98

Strategi nafkah rumahtangga desa sekitar hutan (studi kasus desa peserta phbm (pengelolaan hutan bersama masyarakat) di kabupaten kuningan, provinsi jawa barat)

1 29 446

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Struktur Agraria Masyarakat Desa Hutan Dan Implikasinya Terhadap Pola Pemanfaatan Sumberdaya Agraria (Studi Kasus: Masyarakat Kampung Pel Cianten, Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 5 108

Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

0 3 41