115
E. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus, yaitu pada siklus I dilakukan 6 kali tindakan, sedangkan untuk siklus II dilakukan 2 kali tindakan. Secara
keseluruhan, tindakan yang dilakukan berjalan lancar. Pada siklus I kegiatan psikodrama berjalan dengan lancar tetapi berapa kelompok belum
melakukan kegiatan dengan baik masih kurang antusias dan konsentrasi sesekali siswa masih membuka naskah drama sehingga siswa kurang
menghayati dan menyadari tentang kecerdasan emosional merupakan hal yang ingin ditingkatkan dalam diri siswa. Namun kelompok lain sudah
melakukan kegiatan dengan antusias dan serius, siswa lebih dapat memotivasi dirinya.
Dilanjutkan pada siklus II, diadakan psikodrama kepada beberapa kelompok yang menurut peneliti dan guru BK kelompok
yang masih belum bisa melakukan psikodrama dalam siklus I, dengan berbeda tema dari yang sebelumnya. Dengan harapan siswa dapat
berkonsentrasi lebih serta temotivasi dapat meningkatkan antusias yang tinggi dalam melakukan psikodrama. Sehingga dalam siklus II siswa dapat
melakukan psikodrama dengan baik lagi dari siklus pertama. Siswa dapat berperan tanpa melihat teks, dapat mengeluarkan emosi-emosi yang ada
dalam masing-masing peran yang ada dalam naskah. Dilihat dari hasil observasi tindakan yang berlangsung menunjukkan
adanya peningkatan pada aspek kecerdasan emosional yaitu kemampuan
116
mengenal emosi diri, motivasi, keterampilan sosial, berempati dan
pengendalian diri, sehingga yang terlihat siswa sudah tidak berteriak-teriak lagi ketika marah, Ketika sedih sering menyendiri sekarang sudah mampu
menghadapi dengan bercerita kepada teman yang dipercaya atau kepada guru BK. Ada peningkatan motivasi dalam belajar dan mengungkapkan
pendapat. Pada tabel 11 peningkatan hasil skala pratindakan kecerdasan emosional dapat dilihat bagaimana nilai persentase
siswa yang
menunjukkan kecerdasan emosional mereka masih rendah. Nilai skala yang dapat dilihat diatas menunjukkan siswa memiliki skor rata-rata sebesar 69,4
itu menunjukkan bahwa kecerdasan emosional siswa masih sangat rendah. Sedangkan pada tabel 12, peningkatan hasil angket siklus pertama
menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang cukup signifikan pada nilai rata-rata persentase siswa. Nilai pratindakan semula skornya 69,4 menjadi
100,9. Pada hasil siklus pertama masih belum memenuhi indikator keberhasilan yang diinginkan oleh peneliti sehingga dilanjutkan pada siklus
kedua. Pada siklus kedua mengalami peningkatan, hasil siklus pertama
skornya sebesar 100,9 meningkat menjadi 125,2. Hasil peningkatan pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel 13. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan kecerdasan emosional siswa selalu meningkat tiap siklus. Hasil dari skala tersebut dikuatkan dengan hasil wawancara dan hasil
observasi yang menunjukkan peningkatan kecerdasan emosional para siswa. Hasil observasi yang didapat, bahwa siswa dari tiap siklus menunjukkan
117
adanya peningkatan secara keseluruhan pada kecerdasan emosional, misalnya siswa lebih termotivasi dalam belajar, siswa saling menghargai
sesama teman maupun guru, siswa sudah tidak sering berteriak lagi didalam kelas, jika jam pelajaran kosong atau guru terlambat masuk kelas siswa
tidak berkeliaran di depan kelas, ada motivasi yang timbul dalam diri siswa dalam belajar, siswa juga sudah dapat mencari alternatif jalan keluar dari
permasalahannya. Hal diatas juga didukung oleh pendapat Peter Salovey dan Jack Mayer
Stein Book, 2004: 30 kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu
pikiran, memahami perasaan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Selain
itu siswa lebih mengenal emosi orang lain atau berempati. Contohnya ketika sedang diskusi didalam kelas atau diluar kelas, kemampuan siswa dalam
mengenal emosi orang lain juga mengalami pengingkatan. Siswa yang tadinya tidak mau tau dengan emosi yang dialami orang lain mulai
menunjukkan perubahan. Pernyataan diatas didukung oleh pendapat
Abuddin Nata 2003: 46-47 kecerdasan emosional diartikan sebagai kepiawaian, kepandaian dan ketepatan seseorang dalam mengelola diri
sendiri dalam berhubungan dengan orang lain disekeliling mereka dengan menggunakan seluruh potensi psikologis yang dimilikinya seperti inisiatif,
empati, adaptasi, komunikasi, kerjasama dan kemampuan persuasi yang secara keseluruhan telah mempribadikan pada diri seseorang.
118
Penelitian bahwa kecerdasan emosional dapat ditingkatkan telah dibuktikan oleh Erni Setyani 2012: 83 membuktikan bahwa kecerdasan
emosional dapat ditingkatkan dan kecerdasan emosional dua kali lebih penting dari pada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi
dalam kesuksesan seseorang. Kegiatan ini dilakukan dengan psikodrama hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Dalam psikodrama siswa terdapat aspek-aspek kecerdaan emosional siswa yaitu kesadaran diri,
motivasi, empati, keterampilan sosial dan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Hal ini sangat membantu mengungkapkan emosi siswa,
pernyataan diatas didukung oleh Semiun 2006: 562 bahwa melalui cara- cara tersebut dapat membantu siswa menggungkapkan perasaan siswa
tentang kemarahan, agresi, perasaan bersalah dan kesedihan. Dalam kegiatan psikodrama juga membantu siswa untuk melatih siswa agar lebih
percaya diri, tidak takut untuk mengungkapkan pendapat kepada orang lain. Pernyataan diatas juga didukung oleh Tohirin 2007: 294 psikodrama yang
diperankan merupakan masalah-masalah individu. Siswa diminta untuk memerankan suatu peranan, dengan memerankan peran tertentu, konflik
ataupun ketegangan yang ada didalam individu dapat dikurangi. Bagi siswa yang mendapatkan ketegangan psikis dari drama ini dapat mengurangi
ketegangganya. Dari pernyataan diatas bahwa psikodrama dapat membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi, mengurangi ketegangan, dapat
119
membantu meningkatkan kecerdasan emosional karena didalam metode psikodrama didalamnya bertujuan untuk membantu siswa mengatasi
masalah pribadi siswa maupun dengan orang lain dengan cara bermain peran, drama atau terapi tindakan. Pernyataan diatas juga didukung oleh
penelitian Dhika Dwi Janiati 2011 menunjukkan bahwa psikodrama dapat meningkatkan happiness pada remaja yang tinggal dipanti asuhan.
Dari seluruh rangkaian kegiatan tindakan yang dilakukan berdasarkan teori yang ada berjalan lancar dan hasilnya sesuai dengan harapan yang
diinginkan. Dapat disimpulkan bahwa secara umum keseluruhan tindakan yang diberikan berhasil karena dapat meningkatkan kecerdasan emosional
siswa. Hambatan yang ditemui pun tidak begitu berarti.
F. Keterbatasan Penelitian