23 pembelajaran siswa harus berusaha agar memperoleh nilai yang tinggi
sehingga dia mampu menyumbangkan poin nilai kepada kelompoknya. c. Tatap muka antar anggota. Agar setiap anggota dapat berinteraksi untuk
memadukan pikiran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta rasa saling menghargai, memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masing-masing anggota yang memiliki latar belakang berbeda, yang akhirnya dapat memperluas wawasan untuk lebih memahami
pelajaran. d. Komunikasi antar anggota. Karena dalam proses kelompok ini semua
anggota akan berusaha untuk saling berkomunikasi secara baik dalam rangka mencapai kata mufakat untuk menyelesaikan masalah yang didalam
prosesnya, maka mereka harus bisa menggunakan kata-kata yang bijaksana. Hal ini disebabkan karena didalam kelompok terdapat banyak perbedaan
latar belakang masing-masing anggota sehingga proses ini dapat memperkaya siswa dalam perkembangan mental dan emosional.
e. Evaluasi proses kelompok. Karena keberhasilan belajar dari kelompok sangat menentukan tercapainya tujuan belajar, maka evaluasi kelompok ini
bisa dilakukan setelah beberapa kali kerja kelompok.
3. Metode Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Eliot Aroson dan teman-temannya di Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-
temannya di Universitas John Hopkins. Trianto, 2010:73. Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif yaitu siswa, bukan guru, yang memiliki
24 tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari
jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh
apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Teknik jigsaw digunakan untuk mengembangkan keahlian dan
keterampilan yang diperlukan untuk menggolongkan aktivitas yaitu mendengarkan, menyampaikan, kerjasama, refleksi, dan keterampilan
memecahkan masalah. Metode jigsaw adalah suatu metode kerja kelompok untuk belajar dan partisipasi dalam kelompok, dengan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: a. Listening mendengarkan, siswa aktif mendengarkan dalam materi yang
dipelajari dan mampu memberi pengajaran pada kelompok aslinya. b. Speaking-student berkata, akan menjadikan siswa bertanggung jawab
menerima pengetahuan dari kelompok baru dan menyampaikannya kepada pendengar baru dari kelompok aslinya.
c. Kerjasama setiap anggota dari tiap kelompok bertanggung jawab untuk sukses dari yang lain dalam kelompok.
d. Refleksi pemikiran dengan berhasil melengkapi, menyelesaikan kegiatan dalam kelompok yang asli, harus ada pemikiran reflektif yang
menerangkan tentang yang dipelajari dalam kelompok ahli. Pada pembelajaran kooperatif Jigsaw ini terdapat kelompok asal atau
“original group” dan kelompok ahli atau “expert group”. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli dapat dilihat pada Gambar 1.
25 Gambar 1. Contoh pembentukan kelompok jigsaw
Pada model pembelajaran ini para siswa dibagi menjadi enam kelompok. Anggota terdiri dari materi A, B, C, D, E, dan F. Setiap anggota
kelompok diberi satu bagian materi yang telah dipilih untuk dipelajari dan dikuasai, siswa dari masing-masing kelompok yang mendapat bagian materi
yang sama berkumpul untuk berdiskusi kelompok ahli, kemudian siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan bagian materi
yang dipelajarinya kepada anggota kelompoknya. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar
semakin berkurang. Artinya guru bukan menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk
belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tangung jawab. Siswa akan merasa senang berdiskusi tentang materi dalam kelompoknya. Mereka dapat
berinteraksi dengan teman sebayanya, dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing. Dalam model pembelajaran biasa atau konvensional guru
menjadi pusat kegiatan kelas. Sebaliknya, di dalam model belajar tipe jigsaw, meskipun guru tetap mengendalikan aturan, guru tidak lagi menjadi pusat
kegiatan kelas, tetapi siswa yang menjadi kegiatan kelas.
A,B,C,D,E,F A,B,C,D,E,F
A,B,C,D,E,F A,B,C,D,E,F
A,B,C,D,E,F A,B,C,D,E,F
A,A,A,A,A,A B,B,B,B,B,B
C,C,C,C,C,C D,D,D,D,D,D
E,E,E,E,E,E F,F,F,F,F,F
KELOMPOK ASAL
KELOMPOK AHLI
26 Motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif di kelas untuk
meningkatkan pembelajaran kognitif siswa maupun pertumbuhan efektif siswa. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi guru adalah memotivasi
siswa. Guru cenderung menggunakan kompetensi untuk memotivasi siswa mereka dan sering mengabaikan strategi yang didalamnya terdapat kerjasama
dan motivasi teman sebaya yang dapat digunakan untuk membantu siswa fokus kepada prestasi akademis Isjoni, 2010:83. Penggunaan metode
pembelajaran jigsaw di SMK Wongsorejo diharapkan mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang baik sehingga tercapainya tujuan belajar sesuai
dengan kurikulum yang digunakan.
4. Metode Pembelajaran Konvensional