Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

laku, dan kehidupan sosial dan keagamaan yang diarahkan pada kebaikan menuju kesempurnaan. 3 Pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, terdapat beberapa tujuan pendidikan. Pertama, tujuan umum, yakni tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. tujuan itu meliputi seluru aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Kedua, tujuan akhir, yakni dapat dipahami dalam firman Allah pada Qs. Ali-Imran ayat 102:              “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar- benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. ” Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup yang berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam. 4 Selain itu, Pendidikan Islam juga memiliki tujuan yaitu mewujudkan perubahan positif yang diharapkan ada pada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan, baik perubahan pada tingkah laku individu dan kehidupan 3 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam , … h. 16-17 4 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004, cet. Ke-5, h. 30-31 pribadinya maupun pada kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana subyek didik menjalani kehidupan. Tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan dan saripati dari seluruh renungan paedagogik. 5 Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia memerlukan sebuah lembaga pendidikan baik lembaga informal, formal, maupun non-formal. Lembaga pendidikan merupakan suatu institusi, media, forum, atau situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran, baik secara terstruktur maupun secara tradisi yang telah diciptakan sebelumnya. Pengertian tersebut didasarkan pada pemahaman bahwa seluruh proses kehidupan manusia pada dasarnya merupakan kegiatan belajar mengajar atau pendidikan. Manusia tidak bisa lepas dari kegiatan belajar-mengajar ini. Dengan demikian, belajar dan mengajar sangat penting dalam proses perkembangan seseorang. 6 Sekolah sebagai salah satu tripusat pendidikan dinilai sangat berperan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, dalam arti manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa yang tinggi. Untuk itu pendidikan agama di sekolah sangat diperlukan terutama dalam rangka peningkatan imtaq. Bahkan dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 : “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan kejuruan, dan muatan lokal”. 7 Dari beberapa pengertian di atas telah dikemukakan bahwa pendidikan agama sangatlah penting baik melalui lembaga formal, informal, maupun non formal. Sejalan dengan pendapat Zakiah Daradjat yang menyatakan bahwa: 5 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: PT.LKiS Printing Cemerlang, 2009, cet. Ke- 1, h. 25 6 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam …., h. 121 7 Afnil Guza, Undang-Undang Sisdiknas dan Undang- Undang Guru dan Dosen….h. 18- 19 “Pada umumnya agama seseorang diitentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan yang dilakukannya sejak kecil”. 8 Jadi, perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil: baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat, terutama pada pertumbuhan dan perkembangannya. Di Indonesia, pendidikan Agama Islam mendapat tempat yang layak serta perhatian yang serius dari kalangan masyarakat dan pemerintah. Karena pendidikan agama Islam merupakan bagian integral dari program pengajaran pada setiap jenjang pendidikan, serta merupakan usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam. 9 Kenyataan masih dirasakan bahwa media, model atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan guru di sekolah lebih didasarkan kebutuhan formal dari pada kebutuhan riil siswa. Akibatnya, proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru terkesan lebih merupakan pekerjaan administratif, dan belum berperan dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal. Kondisi pembelajaran seperti ini kemungkinan tidak dapat dilepaskan dari adanya kenyataan bahwa tugas yang diemban guru sebagai pelaksana kurikulum dan pengajar sangatlah kompleks dan sulit. Keadaan dan fenomena seperti diunkapkan di atas semakin lebih jelas lagi dengan masih terdapat beberapa kelemahan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di MTs khususnya mata pelajaran Al- Qur’an Hadits, diantaranya adalah kurangnya penggunaan media pembelajaran, orientasi pembelajaran al- qur’an hadits yang hanya menekankan kepada hafalan dari pada penanaman isi, serta kurangnya sumber belajar yang memadai. Menurut Rustiyah Nk.dkk: ”Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas 8 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004, cet. I, h. 139 9 Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ditjen Bimbaga Islam, 1989, h. 1 komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pen didikan dan pengajaran di sekolah”. Vernon S. Gerlach dan Donald P. Ely: “Media adalah sumber belajar. Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang membuat kondisi siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”. 10 Sebagai komponen pendidikan, alat dan media dapat membantu dan bahkan terkadang ia bisa menggantikan peran pendidik dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi dengan perkembangan teknologi saat ini, semua yang dahulu terasa sulit menjadi mudah, yang jauh menjadi dekat, dan yang membutuhkan waktu lama bisa diselesaikan dengan cepat. Alat-alat pendidikan sering disebut peralatan pendidikan yang dalam banyak kasus menjadi rancu karena dipersamakan dengan media pendidikan. Alat device bisa disebut dengan hardware atau perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan pesan. Sementara bahan materials atau perangkat lunak software di dalamnya terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan, baik dengan bantuan alat penyaji ataupun tanpa alat penyaji. Keduanya tidak lain adalah media pendidikan. Pada mulanya, media memang dianggap sebagai alat bantu mengajar bagi pendidik teaching aids, namun karena terlalu memusatkan pada alat bantu visual yang dipakainya maka orang kurang memperhatikan aspek desain, pengembangan pembelajaran instruction produksi, dan evaluasinya. Sumber belajar tidak hanya pendidik jenis orang, tetapi bisa juga yang lain, seperti jenis pesan message tertentu, yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima oleh siswapeserta didik. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di dalam kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal kata-kata lisan atau tertulis maupun simbol non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Sedangkan proses 10 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, cet. Ke- 2, h. 80 penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan disebut decoding. Media dan alat pendidikan tentu saja harus dibuat sesuai dengan kebutuhan. Untuk kebutuhan membaca ayat-ayat al- Qur’an dan hadits seperti media visual yang bersifat visual verbal, dalam pelajaran al- Qur’an hadits minimal menggunakan al- Qur’an atau buku pelajaran yang sudah dimiliki oleh para siswa. Selain itu juga untuk kebutuhan menterjemahkan ayat-ayat al- Qur’an dan Hadits sesuai materi pembelajaran, menghafal misalnya dengan menggunakan media audio, serta memahami isi kandungan al- Qur’an dan Hadits. Saat ini telah tercipta media program khusus dengan berbagai variasinya yang bisa dioperasikan dengan mudah dan cepat lewat komputer. Pendidikan Islam harus memanfaatkan semua fasilitas dari hasil perkembangan iptek ini dan tidak boleh melewatkannya dengan sia-sia sebab hal itu termasuk memubadzirkan sesuatu dan ini tentu dilarang oleh Islam. 11 Tidak hanya media yang tepat dan menarik agar terciptanya kelancaran proses pembelajaran, tetapi juga untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, salah satu yang harus ada adalah guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas ini adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni yang memilki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 12 Tujuan Mata Pelajaran Al- Qur’an Hadits adalah meningkatkan kecintaan siswa terhadaap Al- Qur’an dan Hadits, membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al- Qur’an dan hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan, meningkatkan kekhusyu ’an siswa dalam beribadah terlebih shalat, dengan menerapkan hokum bacaan tajwid serta isi kandungan suratayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca. 13 11 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, …., h. 70-71 12 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008, cet ke. 1, h. 1 13 MAPENDA DEPAG Kabupaten Tangerang, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Jakarta: Laksana Mandiri Putra, 2009, cet. ke-1, h. 89 Pada kenyataannya dalam pembelajaran Al- Qur’an Hadits penerapan isi kandungan ayat-ayat Al- Qur’an dan hadits terhadap kehidupan sehari-hari kurang disentuh. Karena pada proses pembelajarannya guru hanya menjelaskan sekedarnya dari sumber yang sekedarnya pula. Guru kurang kreatif dalam menyajikan dan menggunakan media pembelajaran. Jika pembelajaran dilakukan seperti itu terus menerus tujuan pembelajaran al- Qur’an Hadits sulit untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahasnya lebih lanjut, yang kemudian dituangkan ke dalam sebuah penelitian yang berjudul: “PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN AL- QUR’AN HADITS DI MTs PEMBANGUNAN UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut di atas timbullah beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, antara lain: 1. Kurang tercapainya tujuan pembelajaran al-Qur’an Hadits 2. Kurangnya perhatian siswa dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits 3. Kurangnya penggunaan media pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits 4. Orientasi pembelajaran Al-Qur’an Hadits di sekolah yang masih menekankan kepada hafalan ayat dari pada penanaman isi. 5. Kurangnya sumber pelajaran yang digunakan oleh guru 6. Belum optimalnya pola belajar siswa di kelas. Hal ini dapat terlihat kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Al- Qur’an Hadits dikarenakan belum optimalnya guru dalam mempersiapkan pembelajaran.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang telah diuraikan di atas, penulis membatasi pada:

1. Pembatasan Masalah

1. Kurangnya penggunaan media pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits 2. Orientasi pembelajaran Al-Qur’an Hadits di sekolah yang masih menekankan kepada hafalan ayat dari pada penanaman isi 3. Persepsi siswa terhadap penggunaan media pembelajaran Al-Qur’an Hadits

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan dapat dirumuskan: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bagaimana Persepsi siswa terhadap penggunaan media pembelajaran Al- Qur’an Hadits

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menjelaskan seberapa besar fungsi media dalam pembelajaran Al- Qur’an Hadits b. Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pengguanan media dalam pembelajaran Al- Qur’an Hadits di MTs Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari judul dan isi skripsi ini, adalah sebagai berikut: a. Sebagai kontribusi bagi lembaga terkait bahwa media pembelajaran berperan penting dalam mendukung kelangsungan pendidikan di sekolah. b. Sebagai manivestasi kebutuhan penulis mengamalkan ilmu yang telah penulis peroleh serta untuk memenuhi penyelesaian studi di tingkat strata satu S1, memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam S.Pd.I pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Meningkatkan sumber daya ummat Islam yang berkualitas