Teori Tentang Pengambilan Keputusan

dalam bentuk perilaku lisan dan perilaku perbuatan, lalu timbul proses evaluasi yang menentukan apakah menerima atau menolak terhadap obyek atau produk yang dihadapi. Simamora 2003 menambahkan bahwa melalui sudut pandang perusahaan ada dua arah respon yaitu positif dan negatif. Respon positif terjadi kalau respon mengarah pada perilaku yang diinginkan perusahaan, yakni perhatian, berminat, ingin, dan bertindak. Sedangkan respon negatif dimana konsumen menjadi bingung, tidak berminat, tidak ingin, dan tidak bertindak. Menurut Simamora 2002 menyatakan bahwa : ” Tingkatan respons dalam suatu Model Komunikasi adalah sebagai berikut : 1. Exposure Tahap memberikan suatu rangsangan pada tahap awal dalam proses informasi sehingga konsumen digerakkan aktif oleh rangsangan tersebut. 2. Reception Tingkat sejauhmana stimulus mempengaruhi pengetahuan danatau sikap orang bersangkutan.Dalam tahap penerimaan ini, informasi yang masuk ke konsumen membantu dalam proses penentuan kepercayaan konsumen. 3. Cognitive Response Tahap kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek.Semakin positif kepercayaan terhadap suatu merek dam semakin positif setiap kepercayaan tersebut, maka akan semakin mendukung keseluruhan komponen kognitif yang pada akhirnya akan mendukung keseluruhan dari sikap itu. 4. Attitude Total dari pengaruh atau perasaan unutk menerima atau menolak sebuah rangsangan . Sikap dapat menjadi fasilitator jika konsumen memiliki perasaan yang mendukung ke arah produk , tetapi mungkin berfungsi sebagai penghalang ketika konsumen bersikap negatif. 5. Intention Tahap pembentukan pola pikir yang lebih mendalam terhadap suatu rangsangan lebih besar yang telah diteriam dalam proses sebelumnya, sehingga menghasilkan maksud beli yang lebih besar.”

II.6 Teori Tentang Pengambilan Keputusan

Simamora 2003 menyatakan bahwa: ”minat beli terjadi melalui beberapa tahap, antara lain: 1. Kesadaran awareness, pada tahap ini perusahaan melakukan promosi agar konsumen mengenal produk dan menyadari bahwa produk tersebut ada. 2. Pengetahuan knowlwdge, pada tahap ini perusahaan melakukan promosi yang informatif agar konsumen sasaran memiliki pengetahuan yang banyak atas produk 3. Suka liking, pada tahap ini konsumen sudah menyukai dan berminat terhadap produk 4. Menjadikan produk sebagai pilihan preference, pada tahap ini konsumen sudah menempatkan produk sebagai pilihan utama Universitas Sumatera Utara 5. Yakin dengan produk conviction, pada tahap ini konsumen memiliki keyakinan terhadap produk dan menganjurkannya pada orang lain 6. Pembelian purchase, pada tahap ini konsumen yang sudah mengenal, tahu, suka, menjadikan produk sebagai pilihan dan yakin akan pilihannya, akan membeli pada saat yang tepat .” Semakin kompleks keputusan biasanya akan melibatkan semakin banyak pihak yang terkait dan semakin banyak pertimbangan. Sunarto 2004 menyatakan : ”tipe-tipe prilaku membeli berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di antara berbagai merek adalah sebagai berikut : 1. Prilaku membeli kompleks. Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks ketika mereka benar-benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda antar merek yang satu dengan yang lain. Konsumen mungkin amat terlibat ketika produknya mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat menonjolkan ekspresi diri. Biasanya konsumen harus banyak belajar mengenai kategori produk tersebut. Orang pemasaran dari produk yang banyak melibatkan pembeli harus memahami pengumpulan informasi dan prilaku evaluasi dari konsumen yang terlibat. 2. Mengurangi ketidakcocokan Prilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan dissonance reducing buying behaviour terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan diantara merek- merek yang ada. Untuk melawan ketidakcocokan ini, komunikasi purnajual orang pemasaran harus memberikan bukti-bukti dan dukungan yang membantu konsumen menyenangi pilihan merek mereka. 3. Prilaku membeli karena kebiasaan Prilaku membeli karena kebiasaan terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan antar mereka. Proses membeli melibatkan keyakinan merek yang terbentuk karena pengetahuan pasif, diikuti dengan prilaku membeli, yang belum tentu diikuti oleh evaluasi. Karena membeli produk dengan keterlibatan rendah tidak kuat komitmennya terhadap merek apapun, pemasar produk-produk semacam itu sering kali menggunakan harga dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk 4. Mencari variasi Pelanggan menjalankan prilaku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti. Penggantian merek terjadi demi variasi dan bukan untuk kepuasan. Dalam kategori-kategori produk semacam itu, strategi pemasaran mungkin berbeda untuk merek yang menjadi pemimpin pasar dengan merek yang kurang ternama.” Menurut Setiadi 2003 menyatakan bahwa : ”Ada lima tahapan yang dilalui konsumen dalam proses pembelian suatu jasa atau produk yaitu pengenalan produk, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan prilaku pasca pembelian. a. Pengenalan produk yaitu proses dimulainya saat memilih barang atau jasa dengan menyadari banyak pilihan dalam memperoleh kebutuhan yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara b. Pencarian informasi adalah melakukan sebanyak mungkin informasi yang dibutuhkan yang berhubungan dengan kebutuhan yang diharapkan atau diinginkan. Tingkatan pencarian informasi ini dibagi kepada dua tingkat. Tingkat pertama adanya perhatian yang meningkat dan yang kedua adalah pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala sumber. c. Evaluasi alternatif yaitu konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan akhir. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnyanmelihat kepada atribut dari produk atau jasa. d. Keputusan membeli yaitu pada tahap ini konsumen menyusun merek-merek dalam himpunan pilihan serta membentuk niat pembelian, dan ia akan menjatuhkan pilihan dengan apa yang ia sukai. e. Perilaku pasca pembelian yaitu konsumen akan mengalami dua hal yaitu akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan sama sekali.” Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel Tiara Medan yang beralamat di Jalan Cut Mutia No.1 Medan dan dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2009. III.2 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan survey, dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Singarimbun dan Effendi 1995 menyatakan bahwa,”Penelitian Survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. Sifat penelitian ini adalah eksplanatory, yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Sugiono,2006. III.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Jumlah tamu yang menginap di Hotel Tiara Medan pada bulan April 2009 dengan tingkat huni kamar sebesar 40 sehingga total jumlah tamu per kamar dengan total Jumlah kamar 177 kamar adalah 71 orang . Selanjutnya menurut Slovin dalam Umar, tahun 2000, untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang ada dapat digunakan rumus sebagai berikut: N n = N. d 2 + 1 n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi 37 Universitas Sumatera Utara