Variabel Moderating Definisi Operasional Variabel

produksi di bawah kemampuan kinerja sesungguhnya, manajer atas tidak mengetahuinya. Semua kelompok asimetri informasi diberikan informasi mengenai skema insentif sebagai metode pembayaran kepada manajer bawah. Penelitian ini menggunakan perhitungan insentif Fixed Pay Plus-Bonus FPB sebagai metode pembayaran pada tugas produksi. FPB adalah pembayaran manajer bawah dengan gaji tetap dan jika hasil produksi manajer bawah melebihi yang ditargetkan akan menerima bonus, tetapi jika hasil produksinya kurang dari target, maka manajer bawah hanya menerima gaji tetap. Metode tersebut pernah dilakukan oleh Fisher et al. 2000, Stevens 2002, Tri Slamet 2004, dan Delli Ertambang, 2008. Rumus perhitungan insentif FPB adalah: P = A + {a x Y’- Y”}, jika Y’ Y” P = A, jika Y’ Y” Keterangan: P = Total kompensasi yang diterima manajer bawah A = Gaji tetap yang diterima manajer bawah a = Bonus tiap unit Y’ = Jumlah produksi sesungguhnya yang dihasilkan Y” = Target produksi yang diajukan oleh manajer bawah

3. Variabel Moderating

Variabel moderating adalah variabel yang berfungsi untuk mempengaruhi hubungan baik memperkuat atau memperlemah antara variabel independen dan variabel dependen Anwar, 2013. Variabel moderating dalam penelitian ini adalah orientasi etika. Orientasi etika merupakan cara pandang individu atas suatu masalah etis yang kemudian mempengaruhi penilaiannya terhadap masalah etis tersebut, lalu akan mempengaruhi motivasi untuk berbuat dan akan diwujudkan dalam perbuatan Shaub, 1993. Ponemon 1991 menjelaskan bahwa orientasi etika pada dasarnya adalah pengembangan kemampuan individu untuk mengenali isu-isu mengenai etika dan dilema etika. Orientasi etika terkait dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan nilai etika dalam suatu kasus. Orientasi etika menunjukkan pandangan yang diadopsi individu ketika menghadapi situasi yang membutuhkan pemecahan terkait dengan etika atau dilema etika, dimana individu harus mengambil keputusan antara etis atau tidaknya suatu perilaku. Forsyth 1980 membagi orientasi etika menjadi dua komponen, yaitu relativisme dan idealisme. Idealisme dan relativisme pada individu dapat tinggi atau rendah. Relativisme berkaitan dengan batasan individu yang mendasarkan penilaian etis atau tidaknya perilaku pada aturan moral secara umum, sedangkan idealisme berkaitan dengan keyakinan individu pada hubungan antara tindakan dengan dampak yang ditimbulkannya. Orientasi etika pada penelitian ini termasuk kategori nominal. Untuk mengetahui tipe orientasi etika, peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Forsyth 1980. Peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan Forsyth 1980 karena kuesioner tersebut telah banyak digunakan seperti, Abdullah 2012, Indira 2011, Muthmainah 2006 dan memiliki nilai reliabilitas tinggi. Kuesioner tersebut terdiri dari 10 pertanyaan untuk mengukur relativisme, dan 10 pertanyaan untuk mengukur idealisme. Indikator untuk kuesioner idealisme berkaitan dengan 1 tindakan yang dilakukan tidak boleh merugikan orang lain sekecil apapun; 2 tindakan yang dilakukan tidak boleh mengancam martabat dan kesejahteraan pihak lain; 3 menyeimbangkan tindakan yang memiliki konsekuensi positif dengan negatif adalah tidak bermoral; 4 tindakan yang bermoral adalah tindakan yang ideal. Indikator untuk kuesioner relativisme berkaitan dengan 1 penolakan aturan moral secara umum untuk menilai tindakan etis atau tidaknya suatu tindakan; 2 penilaian etis atau tidaknya suatu tindakan didasarkan pada situasi dan lingkungan; 3 penggunaan pertimbangan personal untuk menilai suatu tindakan; 4 penilaian etis atau tidaknya suatu tindakan berbeda-beda sehingga tidak ada pendapat mana yang benar. Untuk menentukan tingkatan relativisme dan idealisme partisipan, peneliti menggunakan nilai median sebagai cut-off Forsyth Nye, 1990; Abdullah, 2012. Skor yang berada di atas nilai median maka termasuk relativisme tinggi atau idealisme tinggi, sedangkan skor yang berada di bawah nilai median maka termasuk relativisme rendah atau idealisme rendah.

E. Populasi

Dokumen yang terkait

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 2 13

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 3 13

PENDAHULUAN PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 3 6

PENUTUP PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 3 43

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris

0 0 16

Pengaruh Penganggaran Partisipatif Terhadap Senjangan Anggaran di PT. Pos Indonesia (Persero).

0 1 23

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KEPERCAYAAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

0 0 19

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN DENGAN GROUP COHESIVENESS SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI.

0 0 11

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, DAN BUDAYA ORGANISASI PADA SENJANGAN ANGGARAN.

0 0 16

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Asimetri Informasi terhadap Timbulnya Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating (Penelitian Pada Universitas Swasta di Semarang) - Unika Repository

0 0 12