Metafora Métaphore Bentuk Gaya Bahasa

23

h. Ironi Ironie

Ironi dikenal dengan istilah sindiran. Keraf 2010 : 143 mendefinisikan ironi atau sindiran adalah gaya bahasa yang mengandung makna dan maksud yang berlainan atau bersebrangan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-kata. Menurut Peyroutet 1994 :76 bahwa « L’ironie est une antiphrase dont le but est la raillerie » ‘ironi adalah bentuk sindiran dengan tujuan untuk mengejek’. Dalam menentukan suatu ironi harus melihat konteks tututrannya. Seperti pada contoh berikut. 18 A un sans-gêne qui occupe une énorme place dans le métro, on dira : « Je ne vous gêne pas trop? » Seseorang dengan seenaknya menduduki tempat dalam metro, kemudian ada yang berkata ‘Apakah saya menyusahkan anda ?’ Peyroutet, 1994 : 76 Konteks kalimat 18 di atas diungkapkan oleh seorang penumpang dalam kendaraan umum. Salah seorang penumpang langsung menyerobot tempat duduk tanpa permisi, kemudian ada penumpang lain yang mengatakan Je ne vous gêne pas trop ? ‘Apakah saya menyusahkan anda ?’. Pada dasarnya kalimat 18 Je ne vous gêne pas trop?’Apakah saya menyusahkan anda’ merupakan suatu ungkapan sindiran. Pada konteks atau situasi dalam contoh 18 Je ne vous gêne pas trop?’Apakah saya menyusahkan anda’ maksud dari kalimat tersebut adalah penutur ingin menyampaikan Vous prenez toute la place ‘Anda mengambil semua tempat ’. 24 Bentuk sindiran memerlukan keterlibatan penutur, Artinya keberhasilan penyampaian maksud dari sindiran berbanding lurus dengan pemahaman mitra tuturnya.

i. Sinekdoke Synecdoque

Menurut Peyroutet 1994 : 62 « La synecdoque est un écart paradigmatique écart de substitution par lequel on remplace un mot normalement attendu A par un autre B selon un rapport d’inclusion » Sinekdok adalah kesenjangan paradigmatik substitusi oleh pergantian suata kata dari bentuk umum A menjadi B berdasarkan hubungan peleburan. Terdapat dua macam bentuk sinekdoke yaitu : 1. La synecdoque particularisante pars pro toto « Dans la synecdoque particularisante, un élément B se substitue à l’ensemble A auquel il appartient » ‘Pada sinekdok pars pro toto suatu elemen B menggantikan keseluruhan komponen A. Sinekdoke pras pro toto merupakan bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan Keraf, 1994 : 142. 19 Les habits rouges arrivent Para seragam merah datang Peyroutet, 1994 : 63 Kalimat 19 mengindikasikan penggunaan gaya bahasa sinekdok pars pro toto. Kalimat tersebut mempergunakan sebagian untuk menyatakan keseluruhan. Les habits rouges arrivent Les habits rouges, élément B, remplace l’ensemble des soldats anglais A 25 Penggunaan sinekdok pars pro toto terdapat pada « les habits rouge » ‘seragam merah’. Seragam merah disini menunjukkan ciri-ciri pasukan atau prajurit nggris. Kalimat 19 tersebut menyatakan hubungan sebagian dari ciri-ciri prajurit Inggris yang memang terlihat mencolok dan simbolik A untuk menyatakan keseluruhan identitas dari prajurit Inggris B. Pernyataan seperti pada kalimat 19 memberikan stigma yaitu dengan hanya melihat warna seragamnya akan langsung mengenalinya sebagai prajurit Inggris. 2. La synecdoque généralisant totum pro parte « Dans la synecdoque généralisant, un ensemble B se substitue à l’élément A qui lui appartient » ‘pada sinekdok totum pro parte keseluruhan unsur B menggantikan element A. Sinekdok totum pro parte merupakan bahasa figuratif yang memperguankan keseluruhan untuk menyatakan sebagian Keraf, 1994 : 142 20 Strasbourg a gagné Starsbourg menang Peyroutet, 1994 : 63 Kalimat 20 mengindikasikan penggunaan gaya bahasa sinekdok totum pro parte. Kalimat tersebut mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Strasbourg a gagné Cet ensemble B, remplace l’élément équipe sportive A Strasbourg a gagné ‘Strasbourg menang’ kata Strasbourg pada kalimat tersebut seolah-olah memberikan pernyataan keseluruhan warga Strasbourg B padahal yang dimaksudkan sebenarnya adalah klub olahraga tertentu yang menang A jadi tidak 26 semua warga Strasbourg ikut berpartisipasi. Tetapi pada kalimat 21 menggeneralisasikan bahwa Strasbourglah yang menang.

j. Metonimia Métonymie

Metonimia adalah pemakaian gaya bahasa yang mempergunakan suatu kata untuk menyatakan hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat Keraf, 2007 : 142. Hubungan kata tersebut dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki, isi untuk menyatakan kulitnya, dan lain sebgainya. Menurut Peyroutet 1994 : 64 « La métonymie est un écart paradigmatique par lequel on remplace un signe linguistique normalement attendu A par un autre B, selon un rapport de contiguïté ou de cause à elle entre A et B » ‘Metonimia adalah pemakaian paradigmatik dengan menggantikan tanda linguistik dari bentuk umum A menjadi B, berdasarkan hubungan pertalian atau sebab akibat antara A dan B’. 21 Voici un Picasso “Inilah Picasso” Peyroutet, 1994: 64 Kalimat 21 adalah contoh gaya bahasa metonimia. Pada kalimat 21 terjadi pergeseran paradigma dari bentuk umum A menjadi B dalam kata un Picasso. Secara detail dijelaskan di bawah ini : Voici un Picasso Une œuvre de picasso