100
pendidikan multikultural bagi para siswa akan mampu diraih dengan sebaik- baiknya.
2. Kualitas muatan pendidikan multikultural dalam buku pelajaran bahasa
Indonesia non-BSE tingkat SMP kelas VIII
Buku pelajaran adalah buku yang memuat materi pembelajaran tertentu yang disusun secara sistematis berdasarkan aturan-aturan standard yang telah
ditetapkan yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan. Kelancaran proses
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah juga tidak terlepas dari adanya buku pelajaran. Demikian pula dalam pelaksanaan pendidikan multikultural. Oleh
sebab itu, buku pelajaran bahasa Indonesia, dalam hal ini adalah buku non-BSE untuk SMP kelas VIII, hendaknya juga harus memuat atau mengintegrasikan
materi-materi pendidikan multikultural. Banks 2010: 23 mengemukakan lima dimensi pendidikan multikultural,
yakni dimensi integrasi materi, dimensi konstruksi pengetahuan, dimensi penyesuaian metode pembelajaran, dimensi pengurangan prasangka, dan dimensi
penguatan budaya sekolah dan struktur sosial. Dalam penelitian ini, kelima dimensi tersebut dijabarkan ke dalam empat belas subdimensi, sebagaimana yang
telah disampaikan dalam bab II. Buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE yang berbasis pendidikan multikultural hendaknya juga harus memuat lima dimensi
pendidikan multikultural sebagaimana yang diungkapkan oleh Banks tersebut. Lima dimensi yang dijabarkan dalam empat belas subdimensi pendidikan
commit to user
101
multikultural inilah yang dijadikan pijakan atau pedoman dalam menganalisis kualitas buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE untuk tingkat SMP kelas VIII
dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada lima buku pelajaran
bahasa Indonesia non-BSE SMP kelas VIII, d itemukan bahwa hanya terdapat tiga dimensi multikultural dari lima dimensi multikultural yang seharusnya ada.
Dimensi-dimensi tersebut, yakni dimensi integrasi materi, dimensi pengurangan prasangka, serta dimensi penguatan budaya sekolah dan struktur sosial. Dua
dimensi yang lain, yakni dimensi konstruksi pengetahuan dan dimensi penyesuaian metode pembelajaran tidak ada ditemukan dalam lima buku pelajaran
tersebut. Selain itu, dari lima dimensi yang terjabarkan ke dalam empat belas subdimensi, hanya ditemukan enam subdimensi saja. Enam subdimensi yang
ditemukan adalah subdimensi budaya, subdimensi sastra, subdimensi status sosialekonomi, subdimensi keadilan, subdimensi demokrasi, dan subdimensi
budaya sekolah. Sedangkan subdimensi bahasa, subdimensi konsep, subdimensi aplikasi, subdimensi individu, subdimensi kelompok, subdimensi agama,
subdimensi sukurasetnis, serta subdimensi struktur sosial tidak ditemukan dalam lima buku pelajaran tersebut.
Kualitas muatan pendidikan multikultural yang dimunculkan atau diintegrasikan dalam buku-buku pelajaran tersebut juga masih sangat kurang.
Keseluruhan dimensi multikultural belum mampu tercakup dengan baik dalam lima buku pelajaran tersebut. Rendahnya kualitas muatan pendidikan multikultural
bukan hanya dari sisi jumlah saja, melainkan juga dari sisi materi, latihan soal,
commit to user
102
tugas-tugas, maupun evaluasi yang diberikan kepada para peserta didik. Hal ini dapat kita ambil dari contoh tentang materi dari subdimensi budaya. Materi-materi
budaya yang dimunculkan dalam buku-buku pelajaran tersebut masih cenderung pada budaya yang berasal dari daerah Jawa. Materi budaya dari daerah lain yang
ada di Indonesia belum dimunculkan dalam buku-buku pelajaran tersebut. Rendahnya kualitas muatan pendidikan multikultural juga diakui oleh
penulis buku pelajaran. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan para penulis buku, dapat diketahui bahwa rendahnyakurangnya kualitas muatan pendidikan
multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE untuk tingkat SMP kelas VIII tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut, yaitu:
belum disosialisasikannya muatan pendidikan multikultural oleh pihak yang berkepentingan agar muatan pendidikan multikultural dimasukkan dalam buku
pelajaran, belum dipertimbangkannya muatan pendidikan multikultural oleh penulis dalam menyusun buku, kurangnya pengetahuan dan pemahaman penulis
buku tentang konsep dan aplikasi pendidikan multikultural, penulisan buku pelajaran leb ih banyak terpengaruh oleh budaya sang penulis sendiri, dan
keinginan atau kesukaan penulis untuk mengungkap budayanya sendiri. Menurut pendapat yang disampaikan oleh Pradopo Lustantini Septiningsih dalam
http:badanbahasa.kemdikbud.go.idlamanbahasaartikel1286, para pengarang ingin menonjolkan apa yang dirasa sebagai hal yang selalu melingkungi diri
mereka, yaitu kehidupan masyarakat dan budayanya yang membesarkannya. Semua itu melatari atau bahkan telah mendarah daging dalam diri mereka.
commit to user
103
Faktor-faktor yang dinyatakan oleh para penulis buku tersebut semakin memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hasilnya bahwa
kualitas muatan pendidikan multikultural yang ada dalam lima buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE untuk tingkat SMP kelas VIII tersebut memang masih
kurang dan perlu untuk diadakan pembenahan dan perbaikan. Padahal sebenarnya dengan adanya muatan pendidikan multikultural yang memadai akan bisa
terbangun sebuah dinamika kehidupan yang serasi, selaras, penuh keharmonisan dan akan terbangun sebuah komunikasi multikultural yang baik. Dengan
terbangunnya sebuah komunikasi multikultural yang baik, menurut Andrik 2003: 45, akan dapat diarahkan untuk memperoleh tingkat pemahaman antarrasial,
antaretnik, antaragama, antargolongan, dan kelas dalam masyarakat, sehingga tercipta harmonitas kehidupan dalam kerangka h idup berdampingan secara damai.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas muatan pendidikan multikultural dalam lima buku pelajaran tersebut masih sangat kurang
memadai. Masih sangat diperlukan adanya perbaikan bahkan pengubahan dalam masing-masing buku tersebut, baik dari materi, latihan soal, tugas-tugas, maupun
evaluasi yang diberikan kepada para peserta didik. Seluruh dimensi multikultural tersebut hendaknya diterapkan dalam buku-buku pelajaran tersebut. Hal ini perlu
dilakukan agar tujuan pendidikan multikultural yang hendak diraih benar-benar bisa diwujudkan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan.
Akan terbangun sebuah masyarakat multikultur yang baru, sebagaimana pandangan yang disampaikan oleh Muhadjir Effendy 2009: 6 yang menyatakan
bahwa masyarakat multikultural baru yang dikehendaki bangsa ini adalah manusia
commit to user
104
Indonesia yang “CERDAS”
cerdik-pandai
,
energik-kr eatif
,
responsive terhada p ma sya ra kat demokr atis
,
da ya guna
,
a khla k mulia
, dan
sopa n sa ntun
. Manusia Indonesia yang cerdik-pandai
educa ted
digambarkan sebagai manusia yang memiliki kemampuan analitis, dapat mengambil dan menentukan pilihan,
menguasai ilmu pengetahuan, dan gemar belajar; manusia Indonesia yang
energik-kr eatif
ditandai dengan manusia yang memiliki daya kreatif, rajin dan pekerja keras, serta tahan uji; manusia Indonesia yang
responsif terhada p demokra tis
ditandai dengan manusia yang mempunyai toleransi terhadap perbedaan, persatuan Indonesia yang pluralistik, dan inklusivisme; manusia
Indonesia yang memiliki daya guna
skilled
ditandai oleh individu yang memiliki keterampilan yang bermanfaat, dan mampu memanfaatkan sumber daya alam
Indonesia; manusia Indonesia yang berakhlak mulia
mor a l, r eligious
ditandai oleh individu yang memiliki sikap yang bermoral, antikorupsi, antikolusi,
antinepotisme, dan religious; dan manusia Indonesia yang sopan santun
civilizes
dikarakteristikkan sebagai individu yang mengenal adat istiadat setempat dan mengenal tata pergaulan internasional.
commit to user
105
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di Bab IV dapat diberikan simpulan sebagai berikut.
1. Muatan pendidikan multikultural belum sepenuhnya bisa dimunculkan,
diintegrasikan, maupun diaplikasikan dalam lima buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE untuk tingkat SMP kelas VIII tersebut. Dari lima dimensi
yang seharusnya ada hanya ada tiga dimensi yang dimunculkan, yakni dimensi integrasi materi, pengurangan prasangka, penguatan budaya sekolah
dan struktur sosial. Sedangkan dua dimensi yang lain, yakni dimensi konstruksi pengetahuan dan dimensi penyesuaian metode pembelajaran tidak
ditemukan dalam lima buku pelajaran tersebut. 2.
Kualitas muatan pendidikan multikultural dalam lima buku pelajaran tersebut masih sangat kurang memadai. Hal in i karena belum semua dimensi
multikultural terintegrasi dalam buku-buku pelajaran tersebut. Sebagai contoh, budaya yang diangkat dalam buku pelajaran tersebut masih cenderung berasal
dari budaya Jawa. Budaya-budaya yang berasal dari daerah lain belum ada satupun yang dimunculkan. Selain itu, dimensi-dimensi pendidikan
multikultural juga belum menyebar secara merata ke setiap bagian buku, mulai dari pengantar, materi, latihan soal, tugas-tugas, maupun evaluasi yang
diberikan kepada para peserta didik.
commit to user