Pendekatan Pendidikan Multikultural Hakikat Pendidikan Multikultural

26 Pada tahap ini, para guru sudah mengembangkan pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mengarah pada student centered , pembelajaran di kelas yang bertumpu pada diri siswa sebagai seorang individu. Empowering school culture a nd socia l str uctur e , merupakan tahap dilakukannya penguatan, baik kultur sekolah maupun struktur sosial. Hal ini diperlukan untuk memberikan jaminan kepada semua siswa dengan latar belakang yang berbeda agar mereka merasa mendapatkan pengalaman dan perlakuan yang setara dalam proses pembelajaran di sekolah.

c. Pendekatan Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural, khususnya di Indonesia, tentu akan menghadapi berbagai tantangan yang sangat besar. Hal ini karena Indonesia memang memiliki sekian banyak kultur yang berbeda. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan multikultural agar benar-benar mampu mencapai sasaran yang diinginkan. Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan dalam proses pendidikan multikultural. Choirul Mahfud 2011: 192-193 mengemukakan lima pendekatan dalam proses pendidikan multikultural, yaitu: Per ta ma , pendidikan multikultural menolak pandangan yang menyamakan pendidikan dengan perseko lahan atau pendidikan multikultural dengan program-program sekolah formal. Pandangan yang leb ih luas mengenai pendidikan sebagai transmisi kebudayaan juga bermaksud commit to user 27 membebaskan pendidik dari asumsi bahwa tanggung jawab primer dalam mengembangkan kompetensi kebudayaan semata-mata berada di tangan mereka melainkan tanggung jawab semua pihak. Kedua , pendidikan menolak pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnis. Hal ini dikarenakan seringnya para pendidik, mengasosiasikan kebudayaan hanya dengan kelompok-kelompok sosial yang relatif self sufficient . Oleh karena individu-individu memiliki berbagai tingkat kompetensi dalam berbagai dialek atau bahasa, dan berbagai pemahaman mengenai situasi-situasi di mana setiap pemahaman tersebut berbeda, maka individu-individu memiliki berbagai tingkat kompetensi dalam sejumlah kebudayaan. Dalam konteks ini, pendidikan multikultural akan melenyapkan kecenderungan memandang individu secara ster eotip menurut identitas etnik mereka. Malah akan meningkatkan eksplorasi pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan anak-didik dari berbagai kelompok etnik. Ketiga , pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi seseorang pada suatu waktu ditentukan oleh situasinya. Dalam melaksanakan pendidikan multikultural ini mesti dikembangkan prinsip solidaritas. Yakni kesiapan untuk berjuang dan bergabung dalam perlawanan demi pengakuan perbedaan yang lain dan bukan demi dirinya sendiri. Solidaritas menuntut untuk melupakan upaya-upaya penguatan identitas melainkan berjuang demi dan bersama yang lain. Dengan berlaku demikian, keh idupan multikultural yang commit to user 28 dilandasi kesadaran akan eksistensi diri tanpa merendahkan yang lain diharapkan segera terwujud. Keempat , pendidikan multiku ltural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi, itu ditentukan oleh situasi dan kondisi secara proporsional. Kelima , kemungkinan bahwa pendidikan baik formal maupun nonformal meningkatkan kesadaran tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini kemudian akan menjauhkan kita dari konsep dwi budaya atau dikotomi antara pribumi dan nonpribumi. Sementara itu, Banks dalam Zamroni, 2011: 155 mengemukakan empat tahap pendekatan dalam implementasi pendidikan multikultural. Keempat pendekatan tersebut adalah sebagai berikut. Per ta ma , pendekatan membawa masuk ke sekolah elemen kultur masyarakat, seperti peringatan hari-hari besar, kebiasaan dan ritual kultural, makan, pakaian, dan lain sebagainya. Kedua , pendekatan menambah isi dan materi pembelajaran tanpa mengubah struktur kurikulum-keilmuan. Ketiga , pendekatan transformatif, dengan mengubah struktur kurikulum-keilmuan agar siswa dapat mengkaji materi dan kondisi masyarakat dari berbagai perspektif kultural. Keempat , pendekatan aksi, siswa membuat keputusan dan mengambil tindakan berkaitan dengan masalah personal, sosial kemasyarakatan. commit to user 29 Paparan di atas hendaknya mampu memberi dorongan dan spirit bagi lembaga pendidikan untuk mau menanamkan sikap kepada peserta didik agar menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Harapannya, dengan implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural, akan membantu siswa mengerti, menerima, dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya, dan nilai kepribadian. Melalui penanaman semangat multikulturalisme di sekolah-sekolah, akan menjadi media pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan budaya, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara damai. Tujuan utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. Paradigma pendidikan multikultur mengisyaratkan bahwa individu siswa belajar bersama dengan individu lain dalam suasana saling menghormati, saling toleransi dan saling memahami. Guru harus belajar agar mampu menerapkan strategi pembelajaran dalam pergaulan sosial dengan para siswa yang memiliki berbagai sifat yang beragam itu dalam suasana belajar yang sangat menyenangkan, sehingga mereka akan saling belajar segi- segi positif dari temannya. Salah satu tujuan utama pendidikan multikultural adalah mengubah berbagai pendekatan belajar mengajar, mengubah konseptualisasi dan organisasinya sehingga setiap individu dari berbagai kultur memperoleh kesempatan yang sama untuk belajar dalam lembaga pendidikan. Kesempatan yang sama itu bukan semata-mata memperoleh commit to user 30 bangku sekolah, melainkan yang lebih penting adalah selain kebersamaan dalam satu kelas, perhatian dan pelayanan penuh juga harus ada terhadap kebutuhan khusus pendidikan setiap individu. Pendidikan multikultural memang sebuah konsep yang dibuat dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama. Hal yang terpenting adalah dari sekian pendekatan yang telah dikemukakan di atas haruslah diselaraskan atau disesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat di Indonesia yang beraneka ragam. Oleh sebab itu, dalam pendekatan pendidikan multikultural juga diperlukan kajian dasar terhadap masyarakat yang ada. Secara garis besar, Choirul Mahfud 2011: 194 mengemukakan dasar-dasar tentang masyarakat yang dimaksud, yakni: 1 Masyarakat tidak ada dengan sendirinya. Masyarakat adalah ekstensi yang hidup, dinamis, dan selalu berkembang. commit to user 31 2 Masyarakat bergantung pada upaya setiap individu untuk memenuhi kebutuhan melalui hubungan dengan individu lain yang berupaya memenuhi kebutuhan masing-masing. 3 Individu-individu, dalam berinteraksi dan berupaya bersama guna memenuhi kebutuhan, melakukan penataan terhadap upaya tersebut dengan jalan apa yang disebut tantangan sosial. 4 Setiap masyarakat bertanggung jawab atas pembentukan pola tingkah laku antara individu dan komunitas yang membentuk masyarakat. 5 Pertumbuhan individu dalam komunitas, keterikatan dengannya, dan perkembangannya dalam bingkai yang menuntunnya untuk bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya. Dari paparan yang telah disampaikan di atas dapat ditarik satu kesimpulan berkaitan dengan pendekatan pendidikan multikultural sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Boyd dalam Choirul Mahfud, 2011: 234 bahwa pendekatan pendidikan multikultural haruslah dapat mengakomodasi perbedaan kultural peserta d idik, memanfaatkan kebudayaan itu sebagai sumber konten dan sebagai titik berangkat untuk pengembangan kebudayaan itu sendiri, pemahaman terhadap kebudayaan orang lain, toleransi, membangkitkan semangat kebangsaan siswa, mengembangkan perilaku yang etis dan juga mampu memanfaatkan kebudayaan pribadi siswa sebagai bagian dari entry-beha vior siswa sehingga dapat menciptakan kesempatan yang sama bagi siswa untuk berprestasi. commit to user 32

2. Hakikat Buku Pelajaran