10
BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, DAN
KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Hakikat Pendidikan Multikultural
a. Multikulturalisme
Indonesia, sebagai sebuah negara kepulauan, adalah negara yang terdiri dari berbagai macam sukubangsa. Adanya sukubangsa yang berbeda-beda
tentu saja akan menampakkan adanya berbagai budaya yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu, suatu negara atau bangsa yang mempunyai masyarakat
dengan budaya yang beragam, negara atau bangsa tersebut adalah negara yang bersifat multikultur. Dalam suatu masyarakat yang multikultur,
kemungkinan besar akan dapat menimbulkan suatu permasalahan jika masyarakat yang bersifat multikultur tersebut tidak ditangani dengan baik.
Permasalahan yang timbul bisa berasal dari berbagai macam aspek, seperti sosial, hukum, pendidikan, ekonomi, suku, bahasa, budaya, dan lain-lain.
Hal ini dipertegas o leh Baidhawy 2005: 26 yang menyatakan bahwa satu pelajaran berharga dari evolusi kebudayaan adalah bahwa realitas
multikultural secara langsung dipengaruhi oleh pola pikir manusia sendiri. Satu pelajaran berharga dari sejarah masa lalu dan kini adalah bahwa bangsa
besar yang kedodoran di hamparan kepulauan nusantara ini telah terkunci dalam pola pikir egosentris, pola pikir monolog yang membuat kita menderita
commit to user
11
dan mengalami kegagalan terbesar dalam mengelola pluralitas dan multikulturalis karena kealpaan-kealpaan yang dibuatnya sendiri. Kita
merasakan betapa pedihnya kekerasan dan kehancuran relasi antara sesama atas nama etnik, budaya, politik, ideologi dan bahkan agama.
Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk saling memahami keberagaman kultur maupun pemahaman tentang apa itu multikulturalisme. Untuk
memahami pengertian multikulturalisme, perlu dipahami terlebih dahulu tentang kata kultur. Banyak pakar yang telah mengemukakan atau
mendefinisikan makna kata kultur. Meskipun memang mungkin tidak akan pernah ada kata sepakat mengenai makna dari kata kultur. Demikian halnya
yang dinyatakan oleh Tilaar 2005: 59 bahwa studi kultural memang berkenaan dengan seluruh kehidupan manusia.
Berbicara mengenai makna kultur, L. H. Morgan dalam Yaqin, 2011: 27 mengartikan kultur sebagai sebuah budaya yang universal bagi manusia
dalam berbagai macam tingkatan yang dianut oleh seluruh anggota masyarakat. Julian Steward dan Leslie White mengemukakan bahwa kultur
adalah sebuah cara bagi manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan membuat hidupnya terjamin dalam Yaqin, 2005: 28. Dengan luasnya
cakupan makna kultur, perlu pula dipahami terlebih dahulu karakteristik- karakteristik kultur.
Conrad P. Kottak dalam Yaqin, 2005: 6-9 menyatakan karakter- karakter khusus kultur.
Per ta ma
, kultur adalah sesuatu yang general dan spesifik sekaligus. General artinya setiap manusia di dunia ini mempunyai
commit to user
12
kultur, dan spesifik berarti setiap kultur pada kelompok masyarakat adalah bervariasi antara satu dan lainnya, bergantung pada kelompok masyarakat
mana kultur itu berada.
Kedua ,
kultur adalah sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini, ada tiga macam pembelajaran: 1 pembelajaran individu secara
situasional, 2 pembelajaran situasi secara sosial, dan 3 pembelajaran kultural, yaitu suatu kemampuan unik pada manusia dalam membangun
kapasitasnya.
Ketiga
, kultur adalah sebuah simbol, baik berbentuk verbal maupun nonverbal linguistik dan nonlinguistik.
Keempa t,
kultur dapat membentuk dan melengkapi sesuatu yang alami. Secara alamiah, manusia
harus makan untuk mendapatkan energi, kemudian kultur mengajarkan manusia untuk makan apa, kapan, dan bagaimana.
Kelima
, kultur adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama yang menjadi atribut bagi
individu sebagai anggota dari kelompok masyarakat.
Keena m,
kultur adalah sebuah model. Artinya, kultur bukan kumpulan adat istiadat dan kepercayaan
yang tidak ada artinya sama sekali. Kultur adalah sesuatu yang disatukan dan sistem-sistem yang tersusun dengan jelas. Adat istiadat, institusi,
kepercayaan, dan nilai-nilai kait-mengait.
Ketujuh,
kultur adalah sesuatu yang bersifat adaptif. Kultur merupakan sebuah proses bagi sebuah populasi untuk
membangun hubungan yang baik dengan lingkungan di sekitarnya sehingga semua anggotanya melakukan usaha maksimal untuk bertahan hidup dan
melanjutkan keturunan. Berdasarkan uraian tentang karakter-karakter khusus kultur di atas,
dapat disimpulkan bahwa kultur merupakan ciri-ciri tingkah laku manusia
commit to user
13
yang dipelajari, bersifat sangat khusus, dan tidak diturunkan secara genetis. Artinya, kultur dapat dimaknai sebagai sebuah cara dalam bertingkah-laku
dan beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya dan masing-masing kultur memiliki keunikan tersendiri dan tidak bisa dikatakan bahwa kultur yang satu
lebih baik dari kultur yang lain. Oleh sebab itu, sangatlah jelas bahwa sebenarnya kultur bukanlah
sesuatu yang tunggal, melainkan sesuatu yang jamak. Dengan kata lain, kultur adalah sesuatu yang multikultural. Ada banyak sekali kultur yang ada di
dunia ini. Sebab itulah, setiap individu hendaknya memiliki sikap dan perilaku yang arif dan bijaksana terhadap keberadaan berbagai macam kultur
dan tidak menggunakan sudut pandang kulturnya sendiri dalam menilai kultur yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini karena masing-masing ku ltur memiliki
karakteristik tersendiri.
Dari beberapa
pengertian tersebut
dapat dikembangkan
pemaknaan dan
pemahaman terhadap
konsep multikulturalisme.
Multikulturalisme adalah sebuah paham tentang kultur yang beragam. Dalam keragaman kultur ini meniscayakan adanya pemahaman, saling
pengertian, toleransi, dan sejenisnya, agar tercipta suatu kehidupan yang damai dan sejahtera serta terhindar dari konflik berkepanjangan Ngainun
Naim Achmad Sauqi, 2011: 125. Senada dengan pendapat Naim tersebut, Pareh 2008: 15 menyatakan bahwa multikulturalisme merupakan pandangan
mengenai keanekaragaman atau perbedaan yang dilekatkan secara kultural. Sementara itu, Tilaar 2005: 306 menyatakan bahwa multikulturalisme
commit to user
14
adalah suatu pandangan yang multietnis di dalam kehidupan modern. Pandangan ini mengakui adanya jenis-jenis budaya, dan karena itu sifatnya
antirasisme, kesamaan budaya, partisipasi, dialog, dan berdiferensiasi. Tidak ada budaya yang murni, semuanya bersifat hibrida. Pendapat senada
disampaikan oleh Lawrence Blum Ujan, dkk., 2011: 14 bahwa multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian
atas budaya seseorang, serta sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis lain. Multikulturalisme meliputi sebuah penilaian terhadap
budaya-budaya orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari budaya-budaya tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana sebuah
budaya yang asli dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri.
Abdullah dalam Ngainun Naim Achmad Sauqi, 2011: 125 mengungkapkan bahwa multikulturalisme adalah sebuah paham yang
menekankan pada kesenjangan dan kesetaraan budaya-budaya lokal dengan tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi budaya yang ada. Dengan kata
lain, penekanan utama multikulturalisme adalah pada kesetaraan budaya. Multikulturalisme bermaksud menciptakan suatu konteks sosiopolitis
yang memungkinkan individu dapat mengembangkan kesehatan jati diri dan secara timbalbalik mengembangkan sikap-sikap antarkelompok yang positif
Berry dalam Markhamah, 2003: 22. Pemahaman seseorang akan adanya budaya yang beragam tentu akan mampu menjadikan kehidupan ini lebih
commit to user
15
harmonis dan dinamis. Dengan demikian, akan tercipta suasana kerukunan antarsesama suku, ras, etnis, budaya, bahasa, dan agama yang berbeda-beda.
Berpijak pada beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa multikulturalisme
adalah sebuah
pemahaman, penghargaan
dan penghormatan terhadap adanya keragaman budaya yang ada dalam suatu
masyarakat, bangsa, dan negara.
b. Pendidikan Multikultural