1
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
1
Pendahuluan
A. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes
Proses pembelajaran Pendidikan, Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan PJOK di sekolah- sekolah Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru PJOK dan sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran PJOK.
Kualitas guru PJOK yang ada pada sekolah dasar dan lanjutan pada umumnya kurang memadai. Mereka kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara kompeten. Mereka
belum berhasil melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendidik siswa secara sistematik melalui pendidikan jasmani. Tampak pendidikan jasmani belum berhasil mengembangkan
kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik isik. Mental maupun intelektual Kantor Menpora, 1983.
Hal ini benar mengingat bahwa banyak guru PJOK di sekolah adalah bukan guru khusus yang secara normal mempunyai kompetensi dan pengalaman yang terbatas dalam
bidang pendidikan jasmani. Mereka banyak adalah guru kelas yang harus mampu mengajar berbagai mata pelajaran yang salah satunya adalah PJOK. Gaya mengajar yang dilakukan
oleh guru dalam praktik pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model metode-metode praktik dipusatkan pada guru Teacher Centered dimana para siswa melakukan latihan isik
berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai dengan inisiatif sendiri Student Centered.
Guru PJOK tradisional cenderung menekankan pada penguasaan keterampilan cabang olahraga. Pendekatan yang dilakukan seperti halnya pendekatan pelatihan olahraga. Dalam
pendekatan ini, guru menentukan tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui kegiatan isik tak ubahnya seperti melatih suatu cabang olahraga. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak
optimalnya fungsi pengajaran pendidikan jasmani sebagai medium pendidikan dalam rangka pengembangan pribadi anak seutuhnya.
2
Buku Guru Kelas VII SMPMTs
Ditinjau dari konteks isi kurikulum, pembelajaran yang dilakukan oleh guru PJOK secara praktis tidak tampak adanya kesinambungan. Tugas ajar yang diberikan oleh guru
untuk SD, SMP dan SMA pada hakikatnya tidak berbeda. Demikian pula, ketidakjelasan dalam tata urutan dan tingkat kesukaran tugas-tugas ajar tersebut.
Penerapan model pembelajaran PJOK tradisional sering mengabaikan tugas-tugas ajar yang sesuai degan taraf perkembangan anak. Mengajar anak-anak SD, SMP disamakan dengan
anak-anak SMA. Bentuk-bentuk modiikasi baik dalam peraturan, ukuran lapangan maupun jumlah pemain tidak terperhatikan. Karena tidak dilakukan modiikasi, sering mereka tidak
mampu dan gagal untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
Sebagai akibat dari kondisi seperti ini, anak dapat menjadi kurang senang terhadap Pelajaran PJOK. Tugas-tugas ajar yang merupakan keterampilan kompleks itu sesungguhnya hanya mampu
dilakukan oleh anak-anak yang berbakat dan berminat dalam olahraga serta anak-anak yang memiliki tingkat keterampilan gerak dasar yang tinggi. Tidak ada upaya upaya memodiikasi
tugas gerak yang kompleks menjadi tugas gerak yang sederhana, dapat diramalkan tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas yang harus dipelajari akan tergolong rendah.
Untuk itu kebutuhan akan modiikasi olahraga sebagai suatu pendekatan alternatif dalam mengajar PJOK mutlak perlu dilakukan. Guru harus memiliki kemampuan untuk melakukan
modiikasi keterampilan yang hendak diajarkan agar sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
B. Karakteristik Proses Belajar Mengajar PBM yang Efektif